Definisi lahan kritis Kriteria lahan kritis

suatu DAS. Gangguan terhadap salah satu komponen ekosistem dirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbangan ekosistem terjamin apabila kondisi hubungan timbal balik antar komponen berjalan dengan baik dan optimal. Kualitas interaksi antar komponen ekosistem terlihat dari kualitas output ekosistem tersebut. Di dalam DAS kualitas ekosistemnya secara fisik terlihat dari besarnya erosi, aliran permukaan, sedimentasi, fluktuasi debit, dan produktivitas lahan Ramdan 2004.

2.2 Lahan Kritis

2.2.1 Definisi lahan kritis

Lahan kritis adalah tidak sesuainya penggunaan dan kemampuan lahan yang mengakibatkan kerusakan lahan secara fisis, khemis maupun biologis sehingga membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, sosial ekonomi maupun pemukiman yang dapat menimbulkan erosi dan longsor di daerah hulu serta sedimentasi dan banjir di daerah hilir atau dataran PPLH UGM 1987. Terjadinya lahan kritis disebabkan oleh faktor-faktor yaitu 1 perladangan berpindah disertai dengan penebangan dan pembakaran hutan, 2 praktek sistem pertanian yang tidak memperhatikan konsep dan usaha pengawetan atau konservasi tanah dan 3 penggembalaan liar dan kebakaran hutan.

2.2.2 Kriteria lahan kritis

Penentuan kriteria lahan kritis didasarkan pada parameter-parameter yang mempengaruhi lahan menjadi kritis. Tim Inventarisasi dan Delineasi Lahan Kritis, Puslittanak Bogor dan Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dalam menentukan kriteria lahan kritis berdasarkan parameter persentase penutupan lahan oleh vegetasi dan penggunaan lahan, tingkat erosi, penggunaan lahan dan kelerengan. Berdasarkan parameter ini, maka lahan kritis dikelompokkan ke dalam 4 empat kelompok, yaitu potensial kritis, semi kritis, kritis, dan sangat kritis Wahyunto et al. 1993 diacu dalam Candra 2004. 1. Potensial kritis Lahan potensial kritis adalah lahan yang masih berfungsi sebagai fungsi produksi dan fungsi perlindungan. Pada lahan pertanian, lahan tersebut masih produktif bila diusahakan untuk lahan pertanian, tetapi bila pengelolaannya tidak menggunaakan kaidah-kaidah konservasi, maka tanah menjadi rusak dan lahan akan menjadi semi kritis atau kritis. Pada daerah hutan yang berlereng, apabila lahan tersebut dibuka mengakibatkan lahan menjadi kritis. Lahan potensial kritis di lapang dicirikan dengan keadaan lahan sebagai berikut: a. Lahan masih mempunyai fungsi produksi dan perlindungan, tetapi pada lereng yang curam dan berbahaya menjadi kritis bila lahan tersebut dibuka karena akan terjadi erosi berat. b. Pada lahan pertanian dengan erosi pertanian, erosi dapat meningkat bila tidak diperhatikan dan tidak dilaksanakan kegiatan-kegiatan pencegahan erosikonservasi tanah c. Kedalaman efektif tanah cukup dalam d. Persentase penutupan lahan relatif masih tinggi vegetasi rapat e. Pernggunaan lahan berupa hutan, belukar, dan perkebunan f. Lahan dikelola dengan baik g. Tingkat erosi ringan 2. Semi kritis Lahan semi kritis adalah lahan-lahan yang fungsi produksi dan perlindungan sudah berkurang.Tanah telah mengalami erosi namun masih dapat dilaksanakan usaha pertanian dengan hasil yang rendah. Lahan semi kritis di lapangan dicirikan dengan keadaan lahan sebagai berikut: a. Tanah telah mengalami erosi sampai sedang dengan gejala erosi lembar sheet erosion dan erosi alur riil alur dengan pengelolaan lahan yang sedang sampai buruk dan apabila tidak ada usaha perbaikan maka dalam waktu relatif singkat lahan akan menjadi kritis. b. Sebagian horizon A sudah hilang c. Persentase penutupan lahan antara 50-75 d. Kemiringan lereng lebih dari 15 dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit 3. Kritis Lahan kritis adalah lahan-lahan yang tidak produktif dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk diusahakan lagi sebagai lahan pertanian tanpa ada usaha rehabilitasi terlebih dahulu. Lahan kritis dicirikan dengan keadaan sebagai berikut: a. Pada tanah yang telah terjadi erosi berat, yang ditandai adanya gejala erosi lembar horizon A yang tertinggal sudah sangat tipis, erosi alur, dan erosi parit b. Kemiringan lereng lebih dari 15 c. Vegetasi penutup lahan kurangdari 40 dengan ciri vegetasi kerdil dengan pengelolaan lahan yang buruk. Produktivitas lahan menurun sampa 40. Lereng berkisar 15-40. d. Penutup lahan pada sebagian tempat berupa semak-semak dan alang-alang 4. Sangat kritis Lahan sangat kritis adalah lahan-lahan yang sudah sangat tidak produktif lagi dimana jika ingin mengusahakannya harus memerlukan usaha rehabilitasi dengan biaya yang sangat besar. Lahan yang termasuk ke dalam kelas sangat kritis mempunyai sifar-sifat antara lain: a. Persentase penutupan lahan oleh vegetasi sudah menurun sampai 20. Penutup lahannya berupa rumput, sebagian alang-alang dan kadang- kadang gundul, yang ada hanya batu-batuan b. Lahan telah terjadi erosi sangat tinggi yang ditandai dengan hilangnya lapisan produktif tanah dan adanya gejala erosi parit c. Terdapat pada kelerengan 8 dengan bentuk wilayah antara bergelombang sampai bergunung

2.3 Pemetaan

Dokumen yang terkait

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 6 116

Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Cisadane Hulu Kabupaten Bogor

0 8 9

Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

2 14 25

Analisis alih fungsi lahan dengan menggunakan penginderaan jauh dan kesediaan membayar di Sub DAS Ciliwung Hulu Jawa Barat

0 7 160

Identifikasi Dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Sistem Infonnasi Geografi Dan Penginderaan Jauh (Kasus Sub Das Citarum Hulu, Propinsi Jawa Barat)

0 10 182

Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh untuk Model Hidrologi ANSWERS dalam Memprediksi Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan terhadap Sedimentasi di Sub DAS Cisadane Hulu DTA Cipopokol, Kab. Bogor

0 16 99

Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

0 10 152

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 8 106

VALIDASI LUAS LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 12

APLIKASI PENGOLAHAN DIGITAL CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS KASUS DI KABUPATEN BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH

0 0 8