dengan mengaktifkan ethylene endogen dan adanya stres pembuatan luka sadap. Dengan demikian, peningkatan produksi getah dapat dilakukan dengan
memberikan zat yang mengandung ethylene exsogen yang akan merangsang pembentukan ethylene endogen pada tanaman sehingga proses metabolisme
sekunder dapat ditingkatkan. Hasil penelitian di Hutan Pendidikan Gunung Walat menunjukkan bahwa
stimulansia organik dan ZPT mampu menghasilkan produktivitas rata-rata getah pinus yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan stimulansia
anorganik. Produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen gquarrehari ditampilkan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen gquarrehari
Panen ke- KONTROL
ETRAT 12-40 CAS
PGR-12 ETS
1 13.23
16.38 22.97
14.77 15.20
2 5.18
8.28 17.50
6.93 7.33
3 8.58
14.87 16.03
13.47 12.73
4 9.23
14.28 12.68
15.87 15.70
5 7.60
17.82 10.35
17.32 15.98
6 8.87
17.33 9.67
19.87 16.37
7 7.82
18.22 8.23
20.12 17.90
8 7.30
18.12 6.17
19.83 17.78
9 7.70
18.50 5.82
19.20 16.33
10 6.33
15.23 3.63
15.48 15.67
11 9.08
17.88 3.47
19.02 18.27
12 7.58
17.65 3.31
17.50 16.78
13 7.05
16.18 3.30
16.95 16.70
14 8.82
15.77 3.97
16.63 15.60
15 10.11
17.83 3.97
18.67 15.38
Total 124.49
244.35 131.06
251.62 233.73
Rata-rata 8.30
16.29 8.74
16.77 15.58
Pelukaan awal pada pohon Pinus menyebabkan stres pada batang yang mempengaruhi metabolisme sekunder. Pinus mengeluarkan getah sebagai bentuk
reaksi akibat pelukaan untuk menutupi sel-sel yang rusak. Pada pemanenan pertama, hasil rata-rata produktivitas getah pada setiap perlakuan tinggi karena
keluarnya deposit getah dari sel-sel parenkim. Saat pinus berusaha melakukan
reaksi terhadap pelukaan kedua, deposit getah telah berkurang banyak untuk menanggapi reaksi stres pada pelukaan pertama. Hal ini menyebabkan persediaan
getah di dalam pohon sangat sedikit sehingga pada pemanenan getah yang kedua produktivitas rata-rata setiap perlakuan menurun. Pada pelukaan ketiga, pohon
pinus sudah dapat beradaptasi dengan mulai membentuk deposit getah yang baru, sehingga hasil produktivitas rata-rata setiap perlakuan di pemanenan ke tiga
kembali meningkat. Akan tetapi, pada pelukaan pertama hingga ketiga, penggunaan CAS menghasilkan rata-rata produktivitas getah paling tinggi.
Menurut Santosa 2011, CAS memberikan efek panas terhadap getah sehingga getah lebih lama dalam keadaan cair dan mudah mengalir keluar dari saluran
getah. Cairan Asam Sulfat CAS juga mempengaruhi tekanan turgor dinding sel sehingga getah cepat keluar dan saluran getah dapat terbuka dalam waktu yang
relatif lebih lama. Akan tetapi, pada pemanenan ke empat atau hari ke 12, produktivitas getah pinus dengan penggunaan CAS mulai berada di bawah
stimulansia organik dan ZPT. Perlakuan yang memberikan hasil produktivitas rata-rata tertinggi pada
pemanenan ke empat adalah penggunaan PGR-12 yang merupakan Zat Pengatur Tumbuh hormon. Hal ini disebabkan ethylene di dalam PGR-12 membutuhkan
waktu untuk berubah wujud dari bentuk cair ke bentuk gas. Menurut Weaver 1972 dalam Haryati 2003, pengaruh ethephon tidak jauh berbeda dengan
ethylene terhadap tanaman. Ethephon 2-Chloroethyl phosphonic acid merupakan stimulan yang biasa digunakan untuk meningkatkan lateks karet. Ethephon adalah
senyawa bersifat asam yang dikenal sebagai generator ethylene Sumarmadji 2002. Etephone akan mengalami dekomposisi pada pH 4,1 atau lebih tinggi dan
akan melepaskan ethylene pada jaringan tanaman, sedangkan dalam larutan encer di bawah pH 4 Ethephon akan tetap stabil. Selanjutnya dijelaskan bahwa pH
sitoplasma sel tanaman pada umumnya lebih besar daripada 4. Maka jika Ethephon masuk ke dalam jaringan tanaman, akan menurunkan derajat
kemasamannya dan terjadi dekomposisi yang akan melepaskan ethylene pada jaringan tanaman Dewilde 1970 dalam Haryati 2003.
Setelah pemanenan ke empat atau hari ke 12, ethylene exsogen dari PGR- 12 merangsang ethylene endogen di dalam pohon pinus untuk mulai beradaptasi
dengan mekanisme metabolisme sekunder. Pada pemanenan ke lima dan selanjutnya, perlakuan dengan menggunakan CAS hasilnya tetap berada di
bawah perlakuan yang menggunakan stimulansia organik dan ZPT. Bahkan pada pemanenan ke delapan dan seterusnya, perlakuan dengan menggunakan CAS
memberikan produktivitas paling rendah. Sebaliknya, produktivitas getah dengan perlakuan ZPT serta campuran stimulansia organik dan ZPT meningkat semenjak
pemanenan ke empat, dan mulai stabil pada pemanenan keenam hingga seterusnya.
Pada hasil akhir, perlakuan dengan PGR-12 menghasilkan rata-rata produktivitas getah tertinggi, yaitu sebesar 16,77 gquarrehari. Perlakuan dengan
ETRAT sebesar 16,29 gquarrehari, ETS 15,58 gquarrehari, CAS sebesar 8,74 gquarrehari sedangkan kontrol tanpa perlakuan sebesar 8,30 gquarrehari.
Secara umum, kecenderungan hasil rata-rata produktivitas getah ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3
G
rafik kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen gquarrehari.
Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa pada pemanenan ke delapan dan seterusnya, rata-rata produktivitas perlakuan CAS berada di bawah kontrol.
Penggunaan CAS membuat pinus sukar untuk mengeluarkan getah karena sel-sel epitel penghasil getah yang telah mati sehingga, pada saat melakukan
pembaharuan luka, kayu gubal terasa keras. Secara fisik, hal ini ditandai dengan berubahnya warna bidang sadapan dari cokelat muda menjadi cokelat tua
kehitaman.
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15
Pr o
d u
kt iv
itas rata
-r ata
- g
e tah
p in
u s
gr am
q u
ar re
h ar
i
Panen ke-
KONTROL ETRAT 12-40
CAS PGR-12
ETS
Berdasarkan laporan hasil penelitian Pengaruh Pemberian ETRAT terhadap Peningkatan Produktivitas Penyadapan Getah Pinus Studi Kasus di KPH
Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
,
produktivitas getah dengan perlakuan CAS juga mengalami penurunan dan ada yang hasil
produktivitasnya berada di bawah kontrol Santosa 2011. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dengan penelitian ini tetapi dengan
contoh tempat yang berbeda, yaitu di RPH Gonggang Utara, RPH Ciguha dan RPH Takokak, KPH Sukabumi.
KONTROL CAS ETRAT 12-40
PGR-12 ETS Gambar 4 Produktivitas getah pinus dengan masing-masing perlakuan pada
panen ke delapan. Hujan juga berpengaruh terhadap produktivitas getah pinus. Pada Gambar
3, terlihat bahwa hasil rata-rata produktivitas semua perlakuan pada pemanenan ke-10 menurun. Aliran stemflow yang deras pada saat hujan akan menumpahkan
getah yang ada dalam penampung sehingga dapat menggurangi produktivitas.
Selain itu, menurut Doan 2007, curah hujan yang tinggi akan menyebabkan kelembaban di sekitar luka sadapan menjadi tinggi dan hal tersebut dapat
menyebabkan getah cepat menggumpal. Pada saat penelitian berlangsung, untuk mengurangi aliran batang, maka di
atas koakan dipasang plastik berukuran 20 x 40 cm, seperti yang disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 juga menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan
stimulansia organik dan ZPT menghasilkan getah yang lebih banyak daripada CAS dan kontrol. Gambar tersebut merupakan salah satu contoh pohon yang
produktivitas rata-ratanya di panen ke delapan berada di bawah kontrol pada perlakuan CAS.
Tabel 4 Persentase peningkatan produktivitas getah pinus pada kontrol tanpa perlakuan, stimulansia organik, dan stimulansia anorganik
Perlakuan Rata-rata produktivitas
getah gquarrehari Persentase peningkatan
produktivitas getah Kontrol
8.30 -
ETRAT 12-40 16.29
196.28 CAS
8.74 105.28
PGR-12 16.77
202.12 ETS
15.58 187.75
Berdasarkan Tabel 4, persentase tertinggi adalah penggunaan PGR-12, yaitu sebesar 202,12 , kemudian ETRAT 12-40 196,28 dan ETS 187,75
sedangkan untuk penggunaan stimulansia anorganik, menghasilkan persentase terhadap kontrol hanya 105,28 saja. Penggunaan stimulansia organik serta
kombinasi stimulansia organik dan ZPT menghasilkan persentase peningkatan produktivitas getah yang lebih tinggi dibandingkan dengan stimulansia anorganik.
Hal ini dikarenakan ethylene exsogen yang berada di dalam ETRAT 12-40, PGR- 12 dan ETS merangsang ethylene endogen yang berfungsi sebagai pembawa
pesan chemical messenger untuk melakukan metabolisme sekunder. Peranan asam sitrat pada stimulansia organik yaitu dapat membuka muara saluran getah
sehingga getah dapat keluar dengan lancar, dan ethylene serta asam sitrat dapat bekerja bersama-sama dalam proses keluarnya getah. Sedangkan penggunaan
CAS, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat memberikan efek panas
sehingga getah lama dalam keadaan cair dan muara saluran getah dapat terbuka lebih lama Santosa 2011, namun keadaan ini hanya bersifat sementara saja,
karena CAS bersifat asam kuat yang dapat merusak kayu, dan lama-kelamaan dapat mengurangi produktivitas getah.
5.3 Pengaruh Stimulansia terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus