Pinus sebagai Penghasil Getah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pinus

Menurut Martawijaya et al. 2005, pinus atau tusam atau Pinus merkusii Jungh et de Vriese berasal dari famili Pinaceae. Pohon ini biasa juga disebut dengan pohon Damar Batu, Damar Bunga, Huyam, Kayu Sala, Kayu Sugi, Uyam dan Tusam Sumatera atau Pinus Jawa. Daerah penyebaran P. merkusii di Indonesia yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan seluruh Jawa. Menurut Mirov 1967, penyebaran dan tempat tumbuh P. merkusii adalah di bagian Selatan Shan Burma di ketinggian 150-750 m dpl. Daerah ini merupakan batas paling utara tempat tumbuh P. merkusii yaitu di 20° LU, kemudian di Laos bagian tengah sekelompok P. merkusii tumbuh di ketinggian 700 m dpl sedangkan di Kamboja, P. merkusii tumbuh di ketinggian 100-300 m dpl. Selain itu, P. merkusii juga ditemukan di daratan tinggi 1000 m dpl di barat daya Kamboja yang merupakan tempat tumbuh tegakan murni P. merkusii paling luas, sedangkan di Vietnam, berada pada ketinggian 500-1200 m dpl dan tumbuh dengan jarang di pegunungan-pegunungan Vietnam serta di Red River di Lao Kai. Tusam dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah berpasir dan tanah berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah becek. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C, pada ketinggian 200-1700 m dari permukaan laut, kadang- kadang tumbuh di bawah 200 m dan mendekati daerah pantai Priyono dan Siswamartana 2002.

2.2 Pinus sebagai Penghasil Getah

Menurut Atmosuseno dan Duljapar 1996, kegunaan pinus sangat banyak. Kayunya dapat digunakan untuk triplek, veneer, pulp, sutera tiruan dan bahan pelarut. Getahnya dapat dijadikan gondorukem, sabun, perekat, cat dan bahan kosmetik. Hillis 1987 menyatakan bahwa getah yang dihasilkan pohon P. merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes ke luar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis daun jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai untuk membedakan getah yang berasal dari getah natural resin yang muncul pada kulit atau dalam rongga-rongga jaringan kayu dari berbagai genus anggota Dipterocarpaceae atau Leguminoceae dan Caesalpiniaceae. Saluran getah atau saluran damar sering juga disebut sebagai saluran interseluller intercelluler canal karena memang saluran ini merupakan ruang- ruang antar sel epitel yang memanjang. Berdasarkan proses terbentuknya, saluran ini terjadi karena tiga cara, yaitu: 1. Lysigenous, dimana satu atau beberapa sel epitel hancur sehingga menjadi saluran 2. Schizogenous, beberapa sel epitel saling memisahkan diri atau menjauhkan diri sehingga terbentuk saluran. Sel-sel yang mengelilingi rongga saluran ini membelah diri menjadi sel epitel dan mengeluarkan getah ke saluran yang bersangkutan 3. Schizolysigenous, merupakan modifikasi dari Lysigenous dan Schizogenous yaitu penghancuran dan pemisahan. Sedangkan berdasarkan penyebabnya, saluran interseluler ini dapat dibagi atas dua macam, yaitu saluran damar karena luka traumatic dan saluran damar normal merupakan struktur yang normal dalam kayu Pandit dan Kurniawan 2008. Menurut Santosa 2011, saluran getah traumatis terbentuk diakibatkan oleh beberapa hal berikut : 1. Pohon mengembangkan saluran traumatik untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang terlalu ekstrim misalnya: suhu dan kekeringan agar pertumbuhan sel tidak terganggu. 2. Pembentukan getah meningkat akibat terjadinya luka atau stres berkepanjangan. Pandit dan Ramdan 2002 menyatakan bahwa perbedaan saluran luka traumatik dengan saluran damar normal aksial adalah penyebarannya dalam deretan tangensial dan biasanya hanya terbatas pada bagian kayu awal. Dinding sel epitel yang membatasi saluran ini biasanya tebal dan bernoktah.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Getah Pinus

Dokumen yang terkait

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

6 85 199

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Hydrasil Dan Pupuk Nitrophoska Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Semangka (Citrullus Vulgaris Schard)

0 41 71

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Kualitas Legum Stylo (Stylosanthes gracilis)

1 56 64

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Atonik dan Dosis Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jahe Muda (Zingiber officinale Rosc.)

4 51 92

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Akar Dan Media Tanam Terhadap Keberhasilan Dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang (Adenium Obesum)

8 73 80

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelat (GA3) dan Pupuk NPK pada Penyambungan Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

3 30 93

Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan Pengatur Zat Tumbuh (ZPT) terhadap Produktivitas Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

0 11 48