Latar Belakang Prof. Dr. Ir. Mulyono Baskoro, M.Sc

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2004 total produksi perikanan sebesar 6,5 juta ton. Dari jumlah tersebut sebanyak 66,2 berasal dari laut. Produksi perikanan tersebut dimanfaatkan sebagai makanan dalam bentuk segar 56,16, olahan tradisional 26,31 dan olahan modern sebesar 17,53. Dari jumlah total olahan tradisional, sebanyak 68,73 diolah dalam bentuk ikan asin, sedangkan sisanya didistribusikan dalam bentuk produk pindang, fermentasi serta bentuk olahan lainnya. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar mempunyai nilai dan tingkat mutu yang rendah Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2004. Pada tahun yang sama, ekspor perikanan mencapai 902.358 ton dan hampir 80 didominasi produk olahan modern, sementara ekspor produk tradisional seperti ikan asin, ikan asap, ikan pindang dan produk fermentasi hanya 5,3 dari total ekspor. Jumlah ekspor produk tradisional tersebut hanya sebesar 3,6 berasal dari kegiatan usaha dengan skala rumah tangga. Berdasarkan hasil pengkajian stock ikan yang dilakukan Badan Riset Kelautan dan Perikanan BRKP dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI tahun 2001 sumberdaya ikan di perairan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis dalam bidang perikanan dapat dikategorikan kedalam 5 kelompok yaitu ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan hias dan ikan demersal. Ikan demersal adalah ikan yang hidup pada atau dekat dengan dasar laut antara lain ikan baronang, bawal hitam, bawal putih, beloso, bijinangka, cucut, ekor kuning, pisang-pisang, gulamah, tigawaja, gerot-gerot, ikan lidah, ikan merah, bambangan, jenaha, ikan nomei, ikan peperek, ikan sebelah, kakap putih, kerapu, kurisi, kuro, senangin, layur, lencam, manyung, ikan pari dan swanggi. Berbeda dengan ikan demersal, ikan pelagis hidupnya aktif di dekat permukaan laut seperti misalnya ikan tuna, layaran , hiu, setuhuk, alu-alu, bawal hitam, belanak, japuh, julung-julung, kembung, ikan kuwe, layang, lemuru, parang-parang, selar, sunglir, talang-talang, tembang, teri, terubuk, tetengkek, tongkol, setuhuk, ikan layaran, ikan pedang, cakalang dan tenggiri. . Pengolahan ikan skala kecil menggunakan modal usaha yang relatif terbatas, teknik dan peralatan sederhana. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pengolah ikan skala usaha kecil menengah tersebut telah diupayakan pemerintah DKP, 2002 antara lain sebagai berikut : 1 Perbaikanpengadaan sarana penanganan ikan di atas kapal palka, es, refrigerasi dll 2 Pengadaan fasilitas para pengolah di sentra kegiatan pengolahan hasil perikanan. 3 Penyediaan sumber air bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene. 4 Pengembangan Standard Operating Procedure SOP khusus olahan produk perikanan. 5 Penguatan modal usaha “creditloan scheme” dan informasi pasar serta promosi produk perikanan. 6 Peningkatan intensitas pelatihan kepada para pengolah dan para pemasok bahan baku. 7 Penyebar luasan informasi tentang peraturan keamanan pangan food safety sekaligus membangun kesadaran para pengolah . 8 Penguatan jaringan pascapanen ASEAN ASEAN FPHT Network Dengan adanya pasar bebas ASEAN, Indonesia telah membuka pasar bagi setiap produk perikanan dari luar sebagaimana perkembangan permintaan konsumen. Keadaan tersebut memberikan dampak pada persaingan dengan produk dalam negeri. Salah satu kunci agar suatu produk dapat bersaing dipasaran adalah tingginya daya kompetitif dengan melihat keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif yang diperoleh dari produk perikanan antara lain tersedianya bahan baku yang cukup, tersedianya tenaga kerja lokal yang terampil dan dikuasainya teknologi pascapanen perikanan. Keunggulan komparatif tersebut dapat diubah menjadi daya kompetitif apabila dalam semua 2 aspek dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Kedekatan antara kegiatan produksi dengan ketersediaan bahan baku, tenaga kerja dan teknologi ditambah dengan permodalan merupakan dasar dalam menentukan keberhasilan pengembangan produk perikanan. Dahuri 2002 dalam makalah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan, menyatakan bahwa industri perikanan sebagai bagian dari sistem bisnis dan industri perikanan belum besar peranannya di dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan. Industri pengolahan produk perikanan kebanyakan belum mampu memperoleh bahan baku yang dibutuhkan guna mengoperasikan unit usahanya pada tingkat kapasitas terpasang secara kontinyu. Hal ini pada dasarnya karena belum terjalin keterkaitan antara industri pengolahan dengan pemasok bahan baku, sehingga mobilisasi pembangunan industri perikanan seperti industri pengolahan ikan belum dapat memberikan peranan yang lebih besar dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan. Dalam perspektif ketahanan pangan, ikan dan produk perikanan memegang peranan penting sebagai penyedia bahan pangan sumber protein untuk pemenuhan gizi masyarakat. Selain itu kandungan asam lemak tidak jenuh omega tiga yang tinggi dalam minyak ikan dilaporkan dapat memberikan banyak keuntungan di bidang kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner. Asam lemak omega tiga diketahui dapat menurunkan kolesterol dalam darah Prameswari, 2006. Kandungan rataan asam lemak omega tiga pada minyak ikan lemuru dan tuna yang banyak ditemukan di Indonesia. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat yang dicirikan oleh rendahnya kandungan kolesterol dan tingginya protein, telah memberikan kecenderungan permintaan atas produk perikanan yang semakin meningkat. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas menggambarkan selama kurun waktu 2001 – 2003, kisaran proporsi pengeluaran rataan per kapitabulan untuk kebutuhan konsumsi ikan adalah 5,17 – 6,3. Dalam kurun waktu yang sama, persentase ini lebih besar dibanding persentase pengeluaran 3 sumber protein hewani lainnya, yaitu 2,29–3,43 serta telur dan susu 2,86 – 3,72 BPS, 2004. Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari 13.677 pulau mempunyai garis pantai sekitar 81.000 km dan sebagian besar 62 wilayah kedaulatan Indonesia berupa laut seluas 5,8 juta km 2 , terdiri dari 3,1 juta km 2 perairan nusantara ditambah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia ZEEI seluas 2,7 km 2 . Perairan Indonesia tersebut merupakan sumberdaya hayati perikanan yang potensial untuk memenuhi kepentingan penyediaan sumber pangan karena memiliki potensi lestari sumberdaya perikanan laut 6,5 juta ton pertahun yang terdiri dari 4,2 juta ton pada perairan wilayah nusantara dan sekitar 2,3 juta ton per tahun pada perairan ZEE Indonesia. Kekayaan sumberdaya laut yang relatif besar tersebut diharapkan Indonesia dapat mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya guna menunjang keberhasilan sektor perikanan yang selanjutnya dapat pula menunjang keberhasilan pembangunan perikanan. Potensi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan meliputi 1 ketersediaan sumberdaya ikan untuk konsumsi manusia, 2 industri pengolahan hasil perikanan, 3 jumlah penduduk yang besar sebagai sasaran konsumen produk perikanan. Peluang pasar dalam negeri mempunyai prospek yang cukup baik. Tingkat konsumsi ikan perkapita penduduk Indonesia masih rendah yaitu 24,6 kgkapitatahun pada tahun 2004 dan tahun 2005 diperkirakan 25 kgkapitatahun. Nilai ini masih jauh dibawah tingkat konsumsi ikan perkapita masyarakat dinegara-negara maju seperti Jepang 110 kg, Korea selatan 85 kg, Hongkong 85 kg, AS 80 kg, Malaysia 45 kg dan Thailand 35 kg. Mengingat masih rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia saat ini maka diperlukan upaya nyata untuk memotivasi agar masyarakat untuk lebih banyak mengkonsumsi ikan melalui gerakan memasyarakatkan makan ikan. Berbagai jenis ikan air tawar maupun ikan laut memiliki peluang cukup besar untuk mengisi pasar dalam negeri Ditjen P2HP, 2005. Dalam struktur perekonomian nasional, sektor perikanan memiliki peran strategis sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber devisa bagi negara. Lapangan kerja yang terkait langsung dengan industri perikanan adalan usaha produksipenangkapan, usaha budidaya, usaha penangananpengolahan dari 4 yang berskala kecil rumah tangga sampai industri besarmodern serta usaha pelayanan jasa yang mendukung usaha produksi dan pengolahan.

1.2 Rumusan Masalah