Penutupan lahan Faktor-faktor Penyebab Lahan Kritis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor-faktor Penyebab Lahan Kritis

4.1.1 Penutupan lahan

Penutupan lahan memiliki pengertian yang berbeda dengan penggunaan lahan.Lillesand dan Kiefer 1990 mendefinisikan penutupan lahan sebagai suatu istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Peta penutupan lahan diperoleh dari hasil interpretasi citra Landsat 5 TM dengan menggunakan software Erdas Imagine 9.1 dengan metode klasifikasi terbimbing supervised classification dan hasil pengamatan dengan melakukan ground check ke lapangan. Pengecekan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi penutupan lahan di lapangan yang sebenarnya dengan menelusuri lokasi- lokasi pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan meliputi mencari titik Ground Control Point GCP di lapangan dengan mengamati kondisi penutupan dan manajemen lahan, dokumentasi serta mencatat tipe tutupan lahan. Penafsiran citra mengacu pada klasifikasi kelas penutupan oleh Badan Planologi Kehutanan yang dilakukan secara manual dengan cara interpretasi citra berdasarkan kenampakan warna objek. Selain itu, pengenalan objek juga dilakukan dengan pendekatan letak, bentuk, dan pola penyebaran JICA dan Fahutan IPB 2010. Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 5 TM dengan tanggal akusisi 2 November 2009 pada kombinasi band 543 dan hasil survey lapangan diperoleh sembilan 9 kelas penutupan lahan yaitu hutan, kebunperkebunan, ladangtegalan, semakbelukar, sawah, pemukiman, badan air, rumput lahan terbuka, dan awanbayangan awan. Citra tersebut diuji tingkat keakuratan pemetaan penutupan lahan dengan menggunakan data survey lapangan berupa 70 titik koordinat yang mewakili setiap penutupan lahan dan 49 titik koordinat dari Google Earth. Hasil akurasi yang diperoleh sebesar 95,80. Luasan masing- masing kelas tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis penutupan lahan beserta luasannya di Sub DAS Cisadane Hulu No. Tipe Penutupan Lahan Luas Ha Persentase 1. Hutan 5.181,32 11,85 2. Kebunperkebunan 14.306,21 32,72 3. Ladangtegalan 2.859,76 6,54 4. Semakbelukar 6.682,68 15,28 5. Sawah 4.075,11 9,32 6. Pemukiman 6.630,77 15,16 7. Rumputlahan terbuka 459,11 1,05 8. Badan air 345,54 0,79 9. Awanbayangan 3.187,52 7,29 Total 43.728,29 100,00 Setiap tipe penutupan lahan memiliki karakteristik yang berbeda. Penutupan lahan hutan pada citra ditunjukkan oleh warna hijau tua dengan bentuk polygon yang tidak teratur. Selain itu, kenampakan hutan dicirikan oleh adanya kemiringan lereng. Kawasan hutan tersebar di sebelah barat Sub DAS Cisadane Hulu yang terletak di Kecamatan Cijeruk dan termasuk kawasan Taman Nasional Halimun Salak dan di sebelah selatan terletak di Kecamatan Ciawi dan Caringin termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Selain itu, terdapat kawasan hutan yang terletak di Kecamatan Dramaga yang diperuntukkan bagi penelitian. Penutupan lahan berupa hutan dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Penutupan lahan hutan. Kebunperkebunan adalah seluruh kawasan yang ditanami tanaman tahunan dan tanaman beranekaragaman jenis. Ketika survey lapangan, ditemukan perkebunan karet dan kebun campuran yang kemudian diklasifikasikan ke dalam kelas penutupan lahan yang sama, yaitu kebunperkebunan karena perkebunan karet hanya ditemukan di Cibungbulang, Kecamatan Ciampea. Perkebunan karet pada citra ditunjukkan oleh tone warna yang sama yaitu kecoklatan, sedangkan kebun ditunjukkan oleh tone warna yang tidak teratur dengan warna hijau kecoklatan. Penutupan lahan kebunperkebunan tersebar merata dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Sub DAS Cisadane Hulu. Kawasan penutupan lahan berupa kebunperkebunan dapat dilihat pada Gambar 10. a b Gambar 10 Penutupan lahan kebunperkebunan berupa a perkebunan karet, b kebun campuran. Kawasan kebunperkebunan merupakan penutupan lahan yang memiliki luasan terbesar diantara penutupan lahan lainnya dengan luas 14.306,21 Ha atau 32,72 dari total luas Sub DAS Cisadane Hulu. Kawasan ini tersebar hampir di seluruh wilayah Sub DAS Cisadane Hulu. Ladang merupakan areal pertanian yang ditanami tanaman semusim. Tanaman semusim meliputi jenis tanaman yang umurnya hanya satu musim. Pada citra, ladang dikenali dengan warna kuning muda dengan tekstur yang halus. Ketika pengamatan lapangan ditemukan jenis tanaman yang ditanami di perladangan adalah jagung, singkong, kacang tanah, dan ketela pohon dengan luasan yang kecil sebesar 2.859,76 Ha atau 6,53 tersebar di beberapa wilayah Di Sub DAS Cisadane Hulu. Tipe penutupan lahan berupa ladang yang ditemukan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 11 a. Selain itu, masyarakat juga melakukan pola tanam dengan tumpang sari di lahan ladangtegalan. Masyarakat umumnya melakukan penanaman dengan pola tanam tumpangsari untuk mengefisiensi penggunaan lahan. Jenis tanaman yang ditanam antara lain singkong, jagung, ubi jalar, dan pisang. Menurut Sastrahidayat 1991, pola tumpangsari adalah penggunaan tanaman penjagapelindung yang tumbuhnya tinggi, bersifat sementara seperti pisang, untuk menaungi pohon- pohonan ketika masih muda. Sawah pada citra dapat dilihat dari tone warna biru keunguan hingga hijau muda yang cerah. Sawah merupakan bentuk pertanian lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang. Sawah tersebar di beberapa wilayah Sub DAS Cisadane Hulu dengan luas 4.075,11 Ha atau 9,32 dari luas total Sub DAS Cisadane Hulu. Sebagian besar masyarakat mengelola sawah milik orang lain. Gambar 11 b menunjukkan penggunaan lahan berupa sawah. a b Gambar 11 Tipe penutupaan lahan berupa: a ladang, b sawah. Semakbelukar pada citra mempunyai warna hijau hingga kecoklatan dengan tekstur yang agak kasar. Semakbelukar merupakan tumbuhan alami berupa rumput, perdu dan pohon kecil. Semakbelukar umumnya tumbuh menutupi permukaan tanah dan memiliki kerapatan yang cukup padat, sehingga dapat berfungsi sebagai penahan erosi. Semakbelukar memiliki luas sebesar 6.682,68 Ha atau 15,28 dari luas total Sub DAS Cisadane Hulu. Semakbelukar umumnya merupakan lahan yang dipersiapkan untuk lahan pertanian. Jenis tanaman semakbelukar yang ditemukan saat di lapangan berupa rerumputan dan pohon-pohon kecil seperti terlihat pada Gambar 12 a. a b Gambar 12 Tipe penutupan lahan berupa: a semakbelukar dan b pemukiman. Penutupan lahan berupa pemukiman pada citra dapat dikenali dengan mudah yang ditunjukkan oleh warna merah muda dengan pola yang teratur. JICA dan Fahutan IPB 2010 mendefinisikan pemukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan bekerja. Luas penutupan lahan pemukiman adalah 6.630,77 Ha atau 15,16 dari total luas wilayah Sub DAS Cisadane Hulu. Pemukiman perkotaan terdapat di sebelah barat Sub DAS Cisadane Hulu sedangkan pemukimaan pedesaan tersebar di beberapa wilayah. Gambar 12 b menunjukkan tipe penutupan lahan pemukiman. Tipe penutupan lahan badan air pada citra dapat dilihat pada tone warna biru tua. Badan air merupakan semua kenampakan perairan termasuk laut, sungai, danau, dan waduk. Badan air menempati luasan areal terkecil sekitar 345,54 Ha atau 0,79 dari luas total Sub DAS Cisadane Hulu. Bentuk badan air berupa sungai dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk MCK. Sungai ini memanjang dari Kecamatan Rumpin, Cibungbulang, Ciampea, Dramaga, Bogor Barat, Bogor Tengah, Bogor Selatan, Cijeruk hingga Caringin. Selain itu, terdapat danau Lido yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata seperti terlihat pada Gambar 13 a. Rumputlahan terbuka pada citra memiliki warna kuning terang dengan tekstur yang halus. Menurut JICA dan Fahutan IPB 2010, rumputlahan terbuka merupakan kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi berupa singkapan batuan puncak gunung, kawah vulkanik, pasir, lahan terbuka bekas kebakaran dan ditumbuhi alang-alangrumput. Luas rumputlahan terbuka sekitar 459,37 Ha atau 1,05. Tipe penutupan lahan rumputlahan terbuka yang ditemui pada saat di lapangan sebagian besar berupa rumput-rumputan yang terdapat di kawasan golf. Gambar 13 b menunjukkan tipe penutupan lahan rumputlahan terbuka berupa kawasan golf. a b Gambar 13 Tipe penutupan lahan berupa: a badan air, b rumputlahan terbuka. Awanbayangan pada citra diklasifikasikan ke dalam kelas yang sama. Awan ditunjukkan oleh warna putih, sedangkan bayangan awan berwarna biru gelap dan terdapat didekat awan serta memiliki bentuk yang relatif sama dengan awan tersebut. Awanbayangan pada citra mendominasi di kawasan lindungdengan luas sebesar 3.187,53 Ha atau 7,29. Informasi penutupan lahan tersebut kemudian dinilai berdasarkan persentase tutupan tajuk pohon yang diklasifikasikan ke dalam lima 5 kelas, yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk. Secara rinci luasan penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kelas penutupan lahan kawasan Sub DAS Cisadane Hulu No. Kelas penutupan tajuk Penutupan lahan Luas Ha Persentase 1. Sangat baik Hutan 5.181,32 11,85 2. Baik Semakbelukar 6.682,68 15,28 3. Sedang KebunPerkebunan 14.306,21 32,72 4. Buruk Ladangtegalan 2.859,76 6,54 5. Sangat buruk Rumputlahan terbuka, pemukiman, sawah 11.165,26 25,53 6. Tidak diklasifikasi Badan air, awanbayangan 3.533,07 8,08 Total 43.728,30 100,00 Tutupan lahan kebunperkebunan mendominasi di kawasan Sub DAS Cisadane Hulu sebesar 14.306,21 Ha atau 32,72 dari luas total kawasan. Kebunperkebunan yang memiliki persentase penutupan tajuk 41-60. Hal ini mengindikasikan bahwa penutupan lahan Sub DAS Cisadane Hulu tergolong sedang. Sebaran spasial penutupan lahan dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Peta penutupan lahan Sub DAS Cisadane Hulu.

4.1.2 Kemiringan lereng

Dokumen yang terkait

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 6 116

Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Cisadane Hulu Kabupaten Bogor

0 8 9

Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

2 14 25

Analisis alih fungsi lahan dengan menggunakan penginderaan jauh dan kesediaan membayar di Sub DAS Ciliwung Hulu Jawa Barat

0 7 160

Identifikasi Dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Sistem Infonnasi Geografi Dan Penginderaan Jauh (Kasus Sub Das Citarum Hulu, Propinsi Jawa Barat)

0 10 182

Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh untuk Model Hidrologi ANSWERS dalam Memprediksi Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan terhadap Sedimentasi di Sub DAS Cisadane Hulu DTA Cipopokol, Kab. Bogor

0 16 99

Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

0 10 152

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 8 106

VALIDASI LUAS LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 12

APLIKASI PENGOLAHAN DIGITAL CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS KASUS DI KABUPATEN BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH

0 0 8