Gambar 6 Tahapan pembuatan peta produktivitas lahan.
3.6 Analisis Data
Metode penilaian lahan kritis mengacu pada definisi lahan kritis yaitu lahan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya
sampai pada batas yang ditentukan. Parameter-parameter penentu kekritisan lahan yang diacu berdasarkan pada Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor:
P.32Menhut-II2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitas Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai RTKRHL-DAS. Sasaran penilaian lahan
kritis tersebut dianalisis sesuai dengan fungsi masing-masing lahan, yaitu: 1. Fungsi kawasan lindung
Parameter kekritisan lahan kawasan lindung ditentukan oleh penutupan lahan, kemiringan lereng, tingkat bahaya erosi, dan manajemen lahan. Manajemen
merupakan data atribut mengenai kelengkapan aspek manajemen yang meliputi adanya pengamanan, pengawasan dan tata batas kawasan.
2. Fungsi kawasan budidaya untuk usaha pertanian Parameter yang digunakan adalah produktivitas lahan, kemiringan lereng, erosi,
singkapan batuan, dan manajemen lahan. Produktivitas dihitung berdasarkan ratio terhadap produksi komoditi optimal pada pengelolaan tradisional, sedangkan
manajemen dinilai berdasarkan penerapan teknologi konservasi tanah. 3. Fungsi kawasan lindung luar kawasan hutan
Kekritisan lahan dinilai berdasarkan vegetasi permanen yaitu persentase penutupan tajuk pohon, kemiringan lereng, erosi, dan manajemen lah. Manajemen
diukur berdasarkan ada atau tidaknya penerapan teknologi konservasi tanah.
Peta produktivitas lahan Peta penutupan lahan
Analisis produktivitas Klasifikasi produktivitas
Skoring
Analisis tingkat kekritisan lahan dilakukan dengan menyusun parameter- parameter penentu lahan kritis pada setiap fungsi lahan. Peta penutupan lahan dan
manajemen lahan diperoleh dari interpretasi citra digital, peta kemiringan lereng diperoleh dari analisis citra ASTER GDEM, peta tingkat bahaya erosi diperoleh
dari data sekunder yang bersumber dari BP DAS Citarum-Ciliwung, peta singkapan batuan diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, dan peta
produktivitas lahan diperoleh dari analisis data pertanian. Keenam parameter tersebut kemudian diberi skor sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Tabel 3 Parameter penentu lahan kritis
Kriteria bobot
Kelas Besaran
Skor Keterangan
Penutupan lahan 50
1. Sangat baik
2. Baik
3. Sedang
4. Buruk
5. Sangat buruk
80 61-80
41-60 21-40
20 5
4 3
2 1
Dinilai berdasarkan
persentase penutupan
tajuk pohon
Lereng 20 1.
Datar 2.
Landai 3.
Agak curam 4.
Curam 5.
Sangat curam 0-8
8-15 16-25
26-40 40
5 4
3 2
1
Erosi 20 1.
Ringan - Tanah dalam 60 cm:25
lapisan tanah atas hilang danatau erosi alur pada jarak 20-50 m
- Tanah dangkal 60 cm:25 lapisan tanah atas hilang danatau
erosi alur pada jarak 50 m 5
2. Sedang
- Tanah dalam : 25-75 lapisan tanah atas hilang danatau erosi
alur pada jarak kurang dari 20 m - Tanah dangkal : 25-50 lapisan
tanah atas hilang danatau erosi alur dengan jarak 20 -50 m
4
3. Berat
- Tanah dalam : Lebih dari 75 lapisan tanah atas hilang danatau
erosi parit dengan jarak 20-50 m - Tanah dangkal : 50-75 lapisan
tanah atas hilang 3
4. Sangat berat - Tanah dalam : Semua lapisan
tanah atas hilang 25 lapisan tanah bawah danatau erosi parit
dengan kedalaman sedang pada jarak kurang dari 20 m
- Tanah dangkal : 75 lapisan tanah atas telah hilang sebagian
lapisan tanah bawah telah tererosi 2
Manajemen 10
1. Baik
2. Sedang
3. Buruk
Lengkap Tidak lengkap
Tidak ada 5
3 1
– tata batas kawasan ada
- pengawasan -
penyuluhan dilaksanakan
Kawasan budidaya untuk usahapertanian
Produktivitas 30
1. Sangat
tinggi 2.
Tinggi 3.
Sedang 4.
Rendah 5.
Sangat rendah
80 61-80
41-60 21-40
20 5
4 3
2 1
Dinilai berdasarkan
ratio terhadap produksi
komoditi umum optimal
pada pengelolaan
tradisional
Lereng 20 1.
Datar 2.
Landai 3.
Agak curam 4.
Curam 5.
Sangat curam
0-8 8-15
16-25 26-40
40 5
4 3
2 1
Erosi 15 1.
Ringan - Tanah dalam 60 cm:25
lapisan tanah atas hilang danatau erosi alur pada jarak 20
– 50 m - Tanah dangkal 60 cm:25
lapisan tanah atas hilang danatau erosi alur pada jarak 50 m
5
2. Sedang
- Tanah dalam : 25-75 lapisan tanah atas hilang danatau erosi
alur pada jarak kurang dari 20 m - Tanah dangkal : 25-50 lapisan
tanah atas hilang danatau erosi alur dengan jarak 20 -50 m
4
3. Berat
- Tanah dalam : Lebih dari 75 lapisan tanah atas hilang danatau
erosi parit dengan jarak 20 – 50 m
- Tanah dangkal : 50-75 lapisan tanah atas hilang
3
4. Sangat
berat - Tanah dalam : Semua lapisan
tanah atas hilang 25 lapisan tanah bawah danatau erosi parit
dengan kedalaman sedang pada jarak kurang dari 20 m
- Tanah dangkal : 75 lapisan tanah atas telah hilang sebagian
lapisan tanah bawah telah tererosi 2
Batu-batuan 5
1. Sedikit 2. Sedang
3. Banyak - 10 permukaan lahan tertutup
batuan - 10-30 permukaan lahan tertutup
batuan - 30 permukaan lahan tertutup
batuan 5
3 1
Manajemen 30
1. Baik 2. Sedang
3. Buruk -
Penerapan konservasi
tanah lengkap dan sesuai petunjuk teknis
- Tidak lengkap - Tidak ada
5 3
1
Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan
Penutupan lahan 50
1. Sangat baik 2. Baik
3. Sedang 4. Buruk
5. Sangat buruk 80
61-80 41-60
21-40 20
5 4
3 2
1 Dinilai
berdasarkan persentase
penutupan tajuk pohon
Lereng 10 1. Datar
2. Landai 3. Agak curam
4. Curam 5. Sangat curam
0-8 8-15
16-25 26-40
40 5
4 3
2 1
Erosi 10 1. Ringan
- Tanah dalam 60 cm:25 lapisan tanah atas hilang danatau
erosi alur pada jarak 20 – 50 m
- Tanah dangkal 60 cm:25 lapisan tanah atas hilang danatau
erosi alur pada jarak 50 m 5
2. Sedang - Tanah dalam : 25-75 lapisan
tanah atas hilang danatau erosi alur pada jarak kurang dari 20 m
- Tanah dangkal : 25-50 lapisan tanah atas hilang danatau erosi
alur dengan jarak 20-50 m 4
3. Berat - Tanah dalam : Lebih dari 75
lapisan tanah atas hilang danatau erosi parit dengan jarak 20-50 m
- Tanah dangkal : 50-75 lapisan tanah atas hilang
3
4. Sangat berat - Tanah dalam : Semua lapisan
tanah atas hilang 25 lapisan tanah bawah danatau erosi parit
dengan kedalaman sedang pada jarak kurang dari 20 m
- Tanah dangkal : 75 lapisan tanah atas telah hilang sebagian
lapisan tanah bawah telah tererosi 2
Manajemen 30
1. Baik 2. Sedang
3. Buruk - Penerapan konservasi tanah
lengkap dan sesuai petunjuk teknis - Tidak lengkap atau tidak
terpelihara - Tidak ada
5 3
1 -
Sumber : P.32Menhut-II2009
Analisis spasial lahan kritis dapat dilakukan dengan mudah menggunakan software Arc GIS 9.3. Metode yang digunakan untuk memperoleh data spasial
tingkat kekritisan lahan adalah dengan melakukan tumpang-susun overlay parameter penentu lahan kritis sesuai dengan fungsi lahan. Secara rinci tahapan
analisis lahan kritis dapat dilihat pada Gambar 7 dan peta fungsi lahan Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Gambar 8.
Setelah parameter-parameter tersebut ditumpang-susunkan selanjutnya dilakukan perhitungan skor akhir dengan cara perkalian skor dan bobot penilaian
tiap parameter lahan kritis. Setiap fungsi lahan memiliki bobot penilaian lahan kritis yang berbeda-beda. Skor akhir lahan kritis merupakan hasil penjumlahan
antara perkalian skor dan bobot penilaian lahan kritis. Dari hasil skor akhir
tersebut kemudian dianalisis tingkat kekritisan lahan berdasarkan interval skor akhir sehingga diperoleh tingkat kekritisan lahan pada tiap-tiap fungsi lahan.
Contoh perhitungan hasil analisis tingkat kekritisan lahan dapat dilihat pada Lampiran 5. Klasifikasi tingkat kekritisan lahan lahan terbagi menjadi lima 5
kelas, yaitu sangat kritis, kritis, agak kritis, potensial kritis, dan tidak kritis. Secara rinci klasifikasi kelas lahan kritis dan skor akhir penentu lahan kritis dapat dilihat
pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi tingkat kekritisan lahan berdasarkan total skor
No. Tingkat kekritisan
lahan Kawasan hutan
lindung Kawasan
budidaya Kawasan lindung
luar kawasan hutan
Total skor Total skor
Total skor 1.
Sangat kritis 120-180
115-200 110-200
2. Kritis
181-270 201-275
201-275 3.
Agak kritis 271-360
276-350 276-350
4. Potensial kritis
361-450 351-425
351-425 5.
Tidak kritis 451-500
426-500 426-500
Sumber: SK Dirjen RRL No. 041KptsV1998 dan P.32Menhut-II2009
Gambar 7 Proses pembuatan peta lahan kritis.
Peta penutupan
lahan 1 Peta
kemiringan lereng 2
Peta manajemen
lahan 4 Peta tingkat
bahaya erosi 3
Peta
produktivitas
lahan 5
Peta Singkapan
batuan 6
Peta wilayah lahan kritis
overlay Peta lahan kritis di dalam
kawasan lindung parameter 1,2,3,4
Peta lahan kritis di kawasan budidaya
pertanian parameter 2,3,4,5, 6
Peta lahan kritis di kawasan lindung luar
kawasan hutan parameter 1,2,3,4
Peta fungsi kawasan: 1. Kawasan lindung
2. Kawasan budidaya pertanian 3. Kawasan lindung di luar
kawasan hutan Peta pola Ruang
Sub DAS Cisadane Hulu Pembobotanskoring parameter
Gambar 8 Peta fungsi lahan pada Sub DAS Cisadane Hulu.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Faktor-faktor Penyebab Lahan Kritis
4.1.1 Penutupan lahan
Penutupan lahan memiliki pengertian yang berbeda dengan penggunaan lahan.Lillesand dan Kiefer 1990 mendefinisikan penutupan lahan sebagai suatu
istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang
lahan tertentu. Peta penutupan lahan diperoleh dari hasil interpretasi citra Landsat 5 TM
dengan menggunakan software Erdas Imagine 9.1 dengan metode klasifikasi terbimbing supervised classification dan hasil pengamatan dengan melakukan
ground check ke lapangan. Pengecekan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi penutupan lahan di lapangan yang sebenarnya dengan menelusuri lokasi-
lokasi pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan meliputi mencari titik Ground Control Point GCP di lapangan dengan
mengamati kondisi penutupan dan manajemen lahan, dokumentasi serta mencatat tipe tutupan lahan.
Penafsiran citra mengacu pada klasifikasi kelas penutupan oleh Badan Planologi Kehutanan yang dilakukan secara manual dengan cara interpretasi citra
berdasarkan kenampakan warna objek. Selain itu, pengenalan objek juga dilakukan dengan pendekatan letak, bentuk, dan pola penyebaran JICA dan
Fahutan IPB 2010. Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 5 TM dengan tanggal akusisi 2
November 2009 pada kombinasi band 543 dan hasil survey lapangan diperoleh sembilan 9 kelas penutupan lahan yaitu hutan, kebunperkebunan,
ladangtegalan, semakbelukar, sawah, pemukiman, badan air, rumput lahan terbuka, dan awanbayangan awan. Citra tersebut diuji tingkat keakuratan
pemetaan penutupan lahan dengan menggunakan data survey lapangan berupa 70 titik koordinat yang mewakili setiap penutupan lahan dan 49 titik koordinat dari