Singkapan batuan Produktivitas lahan

4.1.5 Singkapan batuan

Singkapan batuan pada suatu wilayah memberikan gambaran terhadap kondisi suatu lahan dilihat dari sedikit atau banyaknya suatu batuan yang menutupi permukaan tanah. Parameter ini hanya digunakan untuk menilai tingkat kekritisan lahan di kawasan budidaya pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa singkapan batuan mempengaruhi kondisi lahan pertanian. Peta batuan diperoleh dari peta geologi yang bersumber dari Bappeda Kabupaten Bogor. Secara rinci singkapan batuan Sub DAS Cisadane Hulu disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Luas singkapan batuan Sub DAS Cisadane Hulu No. Persentase batuan Luas Ha Persentase 1. Sedikit 10 552,83 1,27 2. Sedang 10 – 30 3.504,42 8,05 3. Banyak 30 39.490,27 90,68 Total 43.547,51 100,00 Sumber: BP DAS Citarum – Ciliwung Hampir seluruh wilayah Sub DAS Cisadane Hulu permukaan lahannya tertutupi oleh batuan sebesar 39.490,27 Ha atau 90,68 dari total luas Sub DAS Cisadane Hulu. Diduga bahwa semakin banyaknya batuan yang menutupi permukaan lahan menyebabkan unsur hara sulit menembus permukaan tanah dan mempengaruhi penyerapan air, sehingga dapat mengakibatkan penurunan produktivitas lahan. Suripin 2002 memaparkan bahwa penurunan produktivitas ini disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah, dimana unsur hara yang terdapat pada lapisan tanah atas hilang bersamaan dengan terjadinya proses erosi. Dengan demikian, erosi dapat memicu terjadinya lahan kritis. Gambar 19 Peta singkapan batuan kawasan budidaya pertanian Sub DAS Cisadane Hulu.

4.1.6 Produktivitas lahan

Data produktivitas merupakan salah satu kriteria yang dipergunakan untuk menilai kekritisan lahan di kawasan budidaya untuk usaha pertanian. Data ini merupakan data atribut yang kemudian dispasialkan dengan satuan unit pemetaan penutupan lahan. Produktivitas lahan pertanian hanya dinilai pada tutupan lahan berupa sawah, ladangtegalan, dan kebunperkebunan dengan masing-masing komoditi pertanian berupa padi, jagung, dan kopi. Produktivitas lahan dianalisis dari hasil komoditi pertanian dari tahun 2008-2011 untuk tiap kecamatan. Data produktivitas secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil analisis tingkat produktivitas lahan beserta luasannya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Tingkat dan luas produktivitas lahan kawasan budidaya Sub DAS Cisadane Hulu No. Tingkat Produktivitas Luas Ha Persentase 1. Sangat tinggi 17.031,93 50,43 2. Tinggi - - 3. Sedang 181,21 0,54 4. Rendah 1.292,96 3,83 5. Sangat rendah 1.873,64 5,55 6. Tidak diklasifikasi 13.391,26 39,65 Total 33.771,01 100,00 Keterangan: = penutupan lahan berupa awanbayangan, badan air, hutan, pemukiman, semakbelukar, dan rumput tidak dianalisis. Berdasarkan Tabel 11, produktivitas lahan di Sub DAS Cisadane Hulu termasuk kategori sangat tinggi dilihat dari luasan yang mendominasi sebesar 7.031,93 Ha atau 50,43 dari luas total kawasan budidaya Sub DAS Cisadane Hulu. Tingkat produktivitas sangat rendah memiliki proporsi luas tertinggi kedua sebesar 1.873,64 Ha atau 5,55. Rendahnya produktivitas lahanpertanian menurut Suripin 2002 disebabkan oleh lahan-lahan pertanian yang terus- menerus ditanami tanpa istirahat dan tanpa disertai cara pengelolaan tanaman, tanah, dan air yang baik dan tepat, khususnya di daerah basah dengan curah hujan yang melebihi 1500 mmtahun. Penurunan produktivitas ini dapat disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah, dimana unsur hara yang terdapat pada lapisan tanah atas hilang bersamaan dengan terjadinya proses erosi. Gambar 20 Peta produktivitas lahan kawasan budidaya pertanian Sub DAS Cisadane Hulu.

4.2 Analisis Tingkat Kekritisan Lahan

Dokumen yang terkait

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 6 116

Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Cisadane Hulu Kabupaten Bogor

0 8 9

Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

2 14 25

Analisis alih fungsi lahan dengan menggunakan penginderaan jauh dan kesediaan membayar di Sub DAS Ciliwung Hulu Jawa Barat

0 7 160

Identifikasi Dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Sistem Infonnasi Geografi Dan Penginderaan Jauh (Kasus Sub Das Citarum Hulu, Propinsi Jawa Barat)

0 10 182

Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh untuk Model Hidrologi ANSWERS dalam Memprediksi Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan terhadap Sedimentasi di Sub DAS Cisadane Hulu DTA Cipopokol, Kab. Bogor

0 16 99

Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

0 10 152

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 8 106

VALIDASI LUAS LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 12

APLIKASI PENGOLAHAN DIGITAL CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS KASUS DI KABUPATEN BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH

0 0 8