4.2 Analisis Tingkat Kekritisan Lahan
Penilaian lahan kritis dilakukan berdasarkan tiga 3 fungsi lahan, yaitu fungsi kawasan lindung, kawasan budidaya untuk usaha pertanian, dan kawasan
lindung di luar kawasan hutan.
4.2.1 Kawasan lindung
Berdasarkan peta RTRW Kabupaten Bogor, kawasan lindung Sub DAS Cisadane Hulu mencakup kawasan hutan yang merupakan kawasan hutan
konservasi yaitu kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango.
Penilaian lahan kritis pada kawasan dengan fungsi lindung mencakup parameter penutupan lahan, kemiringan lereng, tingkat bahaya erosi, dan kondisi
manajemen pengelolaan lahan kawasan. Setiap parameter memiliki bobot penilaian dan masing-masing parameter tersebut diberi skor. Skor masing-masing
parameter pada kawasan lindung telah dipaparkan sebelumnya pada Tabel 3. Analisis yang digunakan adalah analisis spasial dengan menumpansusunkan
overlay keempat parameter tersebut, sehingga diperoleh peta tingkat kekritisan lahan pada kawasan lindung. Formula yang digunakan untuk menganalisis tingkat
kekritisan lahan pada kawasan lindung adalah sebagai berikut.
SKOR TOTAL = 50 FKP + 20 FKL + 20 FKE + 10 FKM
Keterangan : FKP
= Faktor kelas penutupan lahan FKL
= Faktor kelas kemiringan lereng FKE
= Faktor kelas erosi FKM
= Faktor kelas manajemen lahan 50;20;10
= Bobot penilaian lahan kritis di kawasan lindung Bobot penilaian setiap kelas parameter skor masing-masing parameter dan
dijumlahkan, sehingga diperoleh skor akhir penilaian lahan kritis. Skor akhir tersebut kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi tingkat kekritisan lahan pada
kawasan lindung. Dari hasil perhitungan diperoleh lima 5 kelas tingkat kekritisan lahan. Luasan tiap tingkat kekritisan lahan tersebut secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Tingkat kekritisan lahan kawasan lindung Sub DAS Cisadane Hulu
No. Tingkat kekritisan lahan
Luas Ha Persentase
1. Sangat kritis
14,43 0,16
2. Kritis
208,76 2,35
3. Agak kritis
459,47 5,17
4. Potensial kritis
4.076,04 45,88
5. Tidak kritis
1.053,83 11,86
6. Tidak diklasifikasi
3.071,16 34,57
Total 8.883,69
100,00
Keterangan: = penutupan lahan berupa awanbayangan dan badan air tidak dianalisis
Tingkat kekritisan lahan di kawasan lindung Sub DAS Cisadane Hulu didominasi oleh tingkat kekritisan potensial kritis seluas 4.076,04 Ha atau 45,88
dari total luas kawasan lindung Sub DAS Cisadane Hulu, sedangkan tingkat kekritisan lahan dengan luasan terkecil adalah sangat kritis seluas 14,43 Ha atau
0,16 dari luas total kawasan lindung. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi lahan di kawasan lindung masih tergolong baik disebabkan oleh adanya kerapatan
penutupan tajuk di kawasan lindung yang sangat baik dengan penutupan lahan berupa hutan.Ini berarti semakin rapat penutupan tajuk pohon maka semakin
memperkecil terjadinya lahan kritis. Namun, kawasan lindung ini dapat berubahmenjadi kritis jika tidak dilakukan tindakan konservasi dalam
pemanfaatan dan pengelolaan lahan. Menurut Keppres No.32 Tahun 1990, kawasan lindung memiliki fungsi
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir, dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Oleh karena itu, diperlukan suatu rencana untuk mempertahankan
keberadaan kawasan lindung tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya menjaga kondisi ekosistem asli kawasan lindung, pengelolaan dan pemanfaatan
kawasan hutan secara lestari Perbatakusuma dan Kaprawi 2011. Selain itu, juga perlu dilakukan penghijauan di kawasan hutan.
Sebaran lahan kritis pada kawasan lindung apabila dirinci menurut kecamatan, Kecamatan Caringin memilikip proporsi luas tertinggi dengan tingkat
kekritisan lahan potensial kritis sebesar 1.784,10 Ha, sedangkan Kecamatan Megamendung memiliki luas terendah dengan tingkat kekritisan lahan potensial
kritis seluas 0,02 Ha. Secara rinci sebaran lahan kritis di beberapa kecamatan pada kawasan lindung Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran lahan kritis di beberapa kecamatan pada kawasan lindung Sub DAS Cisadane Hulu
Kecamatan Luas Daerah Lahan Kritis Ha
Luas Kecamatan
Tidak Kritis
Potensial Kritis
Agak Kritis
Kritis Sangat
Kritis
Caringin 315,66
1.784,10 237,50
59,76 12,87
2.409,89 Ciawi
142,23 294,44
122,52 6,30
- 565,49
Cigombong 210,35
335,19 47,05
56,50 1,56
650,64 Cijeruk
156,01 773,00
20,73 78,55
- 1.028,29
Megamendung -
0,02 0,28
- -
0,30 Pamijahan
16,49 15,49
1,37 0,60
- 33,94
Tamansari 58,52
455,05 13,90
0,80 -
528,26 Tenjolaya
154,58 418,77
16,13 6,25
- 595,72
Total Ha 1.053,83
4.076,04 459,47
208,76 14,43
5.812,53 Persentase
18,13 70,13
7,90 3,59
0,25 100,00
Kategori lahan potensial kritis menempati proporsi luas tertinggi sebesar 4.076,04 Ha atau 70,13 dari total luas kawasan lindung. Menurut Wahyunto et
al. 1993 diacu dalam Candra 2004, lahan potensial kritis merupakan lahan yang masih berfungsi sebagai fungsi produksi dan perlindungan. Namun, pada daerah
hutan yang berlereng, apabila lahan tersebut dibuka dapat mengakibatkan lahan menjadi kritis.
4.2.2 Kawasan budidaya untuk usaha pertanian