digambarkan dalam bentuk peta, sedangkan data atribut merupakan data yang berupa informasi dari setiap fenomena yang terdapat di permukaan bumi. Data
atribut dapat berupa tulisan ataupun angka-angka dan disajikan dalam bentuk tabel atau berupa laporan. Data yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci
tercantum pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis data yang digunakan dalam penelitian
No. Jenis Data
Sumber Data Keterangan
1. Citra Satelit Landsat 5 TM
pathrow 12265 BIOTROP
Tanggal akusisi 2 November 2009
2. Citra ASTER GDEM
http:srtm.csi.cgiar.org 3.
Peta administrasi Sub DAS Cisadane Hulu
BP DAS Citarum-Ciliwung Skala 1:250.000
4. Peta erosi Sub DAS Cisadane
Hulu BP DAS Citarum-Ciliwung
Skala 1:250.000 5.
Peta RTRW Kabupaten Bogor Dinas Tata Ruang dan
Pertanahan Kabupaten Bogor Skala 1:250.000
6. Peta RTRW Kota Bogor
Bappeda Kota Bogor Skala 1:250.000
7. Peta geologi
Bappeda Kabupaten Bogor Skala 1:250.000
8. Peta penutupan lahan
Hasil analisis citra Landsat -
9. Peta manajemen lahan
Hasil analisis dan pengamatan -
10. Peta kemiringan lereng
Hasil analisis citra ASTER -
11. Data statistik
BPS Kabupaten Bogor Data kependudukan
12. Data curah hujan
BMKG Bogor Tahun 1999-2009
13. Data produktivitas lahan
Distanhut dan BPS Kabupaten Bogor
-
Selain itu, diperlukan data Ground Check Point GCP, yaitu data yang menyatakan posisi keberadaan sesuatu di permukaan bumi dalam bentuk titik
koordinat. Data tersebut dilakukan dengan melakukan survei lapangan pada setiap lokasi dengan menggunakan Global Positioning System GPS. Data yang diambil
meliputi tipe penutupan lahan, kondisi pengelolaan lahan, dan dokumentasi lapangan. Data ini selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk klasifikasi
penutupan lahan.
3.4 Pengolahan Data Spasial
3.4.1 Pengolahan awal data Pre-processing
Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit Landsat 5 TM dan ASTER GDEM yang diolah dengan menggunakan software ERDAS Imagine
9.1. Pengolahan awal citra terdiri dari beberapa tahapan berikut.
a. Import data
Setiap data memiliki format data yang berbeda, sehingga perlu dilakukan penyesuaian format data agar data tersebut dapat diolah. Penyesuaian format data
dilakukan melalui import data. b.
Layerstack Layerstack merupakan proses penggabungan band pada citra satelit yang
terdiri dari beberapa band. Citra landsat 5 TM memiliki tujuh 7 band, sehingga perlu dilakukan stacking pengkombinasian band, sedangkan citra ASTER
GDEM hanya memiliki satu 1 band, sehingga tidak perlu dilakukan stacking. c.
Koreksi geometri rektifikasi Koreksi geometri biasa dikenal dengan rektifikasi. Rektifikasi adalah proses
tranformasi data dari satu sistem grid menggunakan suatu tranformasi geometrik. Rektifikasi perlu dilakukan agar koordinat citra sesuai dengan koordinat geografi
karena hasil rekaman sensor satelit merupakan representasi dari bentuk permukaan bumi yang tidak beraturan dan kesalahan distorsi akibat pengaruh
kelengkungan bumi atau sensor itu sendiri Jaya 2009. Koreksi geometrik dilakukan dengan memilih Ground control point GCP pada citra yang dikoreksi
dan menyebar merata. Setiap GCP memiliki nilai error dan selanjutnya diperoleh nilai Root mean squared error RMS Error. Total nilai RMS Error yang
digunakan tidak lebih dari 0,5 piksel. d.
Pemotongan citra subset image Untuk memperjelas batasan wilayah studi perlu dilakukan pemotongan
citra subset. Tahapan pengolahan awal citra dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 2 Tahapan pengolahan awal citra.
Peta Sub DAS Cisadane Hulu
Import data Layerstack
Koreksi geometri Subset image
Citra landsat 5 TM
3.4.2 Pembuatan peta kemiringan lereng
Peta kemiringan lereng diperoleh dari hasil analisis Digital Elevation Model DEM. Jenis DEM yang digunakan adalah ASTER GDEM.DEM dianalisis
dengan menggunakan software ERDAS Imagine 9.1 yang diproses melalui modeler untuk memperoleh klasifikasi kemiringan lereng. Klasifikasi tersebut
dibagi menjadi yang kelas interval yang dihitung dalam persen . Model yang digunakan dalam proses modeler adalah conditional dengan memasukkan kriteria
kelas yang digunakan ke dalam model yaitu 0-8, 8-15, 16-25, 26-40, dan 40, sehingga diperoleh data spasial kemiringan lereng. Selanjutnya dilakukan
subset pemotongan citra sesuai dengan wilayah studi.Tahapan pembuatan peta kemiringan lereng disajikan pada Gambar 2.
3.4.3 Pembuatan peta penutupan lahan