4.2.3 Kawasan lindung di luar kawasan hutan
Berdasarkan peta RTRW Kabupaten dan Kota Bogor, kawasan lindung di luar kawasan hutan mencakup kawasan sempadan sungai, hutan kota, ruang
terbuka hijau, dan kawasan perlindungan plasma nutfah. Secara rinci pembagian kawasan beserta luasannya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Pembagian kawasan lindung di luar kawasan hutan Sub DAS Cisadane Hulu
No. Kawasan
Luas Ha Persentase
1. Kawasan perlindungan plasma nutfah
42,76 10,53
2. Ruang terbuka hijau
37,11 9,14
3. Sempadan sungai
24,68 6,08
4. Air tawarsungai
123,24 30,34
5. Danau
178,41 43,92
Total 406,20
100,00
Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor dan Bappeda Kota Bogor
Penilaian lahan kritis pada kawasan dengan fungsi lindung di luar kawasan hutan mencakup parameter penutupan lahan, kemiringan lereng, tingkat bahaya
erosi, dan pengelolaan lahan. Parameter tersebut dianalisis sesuai pembobotan dengan menggunakan formula berikut:
SKOR TOTAL = 50 FKP + 10 FKL + 10 FKE + 30 FKM
Keterangan : FKP
= Faktor kelas penutupan lahan FKL
= Faktor kelas kemiringan lereng FKE
= Faktor kelas erosi FKM
= Faktor kelas manajemen lahan 50;20;10
= Bobot penilaian lahan kritis di kawasan lindung
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai skor total lahan kritis dan diklasifikasikan menjadi lima 5 kelas tingkat kekritisan lahan, yaitu sangat kritis,
kritis, agak kritis, potensial kritis, dan tidak kritis. Hasil analisis parameter lahan kritis dengan cara tumpang-susun overlay peta penutupan lahan, kemiringan
lereng, tingkat bahaya erosi dan pengelolaan lahan, sehingga diperoleh luas dan sebaran tingkat kekritisan lahan di kawasan lindung luar kawasan hutan Sub DAS
Cisadane Hulu yang disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Tingkat kekritisan lahan kawasan lindung di luar kawasan hutan Sub DAS Cisadane Hulu
No. Tingkat kekritisan lahan
Luas Ha Persentase
1. Sangat kritis
92,95 22,94
2. Kritis
31,40 7,75
3. Agak kritis
87,31 21,55
4. Potensial kritis
38,61 9,53
5. Tidak kritis
31,10 7,68
6. Tidak diklasifikasi
123,80 30,55
Total 405,17
100,00
Keterangan: = penutupan lahan berupa badan air tidak dianalisis
Kawasan lindung di luar kawasan hutan SubDAS Cisadane Hulu didominasi oleh tingkat kekritisan lahan sangat kritis dengan luas sebesar 92,95 Ha atau
22,94 dari total luas kawasan lindung di luar kawasan hutan. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi kekritisan lahan di kawasan lindung luar kawasan
hutan Sub DAS Cisadane Hulu tergolong buruk. Lahan ini tergolong lahan yang tidak produktif, sehinggga tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian.Lahan
sangat kritis sebagian besar terjadi di wilayah yang berada pada kemiringan lereng 8-25 dengan tingkat bahaya erosi yang ringan hingga sangat berat. Untuk
kawasan dengan tingkat erosi sangat berat ditandai dengan kemiringan lereng yang landai hingga agak curam dan penutupan tajuk pohon 40.
Kawasan ini memerlukan perhatian dan penanggulangan secara serius untuk mengembalikan fungsi lahan pada keadaan semula. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan konservasi tanah dan penghijauan kembali.Selain itu, lahan yang berada dalam kondisi sangat kritis juga memerlukan penanganan dalam
pemanfaatan dan pengelolaan lahan terutama untuk lahan pertanian. Suripin 2002 menegaskan bahwa pengelolaan tanah yang keliru dan tidak mengikuti
kaidah-kaidah konservasi dapat meningkatkan bahaya erosi terutama pada daerah lahan kering dengan kemiringan lereng sekitar 15 atau lebih.
Sebaran lahan kritis pada kawasan lindung di luar kawasan hutan apabila dirinci menurut kecamatan, Kecamatan Bogor Selatan memiliki luasan tertinggi
dengan tingkat kekritisan lahan sangat kritis sebesar 66,61 Ha. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya kawasan pemukiman yang terletak di Kota Bogor.
Secara rinci sebaran lahan kritis di beberapa kecamatan pada kawasan lindung di luar kawasan hutan Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Sebaran lahan kritis di beberapa kecamatan pada kawasan lindung di luar kawasan hutan di Sub DAS Cisadane Hulu
Kecamatan Luas Daerah Lahan Kritis Ha
Luas Kecamatan
Tidak Kritis
Potensial Kritis
Agak Kritis
Kritis Sangat
Kritis
Bogor Barat 31,10
5,41 25,82
8,79 13,33
84,45 Bogor Selatan
- 2,43
32,73 2,98
66,61 104,75
Bogor Tengah -
- 0,1
- 9,59
9,69 Caringin
- 0,52
0,46 0,24
- 1,22
Ciampea -
7,79 8,38
4,66 1,23
22,06 Ciawi
- 0,00
0,01 -
- 0,013
Cibungbulang -
7,85 3,12
4,03 0,42
15,42 Cigombong
- 0,04
2,78 3,88
0,2 6,9
Cijeruk -
3,88 2,17
0,00 0,04
6,091 Dramaga
- 2,05
2,75 2,03
1,33 139,83
Rancabungur -
1,31 -
0,0006 -
1,3106 Tenjolaya
- 7,32
8,23 4,79
0,19 20,53
Total Ha 31,10
38,60 86,55
31,40 92,95
412,26 Persentase
7,54 9,36
20,99 7,62
54,48 100,00
Lahan tidak kritis menempati proporsi luas sebesar 31,10 Ha atau 7,54 dari total luas kawasan lindung luar kawasan hutan, sedangkan lahan dengan
kategori sangat kritis menempati proporsi luas tertinggi sebesar 92,95 Ha atau 54,48 dari total luas kawasan. Lahan dengan kategori sangat kritis perlu
mendapat perhatian dan penanganan serius. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah dalam pengelolaan lahan dan
dilakukan penghijauan pada lahan tersebut.
4.3 Penyebaran Lahan Kritis