Tingkat bahaya erosi Faktor-faktor Penyebab Lahan Kritis

4.1.3 Tingkat bahaya erosi

Arsyad 2006 mendefinisikan erosi sebagai peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian – bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain. Tanah memiliki tingkat erosi yang besar pada kemiringan lereng lebih dari 40 Kartono dkk. 1989 diacu dalam Najib 1999. Notohadiprawiro 1977 diacu dalam Najib 1999 juga menyatakan bahwa besarnya erosi menyebabkan terjadinya parit-parit erosi yang rapat dan dalam. Terjadinya erosi akan menyingkap tanah lapisan bawah karena lapisan bawah memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah daripada lapisan atasnya. Tanah lapisan atas yang subur dibawa dan diendapkan pada sejumlah aliran-aliran deras. Proses ini menyebabkan berkurangnya luas tanah subur. Peta tingkat bahaya erosi merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPDAS Citarum-Ciliwung. Tingkat bahaya erosi diklasifikasikan menjadi empat 4 kelas yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Tabel 8 Tingkat bahaya erosi Sub DAS Cisadane Hulu No. Tingkat bahaya erosi Luas Ha Persentase 1. Ringan 8.749,73 20,04 2. Sedang 16.561,87 37,93 3. Berat 12.260,42 28,08 4. Sangat berat 6.090,94 13,95 Total 43.662,96 100,00 Sumber: BP DAS Citarum – Ciliwung Terjadinya erosi dengan tingkat sedang berpotensi besar terjadi di wilayah Sub DAS Cisadane Hulu dengan luas sebesar 16.561 ha atau 37,93 dari luas total Sub DAS Cisadane Hulu. Kelas tingkat bahaya erosi terkecil adalah sangat berat seluas 6.090,94 Ha atau 13,95 dari luas total Sub DAS Cisadane Hulu. Menurut BP DAS Citarum – Ciliwung 2010, erosi yang tinggi banyak ditemui di Sub DAS Cisadane Hulu dan Cianten. Selain kemiringan lerengnya yang curam, erosi yang terjadi juga disebabkan oleh banyaknya penggunaan lahan yang tidak memperhatikan aspek konservasi dan kelestarian lahan. Perbatakusuma dan Kaprawi 2011 menambahkan bahwa curah hujan merupakan salah satu variabel yang menentukan tingkat bahaya erosi. Semakin tinggi curah hujan di suatu kawasan menjadi pemicu meningkatnya tingkat bahaya erosi. Berdasarkan hasil analisis data curah hujan periode tahun 1999-2009 dari stasiun Cihideung Udik di Kecamatan Ciampea, Sub DAS Cisadane Hulu memiliki curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.126 mmtahun dengan tipe iklim Schmidt-Ferguson sangat basah. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan di Sub DAS Cisadane Hulu termasuk dalam kategori tinggi. Dengan tingginya curah hujan tersebut menjadi pemicu meningkatnya tingkat bahaya erosi yang terjadi. Tingkat bahaya erosi yang semakin tinggi dapat menyebabkan meningkatnya kekritisan suatu lahan. Gambar 16 Peta tingkat bahaya erosi Sub DAS Cisadane Hulu.

4.1.4 Manajemen lahan

Dokumen yang terkait

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 6 116

Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub DAS Cisadane Hulu Kabupaten Bogor

0 8 9

Identifikasi dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi

2 14 25

Analisis alih fungsi lahan dengan menggunakan penginderaan jauh dan kesediaan membayar di Sub DAS Ciliwung Hulu Jawa Barat

0 7 160

Identifikasi Dan Pemetaan Lahan Kritis Menggunakan Sistem Infonnasi Geografi Dan Penginderaan Jauh (Kasus Sub Das Citarum Hulu, Propinsi Jawa Barat)

0 10 182

Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh untuk Model Hidrologi ANSWERS dalam Memprediksi Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan terhadap Sedimentasi di Sub DAS Cisadane Hulu DTA Cipopokol, Kab. Bogor

0 16 99

Analisis Perubahan Penutupan Lahan di Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

0 10 152

Aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk mengidentifikasikan dan memetakan lahan kritis (studi kasus pada lahan kritis di Sub DAS Bancak Propinsi Jawa Tengah)

0 8 106

VALIDASI LUAS LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 12

APLIKASI PENGOLAHAN DIGITAL CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS KASUS DI KABUPATEN BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH

0 0 8