sinar matahari untuk menghasilkan sejumlah produk sisa hasil dari fotosintesis tersebut yang berupa getah.
Faktor perlakuan yang berpengaruh terhadap produksi getah adalah bentuk sadapan, jumlah, pembaharuan luka dan stimulansia. Adhi 2008 dalam
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari perbedaan jumlah koakan terhadap produksi getah pinus. Semakin banyak koakan, produksi
getah per pohon semakin besar namun produksi getah per koakan akan semakin kecil. Pertambahan produksi akibat penambahan koakan meningkat sampai pada
jumlah koakan empat dan selanjutnya produksi getah cenderung menurun. Jumlah koakan optimal untuk penyadapan pohon pinus berdiameter 40-50 cm adalah
empat koakan per pohon. Banyaknya produksi getah dapat juga disebabkan oleh faktor penggunaan
H
2
SO
4
atau yang sering disebut juga Crash Program yang dapat melipat gandakan hasil produksi getah karena memiliki fungsi membuat luka sadapan selalu terbuka
dan getah tidak mudah membeku Rahmawati 2004.
2.4 Stimulansia Anorganik dan Organik
Riyanto 1980 dalam Doan 2007 menyatakan bahwa pengaruh dari penggunaan stimulansia dalam proses penyadapan getah pinus adalah sebagai
berikut : 1. Saluran getah akan terhidrolisir sehingga tekanan dinding banyak
berkurang yang berakibat getah keluar lebih banyak. 2. Sel-sel parenkim akan terhidrolisir yang mengakibatkan cairan sel
akan keluar dan diserap oleh getah sehingga getah yang encer semakin banyak dan keluar melebihi normal.
3. Asam merupakan penyangga sehingga getah sukar membentuk rantai sikliknya dan tetap dalam bentuk aldehida sehingga getah tetap encer
dan keluar melebihi normal. Stimulansia yang biasa digunakan untuk meningkatkan produksi getah
pinus adalah penggunaan stimulansia anorganik berupa asam kuat campuran H
2
SO
4
dan HNO
3
. Menurut Santosa 2011 mekanisme stimulan ini adalah :
1. Memberikan efek panas terhadap getah sehingga getah lebih lama dalam keadaan cair sehingga mudah mengalir keluar dari saluran getah.
2. Mempengaruhi tekanan turgor dinding sel sehingga getah cepat keluar dan saluran getah dapat terbuka dalam waktu yang relatif lebih lama.
Stimulansia pada hakekatnya berfungsi sebagai perangsang etilena pada tanaman dan selanjutnya menaikkan tekanan osmosis serta tekanan turgor yang
menyebabkan aliran getah bertambah cepat dan lebih lama. Etilena pada hakekatnya adalah suatu hormon pertumbuhan yang banyak berperan pada
perubahan suatu tanaman, antara lain terjadi perubahan dalam membran yang permeable dari dinding saluran getah sehingga selama ada aliran getah, air masuk
dalam saluran getah dan jaringan-jaringan disekitarnya Moir 1970 dalam Hidayati 2005. Menurut Hillis 1987, bahwa masuknya air kedalam lumen sel
epitel maka sel tersebut akan kembali membesar dan selanjutnya akan menekan resin yang berada didalam saluran damar sehingga resin hancur dan resin
terdorong keluar. Setelah itu sel epitel akan memproduksi zat resin kembali untuk mengisi saluran damar tersebut.
Selain stimulansia anorganik, dikembangkan pula stimulansia organik. Menurut Azis 2010, produktivitas getah pada stimulansia jeruk nipis 50 lebih
banyak dua kali lipat dibandingkan dengan stimulansia jeruk nipis pekat. Perbedaan ini diduga karena konsentrasi yang berbeda sehingga zat bioaktif yang
terlarut didalam larutan mengalami proses yang berbeda ketika stimulansia disemprotkan pada luka quarre dimana stimulansia jeruk nipis pekat tidak
mengeluarkan getah lebih banyak tetapi diduga merusak jaringan sel parenkim sel getah karena konsentrasi asam yang tinggi sehingga aliran getah lebih cepat
berhenti. Jeruk nipis mengandung asam sitrat yang menimbulkan rasa asam saat
dikonsumsi . Asam sitrat atau asam β-3-hidroksi trikarbosiklis, 2-hidroksi-1,2,3-
propana trikarbosiklis, mempunyai rumus kimia C
6
H
8
O
7
. Winarno dan Laksmi 1974 dalam Azis 2010 mengatakan bahwa asam sitrat bersifat sebagai
chelating agent komponen penghambat yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen seperti Mn, Mg, dan Fe yang sangat diperlukan sebagai
katalisator senyawa yang membantu mempercepat suatu reaksi dalam reaksi-
reaksi biologis. Karena itu reaksi biologis dapat dihambat dengan penambahan asam sitrat, dimana asam sitrat dapat berperan seperti asam sulfat yaitu mampu
menghambat getah untuk membentuk rantai siklik dan tetap dalam bentuk aldehida sehingga getah tetap encer. Selain itu, asam organik yang terkandung
dalam jeruk nipis asam sitrat juga mampu menghasilkan getah lebih banyak daripada asam anorganik asam sulfat, hal ini dikarenakan struktur kimia asam
sitrat memiliki satu gugus hidroksil OH dan tiga gugus karboksil COOH Kirk dan Othmer 1985 yang mampu membentuk ikatan hidrogen yang lebih kuat
terhadap molekul air pada saluran getah dibandingkan dengan asam sulfat yang hanya memiliki 2 gugus hidroksil OH. Dengan adanya ikatan hidrogen yang
lebih kuat, maka semakin banyak sel getah yang terhidrolisis sehingga getah keluar lebih banyak Azis 2010.
2.5 Zat Pengatur Tumbuh ZPT