4.2. Kondisi Habitat Sungai Cihideung
Pengambilan sampel air dilakukan sebelum pengambilan sample nekton, yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh perubahan kondisi perairan
terhadap struktur komunitas sumberdaya hayati nekton di sungai tersebut. Hasil pengukuran parameter fisik-kimia perairan selama pengamatan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 3. Kondisi fisika dan kimia Sungai Cihideung
Parameter Satuan
Hasil Pengamatan Rata-rata±Standar Deviasi Kisaran
Baku Mutu
ST.1 ST.2
ST.3 ST.4
Fisika
Suhu
o
C
26,3±0,25 26,7±0,58
27,3±0,25 26,3±0,093
26,3 - 27,3 -
Kedalaman cm
26,58±4,91 20,83±10,10 33,2±5,77
29,3±8,84 20,83 - 33,2
-
Kecerahan
98,3±2,89 90±8,66
80±5,00 85±8,66
80 - 98.3 -
Arus mdetik
0,52±0.07 0,36±0,09
0,38±0,06 0,32±0,17
0,32 – 0,52 -
Kekeruhan NTU
14,8±4,75 16,3±4,04
27±12,77 22,33±5,86
14,8 - 27 -
Lebar m
23,03±0,55 14,03±0,64
7,70±0,62 19,2±1,15
7,7 – 23,03 -
Kimia
pH
6,5±0,404 6,7±0,405
6,7±4,66 6,5±0,998
6,5-6,.7 6 – 7
DO mgl
7,03±0,516 7,22±0,595
5,25±0,597 6,56±0,445
5,25 - 7,22 3
BOD mgl
1,28±0,15 1,39±0,23
1,96±0,17 1,92±0,66
1,28 – 1,96 6
NO3-N mgl
0,486±0,247 0,482±0,218 0,580±0,189 0,499±0,214 0.482-0.580
20
Alkalinitas mgl
63,23±5,28 55,90±10,05
60,67±4,04 59,63±1,48
45.50-66.85
Orthophosphat mgl
0,111±0.01 0.202±0.07
0.229±0.08 0.176±0.06
0.111 - 0.23 1
Baku mutu kualitas air untuk kegiatan perikanan Keterangan
: Tanda - Berarti parameter tersebut tidak di persyaratkan : Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001
Berdasarkan Tabel 2 hasil analisis perairan yang diperoleh dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:
4.2.1. Fisika perairan a. Suhu
Suhu perairan pada keempat stasiun pengambilan contoh berkisar antara 26,3- 27,3
o
C dengan suhu terendah terdapat di stasiun 1, 2, dan 4, sedangkan suhu tertinggi pada stasiun 3. Variasi suhu tersebut disebabkan oleh adanya
perbedaan waktu dan pengaruh lebatnya vegetasi tumbuh-tumbuhan di sekitar perairan tersebut diduga menghalangi penetrasi sinar matahari yang masuk
kedalam perairan. Dari hasil pengamatan, nilai kisaran suhu keempat stasiun tersebut masih tergolong dalam kisaran suhu normal dan masih layak bagi
organisme perairan. Berdasarkan Effendi 2003, kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan organisme di perairan adalah 20-30
o
C. b. Kecerahan dan kekeruhan
Nilai kecerahan pada keempat stasiun diperoleh kisaran antara 80-98,3. Nilai terendah pada stasiun 3 dan tertinggi pada stasiun 1. Nilai kecerahan yang
rendah disebabkan oleh kondisi perairan stasiun 3 yang keruh dari akibat banyaknya masukan limbah rumah tangga, aktivitas MCK dan limpasan dari
persawahan, sehingga cahaya tidak menembus hingga ke dasar perairan, pada kedalaman berkisar antara 50-100 cm. Hal ini diperjelas dengan besarnya nilai
kekeruhan pada stasiun 3 yaitu sebasar 27 NTU Tabel 2. Sedangkan nilai kecerahan tertinggi pada stasiun 1, disebabkan kondisi air yang jernih dan
daerahnya yang dangkal 30-50 cm sehingga dasar perairannya terlihat jelas. c. Kecepatan arus
Nilai kecepatan arus Sungai Cihideung dari hasil pengamatan berkisar 0,32- 0,52 mdetik. Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh jenis kemiringan topografi
perairan, jenis batuan dasar, debit air, dan curah hujan. Welch 1952 in Mason 1981 membedakan arus ke dalam 5 kategori yaitu arus yang sangat cepat 1
mdetik, arus yang cepat 0,5-1 mdetik, arus yang sedang 0,25-0,5 mdetik, arus yang lambat 0,1-0,25 mdetit, dan arus yang sangat lambat 0,1 mdetik.
Keempat stasiun yang memiliki kecepatan arus yang cepat yaitu terdapat pada stasiun 1 dan tergolong arus sedang terdapat pada stasiun 2, 3, dan 4. Menurut
Hutapea 2007, Sungai Cihideung memiliki kemiringan mulai dari hulu hingga hilir yang cukup besar, akibatnya laju air menjadi cukup cepat dan dasar
perairannya didominasi oleh batuan. d. Dimensi sungai
Nilai dari lebar sungai dapat menjelaskan terjadinya perubahan topografi perairan baik disebabkan oleh air hujan, bendungan dan saluran irigasi. Kisaran
lebar Sungai Cihideung berkisar 7,7-23,03 m dengan lebar terbesar pada stasiun 1 yaitu 23,03 m dan terkecil pada stasiun 3 yaitu 7,7 m. Hal ini diduga berkaitan
dengan pola hujan pada saat sampling, dimana pada waktu pengamatan dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan sehingga mempengaruhi lebar sungai.
Stasiun 1 merupakan stasiun yang memiliki lebar sungai terbesar berkisar antara 22,4-23,3 m.
Kedalaman sungai dapat berubah-ubah sesuai keadaan lingkungan sekitarnya yang biasanya sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Nilai kedalaman
terendah pada stasiun 2 dan tertinggi di stasiun 3 dengan kisaran antara 20,83 cm dan 33,2 cm. Berdasarkan Hutapea 2007 bahwa Sungai Cihideung memiliki
topografi sungai yang landai dan dasar perairan seperti mangkuk yang menghadap ke atas.
4.2.2. Kimia perairan a. pH
Nilai pH perairan dipengaruhi oleh aktifitas biologi, suhu, kandungan oksigen dan keberadaan ion-ion perairan. Perubahan nilai pH pada suatu perairan
menunjukan terjadinya perubahan proses biologi dan penyediaan unsur-unsur hara dalam perairan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai pH di Sungai
Cihideung masih cenderung netral dengan nilai sekitar 7. Dengan demikian, dapat dikatakan nilai derajat keasaman di Sungai Cihideung masih cukup baik untuk
perikanan. Hal ini dijelaskan oleh Pescod 1973 bahwa sebagian biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 6,5-8,5.
b. DO Dissolved Oxygen Oksigen terlarut adalah konsentarasi oksigen yang larut dalam air, oksigen
sangat penting bagi pernafasan dan merupakan salah satu komponen utama bagi metabolisme ikan dan organisme lainnya yang berasal dari proses fotosintesis
fitoplankton dan tanaman air serta difusi udara APHA, 1976. Dari hasil pengamatan, kandungan oksigen terlarut di Sungai Cihideung pada seluruh stasiun
pengamatan berkisar antara 5,25 dan 7,22 mgl dengan nilai rata-rata sebesar 6,52 mgl Gambar 10. Menurut Boyd 1990, kadar oksigen DO yang baik bagi
pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mgl. Nilai DO terendah terdapat pada stasiun 3 tepatnya di Desa Leuwikopo yang diduga disebabkan oleh banyaknya sampah
yang dibuang di pinggiran sungai dan limbah rumah tangga yang memasuki kawasan peraian. Berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan pada PP. No. 82
Tahun 2001, nilai DO di Sungai Cihideung masih tergolong baik untuk kegiatan perikanan.
1.5 3
4.5 6
7.5
1 2
3 4
Stasiun D
O m
g l
Gambar 7. Grafik nilai DO rata-rata pada setiap stasiun pengamatan.
c. BOD
5
Biochemical Oxygen Demand BOD
5
merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air Davis and Cornwell, 1991 in Effendi, 2003. Hasil pengamatan diperoleh nilai BOD
5
di Sungai Cihideung berkisar antara 1,280 mgl dan 1,960 mgl dengan rata-rata sebesar 1,638 mgl Gambar 11. Berdasarkan
baku mutu yang telah di tetapkan pada PP. No. 82 Tahun 2001, nilai BOD
5
di Sungai Cihideung masih tergolong baik untuk kegiatan perikanan.
Center dan Hill 1979 in Karsoedi 1989 menjelaskan bahwa di sungai
yang berarus lambat, kadar BOD sebesar 5 mgl akan menyebabkan lingkungan air yang buruk, namun di perairan berarus deras kadar BOD sebesar 30 mgl
belum mengakibatkan gangguan nyata. Kadar BOD
5
tertinggi terdapat di stasiun 3 yaitu sebesar 1,960 mgl. Hal ini disebabkan adanya pengaruh masukan bahan
organik maupun anorganik dari limbah rumah tangga, pertanian, dan banyaknya serasah dedaunan dan batang pohon yang tumbang serta kondisi arus yang sedang
membuat bahan organik tidak terbawa oleh arus sehingga mengendap diperairan tersebut. Sedangkan nilai BOD
5
yang kecil pada perairan yang berarus cepat, maka dapat diduga masukan bahan organik akan segera terbawa arus ke arah hilir
sehingga pada saat diukur diperoleh nilai yang kecil.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
1 2
3 4
Stasiun
B O
D m
g l
Gambar 8. Grafik nilai BOD rata-rata pada setiap stasiun pengamatan.
d. Nitrat NO
3
–N Keberadaan NO
3
-N mendukung keberadaan fitoplankton yang merupakan makanan ikan. Secara hipotetik, kandungan nitrat yang tinggi dapat mendukung
produktifitas yang tinggi pula. Kandungan optimum NO
3
-N yang di butuhkan bagi pertumbuhan alga dan fitoplankton berkisar 0,3-17,0 mgl sedangkan kandungan
NO
3
-N yang dapat memberi pengaruh pembatas bagi pertumbuhan alga dan fitoplankton berkisar
≤ 0,10 mgl dan ≥ 45,0 Mahida, 1993 in Ali, 1994. Berdasarkan hasil analisis NO
3
-N, kandungan nitrat-nitrogen NO
3
-N diseluruh stasiun pengamatan Sungai Cihideung berkisar antara 0,482 mgl dan
0,580 mgl dengan rata-rata sebesar 0,512 mgl Gambar 12. Nilai kadar NO
3
-N tersebut masih dalam kisaran pertumbuhan normal alga dan fitoplankton.
Nilai NO
3
-N yang tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 0,580 mgl. Kandungan NO
3
-N yang tinggi di stasiun 3 disebabkan oleh BOD
5
yang relatif tinggi pula. Hal ini terkait dengan banyaknya sampah yang dibuang dekat
badan sungai dan limbah rumah tangga yang memasuki perairan tersebut. Berdasarkan baku mutu yang telah di tetapkan pada PP No. 82 Tahun 2001, nilai
NO
3
-N di Sungai Cihideung masih tergolong baik untuk kegiatan perikanan.
0.000 0.200
0.400 0.600
0.800
1 2
3 4
Stasiun N
O 3
-N m
g l
Gambar 9. Grafik nilai NO
3
-N rata-rata pada setiap staiun pengamatan.
e. Alkalinitas Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam.
Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga buffer capacity terhadap perubahan pH perairan Effendi, 2003. Nilai alkalinitas perairan alami hampir
tidak pernah melebihi 500 mgliter CaCO
3
. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya di ikuti
dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi Effendi, 2003.
Gambar 8 menunjukkan hasil analisis alkalinitas di Sungai Cihideung. Kisaran alkalinitas yang terukur antara 55,9-63,23 mgl. Menurut Boyd 1990
bahwa perairan yang subur adalah perairan yang memiliki kandungan total alkalinitas 40 mgl atau lebih, maka Sungai Cihideung merupakan perairan yang
termasuk perairan subur. Hal ini diperjelas dengan kondisi Sungai Cihideung yang masih banyak areal persawahannya. Diduga mempengaruhi kondisi perairan
Sungai Cihideung.
10 20
30 40
50 60
70 80
1 2
3 4
Satsiun
A lk
al in
it as
m g
l
Gambar 10. Grafik nilai Alkalinitas rata-rata pada setiap staiun pengamatan.
f. Phosphat PO
4
Fosfor merupakan suatu elemen penting dalam aktifitas biologi suatu organisme. Ketersediaanya sering menetukan produktifitas suatu perairan Boyd,
1990. Kandungan orthofosfat di Sungai Cihideung berkisar antara 0,111 mgl dan 0.229 mgl dengan rata-rata total sebesar 0,179 mgl Gambar 14. Mackentum
1969 menyatakan bahwa untuk pertumbuhan optimal organisme akuatik, diperlukan phosphat antara 0,09-0,8 mgl dan pada umumnya perairan yang
mengandung phosphat antara 0,003-0,01 mgl digolongkan pada perairan oligotrofik; 0,11-0,03 mgl adalah perairan mesotrofik; dan 0,031-0,1 mgl adalah
perairan eutrofik sehingga berdasarkan ketetapan kisaran diatas Sungai Cihideung tergolong parairan eutrofik atau perairan yang subur. Berdasarkan baku mutu yang
telah di tetapkan pada PP No.82 Tahun 2001, nilai orthophosphat di Sungai Cihideung masih tergolong baik untuk kegiatan perikanan.
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35
1 2
3 4
Stasiun
O rt
h o
fo sf
a t
m g
l
Gambar 11. Grafik nilai Orthofosfat rata-rata pada setiap staiun pengamatan.
4.3. Sumberdaya Hayati Nekton di Sungai Cihideung