1.7 Keluaran yang Diharapkan
Keluaran hasil penelitian ini berupa sebuah rancangan model pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan yang dapat digunakan
dalam penentuan prioritas pilihan kebijakan pemerintah dalam menentukan produk unggulan yang akan dikembangkan di suatu daerah.
1.8 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian Rancangan Model Pengembangan Usaha Pengolahan Hasil Perikanan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka
penentuan arah dan prioritas kebijakan pengembangan industri pengolahan hasil perikanan serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi :
1 Ilmu pengetahuan - Sebagai bahan referensi dalam pengkajian lebih lanjut terutama dalam
bidang pengembangan industri pengolahan hasil perikanan. -
Sebagai dasar pertimbangan metode kuantitatif berbasis ilmu pengetahuan dalam menghasilkan alternatif keputusan.
2 Stakeholders - Sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis produk yang akan
dihasilkan dalam menginvestasikan modalnya disektor perikanan. - Sebagai informasi dan referensi bagi stakeholders dan masyarakat
dalam pengelolaan hasil perikanan disuatu daerah. 3 Pemerintah
Sebagai acuan pemerintah pusat dan daerah dalam menyusun perencanaan pengembangan industri pengolahan hasil perikanan didaerah
serta penentuan prioritas program aksi yang diperlukan.
11
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi dan Produksi Perikanan
Dalam periode lima tahun terakhir 2000-2005 produksi perikanan tangkap Indonesia meningkat dengan rataan 1,34 per tahun yaitu dari
4.125.525 ton meningkat menjadi 4.389.050 ton. Produksi penangkapan ikan di laut pada periode tersebut meningkat dengan rataan 1,39 per tahun, atau
meningkat dari 3.807.191 ton pada tahun 2000 menjadi 4.320.241 ton pada tahun 2005 Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa lebih dari 90
produksi perikanan berasal dari laut. Perkembangan produksi perikanan laut merupakan akibat penambahan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana
penangkapan laut, sedangkan produksi perikanan pada perairan umum meningkat rataan 0,88 per tahun yaitu meningkat dari 318.334 ton tahun
2000 menjadi 331.630 ton tahun 2005. Tabel 1. Produksi perikanan tangkap menurut sub sektor perikanan tangkap
pada tahun 2000-2005 dalam ton
Tahun Di laut
Di peraian umum Jumlah
2000 3.807.191 318.334
4.125.525 2001 3.966.480
310.240 4.276.720
2002 4.073.506 304.989
4.378.495 2003 4.383.103
308.693 4.691.796
2004 4.320.241 330.880
4.651.121 2005 4.057.420
331.630 4
389.050
Rataan Kenaikan 1,39
0,88 1,34
Sumber: Buku Kelautan dan Perikanan Dalam Angka, 2006
Dalam media informasi perikanan tangkap DKP, 2006 dikatakan bahwa operasionalisasi pemanfaatan potensi sumber daya perikanan dibagi
atas empat kelompok: 1 Sumberdaya demersal, yaitu jenis ikan yang hidup di dasar atau dekat
dasar perairan. Beberapa jenis ikan demersial merupakan jenis ikan bernilai ekonomis tinggi, seperti kakap putih dan kerapu. Jenis ikan lainnya
adalah petek, bawal putih, manyung, kakap merah atau bambangan dan beberapa jenis udang seperti udang jerbung, udang windu, udang dogol
dan udang krosok.
2 Sumberdaya pelagis kecil, yaitu jenis ikan yang berenang dipermukaan atau dekat permukaan air laut. Jenis ikan ini diantaranya ikan kembung,
bentrong, layang dan selar. 3 Sumberdaya pelagis besar, yaitu jenis ikan permukaan yang berukuran
besar dan mempunyai sifat ruaya pengembara yang sangat jauh. Berdasarkan ukurannya, ikan pelagis besar dibagi atas tuna besar dan
tuna kecil. kelompok tuna besar diantaranya tuna sirip hitam, sedangkan kelompok tuna kecil diataranya cakalang dan tongkol.
4 Biota laut lainnya seperti kekerangan, rumput laut, cumi cumi dan teripang. Berdasarkan potensi dan penyebaran sumberdaya ikan laut di perairan
Indonesia yang disusun oleh komisi nasional pengkajian stok sumberdaya ikan laut tahun 1998 potensi lestari dan pemanfaatan sumberdaya perikanan
laut pada Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa secara keseluruhan selat
Malaka dan laut Jawa tingkat pemanfaatannya telah melebihi potensi lestari. Laut Banda lebih dari 80 potensi lestarinya juga telah dimanfaatkan,
sedangkan wilayah pengelolaan perikanan lainnya yaitu laut China Selatan, selat Makasar dan laut Flores, laut Arafura, laut Seram dan teluk Tomini, laut
Sulawesi dan samudra Pasifik, serta samudra Hindia masih sangat potensial untuk diusaha-kembangkan, karena tingkat pemanfaatannya masih dibawah
80. Potensi lestari adalah potensi sumberdaya perikanan dimana proses eksploitasi sumberdaya perikanan tersebut tetap dipertahankan di bawah nilai
upaya maksimum lestari.
13
Tabel 2. Produksi perikanan tangkap menurut sub sektor perikanan tangkap pada tahun 2000-2005 dalam ton Potensi dan Produksi 10
3
tontahun
Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP Kelompok
Sumber Daya S. Malka
LCS L. Jawa
SM LF L. Bd
L. Arfr LS
TT LS
Sp S. Hd
Ikan Pelagis Besar
-Potensi -JTB
-Produksi -Pemanfaatan
27,67 22,14
36,27 OE
66,08 52,86
35,16 UE
55,00 44,00
137,82 OE
193,60 154,88
85,10 UE
104,12 83,30
29,10 UE
50,868 40,69
34,56 UE
106,51 85,21
37,46 UE
175,26 140,21
153,43 OE
366,26 293,01
188,28 UE
Ikan Pelagis Kecil
-Potensi -JTB
-Produksi -Pemanfaatan
147,30 117,84
132,70 FE
621,50 497,20
205,53 UE
340,00 272,00
507,53 OE
605,44 484,35
333,35 UE
132,00 105,60
146,47
OE 468,66
374,93 12,31
UE 379,44
303,55 119,43
UE 384,75
307,80 62,45
UE 526,57
421,26 26,56
UE Ikan Demersial
-Potensi -JTB
-Produksi -Pemanfaatan
82,40 65,92
146,29 OE
334,80 267,84
54,69 UE
375,20 300,16
334,92 FE
87,20 69,76
167,38 OE
9,32 7,46
43,20 OE
202,34 161,87
156,60 UE
88,84 71,07
32,14 UE
54,86 43,89
15,31 UE
135,13 108,10
134,83 OE
Ikan karang Konsumsi
-Potensi -JTB
-Produksi -Pemanfaatan
5,00 4,00
21,60 OE
21,57 17,26
7,88 UE
9,50 7,60
48,24 OE
34,10 27,28
24,11 FE
32,10 25,68
6,22
UE 3,10
2,48 22,58
OE 12,50
10,00 4,63
UE 14,50
11,60 2,21
UE 12,88
10,30 19,42
OE Udang Penaeid
-Potensi -JTB
-Produksi -Pemanfaatan
11,40 9,12
49,46 OE
10,00 8,00
70,51 OE
11,40 9,12
52,80 OE
4,80 3,84
36,91 OE
0,00 0,00
0,00 43,10
34,48 36,67
FE 0,90
0,72 1,11
OE 2,50
2,00 2,18
OE 10,70
8,56 10,24
OE Lobster
-Potensi -JTB
-Produksi -Pemanfaatan
0,40 0,32
0,87 OE
0,40 0,32
1,24 OE
0,50 0,40
0,93 OE
0,70 0,56
0,65 OE
0,40 0,32
0,01 UE
0,10 0,08
0,16 OE
0,30 0,24
0,02 UE
0,40 0,32
0,04 UE
1,60 1,28
0,16 UE
Cumi cumi -Potensi
-JTB -Produksi
-Pemanfaatan 1,86
1,49 3,15
OE 2,70
2,16 4,89
OE 5,04
4,03 12,11
OE 3,88
3,10 7,95
OE 0,05
0,04 3,48
OE 3,39
2,71 0,30
UE 7,13
5,70 2,86
UE 0,45
0,36 1,49
OE 3,75
3,00 6,29
OE
Sumber : Pengkajian stock ikan di perairan Indonesia, DKP bekerjasama dengan LIPI, 2002
Keterangan :
Keterangan
WPP
: 1.S.Malka=Selat Malaka, 2.LCS=Laut China Selatan, 3. L. Jawa=Laut Jawa, 4. SMLF=Selat Makasar dan laut Flores, 5. L.Bd= Laut Banda, 6. L. Arfr=Laut Arafura,
7. LSTT=Laut Seram dan Teluk Timoni, 8. LSSP=Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik, 9. S. Hd=Samodra Hindia, JTB=Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan.
Kategori Eksploitasi : Pemanfaatan 100 = over exploited OE, pemanfatan 80-100=full exploted FE, pemanfaatan 80 = under exploited
Secara khusus perairan pantai Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat terbagi dalam dua wilayah, yaitu perairan pantai utara pulau Jawa yang
menghadap laut Jawa dan perairan pantai selatan pulau Jawa yang 14
menghadap Samudera Hindia. Perbedaan wilayah penangkapan ini mempengaruhi volume produksi dan jenis ikan yang dihasilkan. Pada Tabel 3
berikut disajikan produksi perikanan laut 2004 di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 3. Produksi perikanan laut menurut jenis ikan dan daerah perairan
pantai di Jawa Tengah Jenis Ikan
Pantai Selatan Jawa Pantai Utara Jawa
Total layang -
56.260.600 56.260.600
selar - 15.204.800
15.204.800 teri -
3.671.400 3.671.400
tembang - 39.817.800
39.817.800 lemuru 209.600
12.173.300 12.382.900
kembung 6.500 16.662.400 16.668.900
tengiri 171.600 5.492.200
5.663.800 layur 274.400
3.236.100 3.510.500
tuna 1.666.000 -
1.666.000 cakalang 2.523.700
- 2.523.700
tongkol 203.800 14.396.700 14.600.500
peperek - 15.728.800
15.728.800 manyung 39.900
6.832.000 6.871.900
beloso - 1.374.100
1.374.100 merah -
3.921.800 3.921.800
tigawaja 74.600 5.711.000
5.785.600 cucut 412.700
2.886.100 3.298.800
pari 143.400 3.653.100
5.956.300 ikan lainnya
1.749.100 52.160.400 53.909.500
udang 790.200 1.759.800
2.550.000 cumi cumi
58.800 3.111.100
3.169.900 ubur ubur
4.433.800 4.433.800 4.433.800
lain lain 1.536.600
695.900 2.232.500
Total 14.294 700
266.909.200 281.203. 900
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jateng 2004
2.2 Sistem
Sistem adalah suatu gugus atau kumpulan dari elemen yang saling berhubungan berinteraksi dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan
Hartrisari, 2007. Menurut Eriyatno, 1998. Sistem merupakan keseluruhan interaksi unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang
15
bekerja mencapai tujuan. Pengertian dari keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan atau susunan, yaitu terletak pada kekuatan yang
dihasilkan oleh keseluruhan jauh lebih besar dari suatu penjumlahan. Pengertian interaksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur
yang memberi bentukstruktur kepada obyek, membedakan dengan obyek lain, dan mempengaruhi perilaku dari obyek sistem. Unjuk kerja dari sistem
ditentukan oleh fungsi unsur. Gangguan salah satu fungsi unsur mempengaruhi unsur lain sehingga mempengaruhi unjuk kerja sistem
sebagai keseluruhan. Unsur yang menyusun sistem ini disebut juga bagian sistem atau sub-sistem.
Menurut Eriyatno, 1998, pengertian obyek adalah sistem yang menjadi perhatian dalam suatu batas tertentu sehingga dapat dibedakan antara sistem
dengan lingkungan sistem. Artinya semua yang di luar batas sistem adalah lingkungan sistem. Pada umumnya, semakin luas bidang perhatian semakin
kabur batas sistem. Demikian juga sebaliknya, semakin spesifik obyek semakin jelas batas sistem. Dengan demikian, jelas batas obyek dengan
lingkungan cenderung bersifat mental atau konseptual, terutama obyek non- fisik. Pengertian batas antara sistem dengan lingkungan tersebut memberikan
dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup adalah sebuah sistem dengan batas yang dianggap kedap tidak tembus
terhadap pengaruh lingkungan. Sistem tertutup itu hanya ada dalam anggapan, karena pada kenyataannya sistem selalu berinteraksi dengan
lingkungan, atau sebagai sebuah sistem terbuka. Pengertian tujuan adalah unjuk kerja sistem yang teramati atau diinginkan. Unjuk kerja yang teramati
merupakan hasil yang telah dicapai oleh kerja sistem, yaitu keseluruhan interaksi antar unsur dalam batas lingkungan tertentu. Di pihak lain, unjuk
kerja yang diinginkan merupakan hasil yang akan diwujudkan oleh sistem melalui keseluruhan interaksi antar unsur dalam batas lingkungan tertentu.
Menurut Marimin, 2004. pencapaian tujuan akan menyebabkan timbulnya dinamika, perubahan-perubahan yang terus menerus perlu dikembangkan
dan dikendalikan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa sistem sebagai gugus dari elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka
mencapai tujuan atau subtujuan. 16
Mulai Analisis Kebutuhan
Absah Formulasi
Identifikasi Sistem
- Diagram lingkar sebab akibat
- Diagram input-output
Absah
Absah
Permodelan
Verifikasi dan validasi
Selesai Absah
Absah
Gambar 2. Tahapan Pendekatan Sistem Eriyatno, 1998
2.2.1 Keunggulan pendekatan sistem
Menurut Marimin 2004 dikatakan bahwa pendekatan sistem diperlukan karena makin lama maka dirasakan interdependensinya dari
berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem. Masalah-masalah yang dihadapi pada waktu ini tidak lagi sederhana dan dapat menggunakan
peralatan yang menyangkut satu disiplin saja, tetapi memerlukan peralatan 17
yang komprehensif, yang dapat mengindentifikasi dan memahami berbagai aspek dari suatu permasalahan dan dapat mengarahkan pemecahan secara
menyeluruh . Pendekatan sistem sangat penting untuk menonjolkan tujuan yang
hendak dicapai dan tidak terikat pada prosedur koordinasi atau pengawasan dan pengendalian itu sendiri. Dalam banyak hal pendekatan manajemen
tradisional seringkali mengarahkan pandangan pada cara cara koordinasi dan kontrol yang tepat, seolah inilah yang menjadi tujuan manajemen, padahal
tindakan koordinasi dan kontrol ini hanyalah suatu cara untuk mencapai tujuan, dan harus disesuaikan dengan lingkungan yang dihadapi.
Konsep sistem terutama berguna sebagai cara berfikir dalam suatu kerangka analisis, yang dapat memberi pengertian yang lebih mendasar
mengenai perilaku dari suatu sistem dalam mencapai tujuannya, dengan demikian kaitan antara faktor-faktor teknologi, ekonomi dan politik makin lama
makin erat, gerakan disalah satu bidang akan mempunyai pengaruh pada bidang lain. Hal tersebut mencerminkan kompleksitas dari lingkungan.
Disinilah diperlukan keterpaduan antara pengolahan data yang makin rumit menjadi informasi yang diperlukan untuk pembuatan keputusan.
Pengolahan data ini makin lama makin rumit yang perlu dilaksanakan dengan melalui peralatan yang lebih kompleks dan keahlian yang lebih
mengkhususkan diri untuk menanganinya. Spesialisasi ini makin menjadikan pengolahan data menjadi suatu kegiatan tersendiri yang kadang kadang
terpisah dari kegiatan menajemen organisasi sebagai keseluruhan, karena itu perlu pengitegrasian pengolahan informasi ini dengan mengambil keputusan
sehingga keputusan keputusan yang dibuat akan mempunyai landasan yang kokoh berdasarkan kenyataan
.
2.2.2 Metode perbandingan eksponensial
Menurut Marimin 2004 Metode Perbandingan Eksponensial MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif
keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu
18
bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahap proses.
2.2.3 Proses metode perbandingan eksponensial
Dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu : menyusun alternatif alternatif
keputusan yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria,
menghitung skor atau nilai total setiap alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing masing
alternatif. Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam metoda
perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut: m
Tkkj
Total nilai TN I = ∑ { RK ij
J=i
Dengan: TN i : total nilai elternatil ke-1
RK ij : derajat kepentingan relatif criteria ke-j pada pilihan keputusan I TKK j : derajat kepentingan criteria keputusan ke j; TKK j 0;bulat
n : jumlah pilihan keputusan
m : jumlah criteria keputusan
Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan melalui cara wawancara dengan pakarresponden atau melalui kesepakatan curah
pendapat, sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya.
Semakin besar nilai alternatif semakin besar pula skor alternatif tersebut.
Total skor masing masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya eksponensial.
Metode perbandingan eksponensial mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor yang
19
menggambarkan urutan prioritas menjadi besar fungsi eksponensial ini mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata.
Produk yang potensial untuk diinvestasikan tentunya produk yang mempunyai nilai tinggi untuk setiap kriteria. Penilaian alternatif pada setiap kriteria
menggunakan skala nila 1- 5.
2.3 Prinsip-prinsip Dasar Teknologi Pengolahan Modern 1. Pendinginan dan Pembekuan