8
Compatibility
: tidak ada endapan
Adsorbsion : 0.25 atau 0.4 mgg batuan
Tegangan Antar Muka
: 10
-3
dynecm
Temperatur : tahan terhadap temperature reservoir minimal 3 bulan
pH
: 6-8
Bentuk Phase : bawah atau tengah
Recovery oil
: 10 incremental tergantung keekonomian
Filtrasi rasio : 1,2
2.2. SURFAKTAN ALKIL POLIGLIKOSIDA APG
Surfaktan Alkil Poliglikosida pertama kali dikenal sekitar tahun 1983 oleh Emil fischer Margaretha, 1999. APG merupakan surfaktan yang ramah lingkungan karena disintesis dengan
bahan baku yang berbasis pati kentang, sagu, tapioka, jagung dan lain-lain dengan fatty alcohol berbasis minyak nabati kelapa, sawit, rapeseed, soy bean, bunga matahari. Alkil Poliglikosida
APG mempunyai dua struktur kimia. Rantai hidrokarbon yang bersifat hidrofobik lipofilik dan bagian molekul yang bersifat hidrofilik. Sifat rantai yang hidrofobik disebabkan oleh rantai
hidrokarbon tersebut tersusun dari fatty alcohol yang berasal dari minyak sawit atau minyak kelapa. Sedangkan, bagian molekul yang bersifat hidrofilik dari APG disebabkan bagian tersebut tersusun dari
molekul glukosa yang berasal dari pati. Gambar proses reaksi dan struktrur APG disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses reaksi dan struktur alkil poliglikosida APG Wuest et al., 1992 Proses produksi APG dapat dilakukan melalui dua prosedur yang berbeda, yaitu prosedur
pertama berbasis bahan baku pati dan fatty alcohol sedangkan prosedur kedua berbasis bahan baku dekstrosa glukosa dan fatty alcohol. Prosedur pertama, berbasis pati-fatty alcohol melalui proses
butanolisis dan transasetalisasi, sedangkan prosedur kedua yang berbasis dekstrosa-fatty alcohol hanya melalui proses asetalisasi yang selanjutnya dari masing-masing prosedur masuk ke proses
netralisasi, distilasi, dan pelarutan. Diagram proses pembuatan APG disajikan pada Gambar 3.
Alkil Glikosida
Alkil Poliglikosida
9
Gambar 3. Proses sintesis surfaktan alkil poliglikosida untuk aplikasi EOR Proses produksi APG melalui proses asetalisasi dilakukan dengan mencampurkan fatty alcohol
dan glukosa dengan perbandingan 2:1 sampai dengan perbandingan 10:1 dengan katalis asam p- toluene sulfonat. Kondisi reaksi diatur pada suhu 100-120°C selama 3-4 jam pada tekanan 15-25
mmHg. Setelah itu, campuran bahan dilakukan netralisasi sampai pH 8-10 dengan menggunakan NaOH 50 pada suhu 80°C. Setelah tahap tersebut akan terbentuk APG kasar yang masih bercampur
dengan residu air + fatty alcohol yang tidak bereaksi sehingga dilakukan pemisahan dengan menggunakan distilasi vakum untuk mengeluarkan residu. Pemisahan fatty alcohol dilakukan pada
suhu 160-200°C dan tekanan 15 mmHg Indrawanto, 2007. Proses reaksi sintesa APG satu tahaplangsung dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Sintesis Fischer secara langsung Wuest et al., 1992
Menurut Wuest et al., 1992, sintesis surfaktan APG dapat pula dilakukan dengan reaksi 2 tahap dari pati atau hasil degradasi pati seperti poliglukosa atau sirup glukosa, tahap pertama
Dekstrosa Fatty alcohol
Alkyl Polyglicoside
10
direaksikan dengan alkohol rantai pendek, terutama butanol, dan tahap kedua transasetalisasi direaksikan dengan rantai lebih panjang C
8-22
terutama C
12-18
dari fatty alkohol bahan baku alami. Reaksi butanolisis dilakukan pada temperatur diatas 125
o
C dan dibawah tekanan 4-10 bar dalam zone reaksi tertutup. Reaksi transasetalisasi dilaksanakan pada temperatur dibawah temperatur 115-118
o
C dengan kondisi vakum. Campuran reaksi kedua rasio molar pati dihitung sebagai anhidroglukosa,
terhadap alkohol rantai panjang 1: 1.5 - 1: 7, 1:2.5 ke 1:7, 1:3 ke 5. Sedangkan rasio molar sakarida : air = 1: 5
– 1:12, 1: 6-1:12, 1: 6-1: 9, 1: 6-1: 8. Proses reaksi sintesa APG dua tahap dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Sintesis Fischer secara langsung dan dua tahap Wuest et al., 1992
2.3. TAHAP RECOVERY MINYAK BUMI