Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Nekton

disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi Effendi, 2003. Menurut Effendi 2003 bahwa alkalinitas perairan berkaitan dengan gambaran kandungan karbonat dari batuan dan tanah yang dilewati oleh air serta sedimen dasar perairan. Nilai alkalinitas tinggi biasanya juga ditemukan di wilayah kering dimana terjadi evaporasi secara intensif. Nilai alkalinitas yang baik berkiar antara 30-500 mg liter CaCO 3 . Nilai alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mgliter CaCO 3 . Perairan dengan nilai alkalinitas 40 mgliter CaCO 3 Boyd, 1988 in Effendi, 2003.

2.3. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Nekton

Keanekaragaman hayati adalah suatu ukuran untuk mengetahui keanekaragaman kehidupan yang berhubungan erat dengan jumlah suatu komunitas Kottelat at al., 1993. Keanekaragaman jenis H’, keseragaman E, dan dominansi C merupakan indeks yang sering digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologi. Suatu lingkungan yang setabil dicirikan oleh kondisi yang seimbang dan mengandung kehidupan yang beranekaragam tanpa ada suatu spesies yang dominan Odum, 1971. Ekosistem yang baik mempunyai ciri-ciri keanekaragaman jenis yang tinggi dan penyebaran jenis individu yang hampir merata di setiap perairan. Perairan yang tercemar pada umumnya kekayaan jenis relatif rendah dan di dominansi oleh jenis tertentu Krebs, 1972. Menurut Herteman 2003 mengatakan bahwa keanekaragaman hayati dapat dipilih menjadi 3 taraf yang ada, yaitu: keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman genetik. 1. Keanekaragaman ekosistem Keanekaragaman ekosistem berhubungan dengan keanekaragaman habitat dan kesehatan komplek-komplek habitat yang berbeda-beda. Ekosistem perairan mengadakan suatu siklus-siklus nutrien rantai makanan dan siklus air, oksigen, karbondioksida, dan siklus biogeokimia. Proses- proses ekologis sangat menentukan besarnya produksi primer dan sekunder arus energi, mineralisasi, bahan-bahan organik dalam sedimen, penyimpanan, dan transport mineral serta biomassa Harteman, 1998. Upaya-upaya untuk melestarikan spesies-spesies ikan dan binatang air lainnya adalah dengan menjaga kelestarian ekosistem habitat mereka yang menjadi bagian kehidupan spesies McNeely, 1992 in Harteman, 1998. 2. Keanekaragaman spesies Keanekaragaman spesies adalah konsep variabilitas ikan-ikan yang hidup di perairan tawar, payau, dan laut, yang kemudian diukur dengan jumlah seluruh spesies. Diperkirakan sekitar 40.000 spesies ikan yang hidup di seluruh dunia dan sekitarnya 19.000 spsies lebih yang sudah teridentifikasi dan diberi nama secara ilmiah Harteman, 1998. Keanekaragaman spesies terdiri atas dua komponen, yaitu jumlah spesies yang ada umumnya mengarah ke kekayaan spesies dan kelimpahan relatif spesies mengarah ke keseragaman evenness atau equitability. Keanekaragaman pada umumnya diukur dengan memakai pola distribusi beberapa ukuran kelimpahan individu atau produktivitas di antara spesies Clark, 1974 in Nurcahyadi, 2003. Menurut Mann 1981 in Harteman 1998 bahwa dominansi jenis sering terjadi karena beberapa hal antara lain kompetisi pakan alami oleh jenis tertentu yang disertai perubahan kualitas lingkungan, tidak seimbangnya antara predator dan mangsa sehingga terjadi kompetisi antar jenis. Sejumlah besar nekton yang di perairan sungai, membentuk komunitas yang berbeda-beda dan tiap jenis nekton memiliki spesialisasi dan mampu memanfaatkan pakan dengan seefisien mungkin, karena persaingan antara jenis dalam memperoleh pakan alami. Scheimer Zalewski 1992 mengatakan bahwa keheterogenan habitat dan kualitas air juga diperhitungkan sebagai penyebab keanekaragaman nekton di sungai. Secara ekologi diasumsikan bahwa keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan keseimbangan ekosistem yang lebih baik dan memiliki elastisitas terhadap berbagai bencana, seperti penyakit, predator, dan lainnya. Sebaiknya keanekaragaman yang rendah jumlah spesies sedikit menunjukkan sistem yang stress atau sistem yang sedang mengalami kerusakan, misalnya bencana alam, polusi, dan lain-lain. Clark 1974 in Sinaga 1995 mengatakan bahwa dalam ekologi biasanya digunakan indeks keanekaragaman sebagai ukuran kondisi suatu ekosistem yang mungkin dipengaruhi oleh berbagai gangguan lingkungan. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa populasi dari spesies-spesies terbentuk secara bersama-sama, berinteraksi suatu dengan lainnya, juga terhadap lingkungan dalam berbagai cara dimana hal tersebut menentukan jumlah spesies yang ada serta kelimpahan relatifnya.

2.4. Karakteristik Nekton di Sungai dan Pola Adaptasinya