AIR FORMASI POROSITAS TINJAUAN PUSTAKA

12 surfaktan umumnya bahan kimia, disyaratkan tidak mengubah kondisi formasi yang telah ada di dalam reservoir minyak bumi. Pada umumnya tidak hanya surfaktan yang digunakan dalam surfactant flooding, namun juga polimer umumnya partially hidrolized polyacrilamide PMPA. Polimer diinjeksikan setelah campuran surfaktan dan air injeksi dipompakan ke dalam sumur minyak. Tujuannya adalah meningkatkan stabilitas genangan flood dan meningkatkan efisiensi penyapuan sweep efficiency minyak. Technology Assesment Board 1978, mengungkapkan bahwa surfactant flooding merupakan proses yang sangat kompleks, namun demikian mempunyai potensi recovery minyak yang superior. Mekanisme reaksi yang terjadi di dalam sumur minyak setelah surfaktan diinjeksikan dijelaskan sebagai berikut: surfaktan memiliki gugus dasar hidrokarbon dan berikatan pada ujung dengan senyawa anorganik gugus sulfonat SO 3 . Rumus kimia surfaktan adalah R – SO 3 H, dengan gugus R – merupakan gugus rantai hidrokarbon. Surfaktan jenis ini dalam air akan terionisasi menjadi RSO 3 - dan H + . bila ion molekul RSO 3 - kontak dengan senyawa yang bersifat nonpolar minyak, maka gugus R – akan berusaha untuk melakukan gaya adhesi surfaktan-minyak, sedangkan pada molekul surfaktan itu sendiri akan bekerja gaya kohesi antara RSO 3 - . Pengaruh gaya adhesi ini akan mengurangi harga resultan gaya kohesi minyak itu sendiri, yang mengakibatkan gaya antar permukaan minyak dengan air akan menurun. Selain itu, terjadi gaya tolak-menolak antara kepala surfaktan yang bermuatan negatif karena adanya gugus RSO 3 - dengan batuan sandstone yang bermuatan negatif karena adanya senyawa silica SiO 2 - . Gaya tolak-menolak ini mengakibatkan surfaktan yang mengikat minyak pada bagian gugus R akan bergerak menjauh dari batuan dan ini akan mengakibatkan wettability batuan berubah menjadi water wet Ashayer et al.,2000. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan pada aplikasi surfactant flooding tergantung pada beberapa faktor seperti formulasi, biaya, ketersediaan bahan, dampak lingkungan, serta harga minyak bumu dipasar. Agar pemanfaatan surfaktan lebih efektif, beberapa kriteria harus dipenuhi yaitu surfaktan yang digunakan harus dapat menghasilkan IFT ultra low dan harus cukup sederhana pada saat disintesis untuk diproduksi secara komersial Nasiri, 2011.

2.5. AIR FORMASI

Air formasi yang diambil dari lapangan mengandung berbagai ion. Hal ini dikarenakan air formasi tersebut telah bereaksi dengan batuan. Dengan kata lain telah mengalami interaksi dengan mineral-mineral lain yang terdapat pada batuan. Ion-ion tersebut dapat berupa padatan mineral dan logam yang tersuspensi maupun berupa gas yang terlarut di dalamnya. Kandungan utama dari air formasi terdiri dari kandungan anion dan kation. Widiyowati, 2005 1. Kandungan Kation, yang termasuk didalam kation, antara lain: a. Kalsium Ca Ion kalsium adalah penyusun terbanyak pada air formasi yang dapat mencapai 30.000 ppm. b. Magnesium Mg Ion Mg pada umumnya terkonsentrasi dengan volume yang lebih kecil dibandingkan ion kalsium 13 c. Besi Fe Kadar besi secara alamiah yang terdapat pada air formasi mempunyai konsentrasi yang kecil. Keberadaan besi menunjukkan kecenderungan sifat korosif. d. Barium Ba Jumlah ion barium ini tidak cukup banyak terdapat didalam air formasi 2. Kandungan Anion, yang termasuk kandungan anion, antara lain: a. Klorida Cl - Ion klorida pada umumnya merupakan anion yang terkadung didalam air formasi yang menyatu dengan garam NaCl sebagai sumber utamanya sehingga konsentrasi ion Cl dapat dijadikan sebagai pengukur tingkat keasaman air. b. Karbonat CO 3 - dan Bikarbonat HCO 3 - Ion-ion ini dapat membentuk scale yang mempunyai sifat tidak larut. c. Sulfat SO 4 - Ion sulfat dapat membentuk scale setelah bereaksi dengan barium atau kalsium.

2.6. POROSITAS

Porositas merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan. Berdasarkan definisi, porositas merupakan perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan, biasanya dinyatakan dalam fraksi. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai : Ø = = Dimana : Vb = volume batuan total bulk volume Vs = volume padatan batuan total volume grain Vp = volume ruang pori-pori batuan Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Porositas absolut, adalah persen volume pori-pori total terhadap volume batuan total bulk volume Ø = 2. Porositas efektif, adalah persen volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap volume batuan total bulk volume. Ø = Untuk selanjutnya porositas efektif digunakan dalam perhitungan karena dianggap sebagai fraksi volume yang produktif. 14

2.7. PERMEABILITAS