4.1.4 Manajemen lahan
Pengelolaan lahan
merupakan data
atribut yang
berisi aspek
manajemenpengelolaan terhadap suatu lahan. Pengelolaan lahan pada kawasan lindung dan kawasan lindung di luar kawasan hutan dinilai dari aspek
kelengkapan yang meliputi keberadaan tata batas kawasan hutan, adanya pengamanan dan pengawasan serta dilaksanakannya penyuluhan. Sedangkan pada
kawasan budidaya pertanian, penilaian pengelolaan lahan merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Nugraha 2008. Kawasan budidaya pertanian mencakup
pengelolaan lahan di kawasan pertanian baik di ladang maupun sawah ditunjukkan oleh adanya aspek teknologi konservasi tanah, penerapan sistem
terasering, dan penanaman secara kontur. Pengelolaan lahan di kawasan kebunperkebunan dilihat dari adanya alurparit yang berfungsi sebagai penahan
erosi, sedangkan di kawasan pemukiman dengan pengelolaan lahan berupa luasan bangunan yang tidak melebihi luas tanah dan adanya jarak antarrumah yang satu
dengan yang lainnya. Tingkat pengelolaan sangat berpengaruh terhadap kerusakan suatu lahan.
Tingkat pengelolaan lahan Sub DAS Cisadane Hulu dibedakan menjadi tiga 3 kelas, yaitu baik, sedang, dan buruk. Kondisi lahan di Sub DAS Cisadane
Hulu sebagian besar dikelola dengan tingkat sedang dengan luas sebesar 27.914,50 Ha atau 63,84 dari total luas Sub DAS Cisasane Hulu. Pengelolaan
lahan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Tingkat pengelolaan lahanSub DAS Cisadane Hulu
No. Tingkat pengelolaan lahan
Luas Ha Persentase
1. Baik
5.212,97 11,92
2. Sedang
27.914,50 63,84
3. Buruk
7.088,08 16,21
4. Tidak diklasifikasi
3.512,75 8,03
Total 43.728,30
100,00
Keterangan: = penutupan lahan berupa awanbayangan dan badan air tidak dianalisis
Kawasan yang tingkat pengelolaannya termasuk dalam kategori baik adalah penutupan lahan berupa hutan. Kawasan hutan ini meliputi kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang merupakan kawasan lindung milik Negara, sehingga pengelolaan dinilai baik
dilihat dari adanya tata batas kawasan hutan, pengamanan dan pengawasan hutan, serta dilaksanakannya penyuluhan. Selain itu, perkebunan karet termasuk dalam
kategori kelas pengelolaan lahan yang baik dilihat dari adanya tata batas yang jelas, adanya jarak antar tanam, dan dibuatnya alur parit.
Kawasan yang memiliki tingkat pengelolaan sedang terdapat pada penutupan lahan kebunperkebunan, ladangtegalan, sawah, dan semakbelukar.
Penutupan lahan sawah, ladangtegalan, dan kebunperkebunan memiliki pengelolaan yang cukup baik dengan diterapkannya teknik konservasi tanah
berupa pembuatan teras pada sawah dan ladangtegalan serta penanaman menurut kontur untuk tipe tutupan lahan kebunperkebunan. Namun, kawasan pertanian
dan perkebunan ini tidak memiliki batasan wilayah yang jelas dan kurangnya pengamanan terhadap kawasan ini. Gambar 17 menunjukkan pembuatan teras
dengan susunan batu pada penutupan lahan ladangtegalan.
Gambar 17 Pembuatan teras dengan batuan pada ladang.
Pengelolaan lahan buruk ditunjukkan oleh tidak adanya tindakan pengelolaan lahan. Penutupan lahan berupa pemukiman dan rumputlahan terbuka
termasuk kategori pengelolaan lahan yang buruk. Ketika pengamatan di lapangan, tidak ditemukan adanya tanaman penutup tanah di sekitar pemukiman penduduk.
Selain itu, banyaknya jumlah penduduk menyebabkan pemukiman yang padat tanpa adanya jarak yang cukup antarrumah yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Nugraha 2008, padatnya kawasan pemukiman ini dapat berpengaruh terhadap penyerapan air.
Gambar 18 Peta pengelolaan lahan Sub DAS Cisadane Hulu.
4.1.5 Singkapan batuan