Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pikir Penelitian

Namun sangat disayangkan bahwa upaya pencanangan Kampung Laweyan sebagai Kampung Batik dan daerah tujuan wisata ini tidak diiringi dengan perencanaan kawasan yang optimal. Menurut ICOMOS, The Burra Charter 1999, dijelaskan bahwa nilai budaya yang dilindungi, sebagaimana budaya batik yang ada di kampung Laweyan ini, dapat dimanfaatkan, sepanjang tidak mengancam keberadaannya dan kualitas nilai budaya itu sendiri. Salah satu cara pemanfaatannya adalah dengan menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata. Belakangan ini, kunjungan ke tempat-tempat warisan bersejarah, dan tempat situs budaya lainnya meningkat dengan tajam Pearce, 1996; Uzzell, 1998. Di sisi lain, warisan budaya merupakan peninggalan leluhur yang mudah terancam punah bila tidak dilestarikan dengan sungguh-sungguh. Perencanaan lanskap yang mampu memanfaatkan warisan budaya sebagai daya tarik wisata sekaligus melakukan perlindungan terhadap warisan budaya tersebut , beserta masyarakat lokal yang hidup bersamanya, sangat dibutuhkan. Pemanfaatan sumberdaya wisata dengan sekaligus melakukan upaya pelestarian dan perhatian terhadap keberlangsungan hidup kawasan hingga generasi-generasi mendatang, merupakan kunci keberhasilan perencanaan lanskap sebuah kawasan wisata. Perencanaan lanskap budaya yang tepat tidak hanya akan menjadi daya tarik wisata, tapi sekaligus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan kualitas budaya di kawasan tersebut. Berangkat dari fenomena ini, penting untuk merencanakan kawasan Kampung Batik Laweyan ini sebagai kawasan wisata budaya yang berkelanjutan yang memperhatikan unsur-unsur pelestarian warisan budaya batik, kehidupan sosial budaya dan perekonomian masyarakat lokal, dan lingkungan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kampung Laweyan merupakan daerah yang menyimpan warisan budaya tak benda yaitu batik. Budaya batik , berikut kehidupan sosial budaya yang menyertainya, merupakan budaya yang harus tetap dipertahankan secara turun temurun. Upaya pelestarian ini belum diwujudkan dalam perencanaan kawasan yang terarah dan terintegrasi di Kampung Laweyan ini. Perencanaan kawasan seperti apa yang paling tepat? 2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai potensi dan sumberdaya apa saja yang dimiliki kawasan agar layak dijadikan tempat tujuan wisata, sekaligus sebagai upaya pelestarian sumberdaya yang dimiliki. Sumberdaya apa saja yang dimiliki di kampung Batik Laweyan ini dan bagaimana potensi yang dimiliki? 3. Masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kawasan wisata. Bagaimana tingkat penerimaan masyarakat terhadap pengembangan kawasan menjadi kawasan wisata?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat perencanaan kawasan Kampung batik Laweyan ini menjadi kawasan wisata budaya. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1 Menganalisis aspek fisik kawasan : a. Menganalisis kualitas budaya kawasan berdasarkan obyek dan atraksi wisata budaya eksisting b. Menganalisis kelayakan kawasan wisata c. Menganalisis kualitas estetika-visual lingkungan 2 Menganalisis potensi masyarakat lokal 3 Menentukan zona integratif kawasan untuk dikembangkan dalam perencanaan lanskap kawasan wisata budaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Mendukung upaya pelestarian sejarah dan budaya, khususnya di kawasan Kampung Batik Laweyan, terutama setelah ditetapkannya Kampung Laweyan sebagai kawasan cagar budaya.

2. Menjadi masukan bagi Forum Kampung Laweyan dalam mengembangkan

dan melestarikan Kampung Laweyan agar tetap berkelanjutan baik dari segi ekonomi maupun kehidupan sosial budayanya.

3. Meningkatkan pemahaman dan pengertian pengunjung terhadap sejarah

dan budaya Kampung Batik Laweyan.

4. Menjadi masukan bagi pengembangan pariwisata yang dapat meningkatkan

PAD kota dan kesejahteraan masyarakat serta pelestarian budaya batik Kota Solo.

1.5. Kerangka Pikir Penelitian

Sebelum memulai penelitian, perlu adanya kerangka berpikir untuk membantu kelancaran pelaksanaan baik selama di lapang maupun pada saat proses pengolahan data dan pengembangan kawasan. Aspek masyarakat dan aspek fisik kawasan diteliti dan dianalisis sesuai prinsip-prinsip perencanaan wisata. Gambar 1. Gambar 1. Kerangka dan alur pikir penelitian Aspek Fisik Kawasan Aspek Masyarakat Kualitas Budaya Kawasan berdasarkan Obyek Atraksi Wisata Eksisting Potensi Masyarakat Potensi Pengembangan Wisata Budaya Kampung Laweyan Peruntukan sebagai kawasan wisata budaya Perencanaan Kawasan Wisata Budaya Kelayakan Kawasan Wisata Kualitas Estetika-Visual Lingkungan Zona Kualitas Budaya Kawasan Zona Kelayakan Kawasan Wisata Zona Potensi Estetika-Visual Lingkungan Zona Wisata Budaya Potensial Zona Akseptibilitas Masyarakat Zona Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Potensi Obyek dan Atraksi Wisata Budaya Eksisting

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batik dan Sejarahnya

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya, batik mengalami banyak perkembangan. Selanjutnya dengan penggabungan berbagai corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik lukis seperti sekarang ini Departemen Perindustrian -Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, 1987. Sejarah perbatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Jenis dan corak batik tradisional amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Pada awalnya batik dikerjakan terbatas hanya dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari para pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan di tempatnya masing- masing. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, pria dan wanita, hingga kini. Sebelum tahun 1900 penggunaan batik hanya untuk jarik tapih,dodot, kemben,selendang dan ikat kepala. Sedangkan motif-motif yang digunakan mempunyai arti filosofis, sebagai contoh: a. Batik dengan motif sidomukti biasa digunakan oleh mempelai pada upacara akad nikah maupun upacara “panggih” Jawa dengan maksud supaya si mempelai setelah melangsungkan pernikahan dikaruniai Tuhan