Pengertian Wisata TINJAUAN PUSTAKA

dipengaruhi oleh batik dari Demak. Sampai awal abad XX proses pembatikan yang dikenal ialah batik tulis dengan bahan morinya merupakan buatan dalam negeri dan juga sebagian import. Setelah perang dunia kesatu baru dikenal pembuatan batik cap dan pemakaian obat-obat luar negeri buatan Jerman dan Inggris. Pada awal abad ke-20 pertama kali dikenal di Pekalongan ialah pertenunan yang menghasilkan stagen dan benangnya dipintal sendiri secara sederhana. Beberapa tahun belakangan baru dikenal pembatikan yang dikerjakan oleh orang-orang yang bekerja disektor pertenunan ini. Pertumbuhan dan perkembangan pembatikan lebih pesat dari pertenunan stagen sehingga para buruh pabrik gula di Wonopringgo dan Tirto pun banyak yang lebih tertarik ke perusahaan-perusahaan batik, karena upahnya lebih tinggi dari pabrik gula. Sedang pembatikan dikenal di Tegal pada akhir abad XIX dan bahan yang dipakai pada waktu itu merupakan bahan buatan sendiri yang diambil dari tumbuh-tumbuhan seperti pace atau mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya adalah bahan tenunan sendiri. Warna batik Tegal pertama kali ialah sogan dan babaran abu-abu. Setelah dikenal nila pabrik, kemudian meningkat menjadi warna merah-biru. Pasaran batik Tegal waktu itu sudah mencapai kawasan luar daerah antara lain Jawa Barat , dimana batik tersebut dibawa sendiri oleh pengusaha-pengusaha dengan berjalan kaki dan menurut sejarah merekalah yang mengembangkan batik di Tasik dan Ciamis disamping pendatang- pendatang lainnya dari kota-kota batik Jawa Tengah.

2.2. Pengertian Wisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan seseorang atau sekelompok orang untuk sementara dalam jangka waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat tinggal dan tempat rutinitas bekerja, untuk tujuan rekreatif dan non rekreatif dengan aktivitas selama mereka tinggal di tempat tujuan tersebut dan fasilitas yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan mereka Gunn, 1994. Sementara itu Soemarwoto 1996 menyatakan bahwa wisata atau pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan, dimana tujuan pariwisatanya adalah untuk mendapatkan rekreasi. Wisata juga dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang dapat membuat suatu area terhubung dengan destinasi dengan rute perjalanan antara dua lokasi tersebut Boniface dan Cooper dalam Gunn, 1994. Tujuan travelling dalam pariwisata memang bervariasi. Menurut WTO World Tourism Organization 1991, yang diperkuat oleh UN Statistical Commission dalam Holden 2000 dikatakan bahwa pariwisata terdiri dari aktivitas orang yang melakukan travelling dan menetap di suatu tempat di luar lingkungan yang biasa mereka diami untuk jangka waktu tidak lebih dari satu tahun untuk kepentingan bersenang-senang, bisnis atau tujuan lainnya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan oleh Davidson dalam Holden 2000 bahwa rekreasi atau kesenangan merupakan tipe utama dari wisata, termasuk perjalanan untuk mengisi hari libur, olahraga, acara budaya, dan mengunjungi teman dan saudara, atau bahkan untuk kepentingan bisnis, studi atau pendidikan , agama dan tujuan kesehatan. Alasan utama mengapa orang mengunjungi suatu tempat adalah adanya daya tarik atau magnet tertentu dari tempat tersebut. Gunn 1994 menyatakan bahwa alasan tersebut terletak pada sumberdaya yang ada di tempat tujuandestinasi, baik itu sumberdaya alam dan budaya, dan juga atraksi yang berkaitan dengan sumberdaya-sumberdaya tersebut. Pada umumnya istilah “sumberdaya alam” mengacu pada lima fitur alam mendasar seperti air, perubahan topografi, vegetasi, kehidupan alam liar, dan iklim. Sumberdaya budaya termasuk semua sumberdaya kecuali yang kita sebut alami. Diantaranya adalah situs bersejarah, situs prasejarah, tempat keetnikan, legenda dan pendidikan; industri, pusat perdagangan, dan galeri-galeri; dan tempat – tempat penting untuk hiburan, kesehatan, olah raga dan agama. Kedua kategori sumberdaya ini dapat digunakan untuk mengklasifikasi atraksi yang terdapat di tempat tujuan wisata. Smith 1989 mengkategorikan faktor-faktor atraksi dalam area wisata dalam lima kategori utama yaitu faktor alami, faktor sosial dan budaya, faktor sejarah, faktor rekreasional dan faktor infrastruktur wisata. Atraksi yang terdapat di tempat tujuan wisata merupakan komponen suplai yang sangat berperan penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan segala hal yang dikembangkan di lokasi, yang direncanakan dan dikelola untuk kepentingan pengunjung, untuk aktivitas dan untuk dinikmati Gunn, 1994. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam wisata tidak dapat terlepas dari hukum penawaran dan permintaan. Semakin menarik penawaran yang diberikan, maka akan semakin banyak pula permintaan yang datang. Perencanaan dan pengelolaan yang tepat di sisi penawaran dalam hal ini adalah tempat tujuan wisata tidak hanya akan menambah daya tarik wisatawan atau menambah sisi permintaan, tetapi juga akan meningkatkan kualitas lingkungan kawasan tujuan wisata. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa yang dapat ditawarkan adalah di tempat tujuan wisata adalah sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya budaya. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya yang mampu mempertahankan keberlangsungan kawasan dan lingkungan adalah tujuan utama dari seorang perencana kawasan wisata.

2.3. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata