III. GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA
3.1. Kondisi Fisik Kota Surakarta 3.1.1. Kondisi Geografis dan Administrasi
3.1.1.1. Kotamadya
Kota Surakarta terletak antara 110° 45’ 15”dan 110°45’ 35” Bujur Timur dan antara 7°36’ dan 7°56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah
satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.
Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo”
merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, Solo berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan
Kabupaten Karangnyar, sebelah selatan dengan Kabupaten Sukoharjo dan di sebelah Barat dengan Kabupaten Sukoharjo.
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar kliwon, Jebres dan
Banjarsari. Dari beberapa kecamatan ini terbagi lagi menjadi 51 kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan jumlah RT sebanyak 2.669. Dengan
jumlah KK sebesar 130.440 KK, maka rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 49 KK setiap RT. Sebagian besar lahan dipakai sebagai tempat
pemukiman sebesar 61,68. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga yaitu berkisar antara 20 dari luas lahan yang
ada.
3.1.1.2. Kampung Batik Laweyan
Batas wilayah penelitian yaitu Kampung Batik Laweyan, berada di Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan kota Surakarta. Batas bagian utara
Kelurahan Laweyan adalah Jl. Dr. Rajiman yang dulu bernama Jl. Laweyan merupakan jalan poros kedua setelah Jl. Slamet Riyadi yang membujur ke arah
barat dari alun-alun utara sampai Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Batas bagian timur, adalah Jl. Jagalan yang termasuk dalam Kelurahan Bumi. Batas
barat adalah kelurahan pajang. Batas bagian selatan merupakan batas alam, yaitu Sungai Kabanaran Gambar 6.
Sumber : Widayati, 2000
Gambar 6. Peta perletakan kawasan Laweyan terhadap Kota Surakarta Kampung Laweyan mempunyai luas wilayah 24,83 Ha. Terdiri dari 20,56
Ha tanah pekarangan dan bangunan, sedang yang berupa sungai, jalan, tanah terbuka, kuburan seluas 4,27 Ha. Di Kecamatan Laweyan terdiri dari 11
kelurahan dengan 105 RW dan 454 RT dan 24.611 KK BPS. Surakarta dalam Angka Tahun 2008. Kelurahan Laweyan terbagi menjadi 8 wilayah kampung,
yaitu Kwanggan, Sayangan Kulon, Sayangan Wetan, Setono, Lor pasar, Kidul Pasar, dan Klaseman Gambar 7.
Kawasan Laweyan terletak pada pinggiran kota Surakarta, yang apabila ditinjau dari struktur kotanya merupakan suatu kantong enclave, yang secara
administratif tidak mungkin akan berkembang. Kawasan tersebut secara administrarif termasuk dalam Kelurahan Laweyan dan Kecamatan Laweyan
Kawasan kampung Laweyan pada bagian selatannya dibatasi oleh Sungai Kabanaran yang dahulunya merupakan lalu lintas utama dari Sungai
Bengawan Solo menuju ke Kerajaan Pajang. Bagian sebelah barat dibatasi oleh Kelurahan Pajang disini terdapat situs Kerajaan Pajang, tetapi sekarang sisa
peninggalan tersebut tinggal dermaga sungai, sedang di sebelah utara berupa jalan besar yang menghubungkan Kerajaan Pajang dengan Keraton Kasunanan,
sedang di sebelah Timur, berbatasan dengan Kelurahan Bumi. Kelurahan Laweyan ini mempunyai 8 dukuh, 3 RW, 10 RT yang terdiri dari 412 rumah
tinggal.
Sumber :Monografi Laweyan, 1993.
Gambar 7 . Pembagian kampung di kawasan Kelurahan Laweyan,
Surakarta Kampung Laweyan merupakan kawasan yang homogen dan terdiri dari
blok massa serta pola jalan dengan sistem grid. Permukiman di Laweyan terbagi atas tiga grid yaitu saudagar besar mempunyai besaran persil kurang lebih 2400
m2, untuk saudagar sedang besaran persil antara 800-1000 m2, sedang untuk buruh antara 200-400 m2. Besaran persil tersebut luas karena rumah tinggal
selalu menyatu dengan usaha batiknya. Batasan persil tersebut selalu dikelilingi tembok tinggi kurang lebih 6 meter.
Sumber: Priyatmono, 2004
Gambar 8. Pola permukiman Kampung Batik Laweyan Ditinjau dari sisi tata ruang kawasan, pola penataan ruang dipengaruhi
oleh keterikatan hubungan antara pekerja dan pemilik batik. Sisi jalan utama merupakan perumahan para saudagar batik, sedangkan kawasan belakang
merupakan kawasan perumahan pekerja batik. Tatanan ini memberikan kemudahan bagi pebatik untuk bekerja sambil menangani tugas rumah tangga.
Pola tatanan ruang kawasan juga dipengaruhi oleh pola ikatan kekeluargaan, mengingat industri batik merupakan industry rumahan yang erat kaitannya
dengan kekerabatan, sebagai hasil dari ikatan perkawinan antar keluarga. Pola tata ruang tersebut juga merupakan akibat dari peran pembatik yang mayoritas
adalah wanita, dimana membutuhkan akses yang dekat dan mudah antara rumah dengan tempat kerja. Ditinjau dari persaingan dagang, keamanan
terhadap kekayaan maupun rahasia perusahaan, secara fisik melahirkan bentuk bangunan yang tertutup.
Kelas jalan di Laweyan dibagi menjadi 3 kelas yaitu: Jalan Utama menghubungkan antar kelurahan, jalan lingkungan menghubungkan antar
blok, dan jalan kampung yang menghubungkan antar kavling bangunan Gambar 9. Kondisi jalan tersebut cukup tersebut cukup bagus tetapi ada
beberapa bagian yang di kanan kirinya diberi saluran air hujan. Kondisi pencahayaan lampu jalan di malam hari belum memenuhi standar penerangan
jalan.
Sumber: Priyatmono, 2004
Gambar 9. Jalan di kawasan Kampung Batik Laweyan Kondisi tepian sungai cukup memprihatinkan karena masih dipenuhi
dengan sampah buangan rumah tangga, turap sebagai penahan tepian sungai juga sudah tidak memenuhi persyaratan, sehingga sering terjadi longsor
Gambar 10.
Gambar 10. Sungai Kabanaran Keadaan bangunan di Kelurahan Laweyan cukup bagus tetapi banyak
yang tidak terawat. Hal ini disebabkan karena banyak keturunan orang Laweyan yang sudah tidak bertempat tinggal di sana. Rumah saudagar mempunyai
dinding dari tembok setebal 2 batu sebagai penyangga atap sedang rumah
buruh biasanya merupakan kombinasi batu bata dan papan kotangan. Bangunan rumah saudagar mempunyai tata ruang Jawa tetapi tidak sepenuhnya
diikuti. Sedangkan bentuk bangunannya sudah banyak dimodifkasi dengan bangunan dari luar negeri, baik yang bergaya Belanda maupun dengan gaya
Spanyol. Arsitektur rumah tinggal di kawasan kampung Laweyan banyak
dipengaruhi oleh corak permukiman bangsawan Jawa yang dipadu dengan pengaruh arsitektur kolonial Eropa yang dikenal dengan istilah Arsitektur
Indiesch Gambar 11
Rumah Indische Rumah Indische
Rumah Indische Rumah Indische
Sumber: Priyatmono, 2004
Gambar 11. Rumah tinggal Indiesch di Laweyan Dilihat dari segi arkeologi, Laweyan cukup kaya dengan peninggalan
masa lalu, yaitu dengan adanya masjid Laweyan berikut makam kuno yang berada di belakangnya, Langgar Merdeka, perumahan penduduk serta
perkampungan yang masih belum berubah.
3.1.2. Iklim
Kota Surakarta yang beriklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar 26.5
C, kelembaban udara rata-rata 75.6, tekanan udara berkisar antara 1007
– 1011 QFF, dan kecepatan angin rata-rata berkisar 5 Knot. Curah hujan rata- rata perbulan adalah berkisar 14.88 mmbulan atau sekitar 178.5 mmtahun.
Berdasarkan data iklim pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Kota Surakarta termasuk kota yang memiliki suhu dan kelembaban yang sedang.
Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Februari sampai Agustus, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Januari.
Kota Surakarta tergolong kota yang sedikit mengalami hujan. Namun pada bulan- bulan tertentu, curah hujan tergolong tinggi seperti pada Oktober, Desember atau
Februari. Ancaman banjir tergolong sering untuk wilayah yang dekat dengan Sungai besar seperti Sungai Bengawan Solo. Curah hujan di kota Surakarta per
bulan selama tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 12. Tabel 1. Rata-rata suhu udara, kelembaban, tekanan udara, arah angin
dan kecepatan angin pada tahun 2008
Bulan Suhu
udara Kelembaban
C Tekanan udara
Mbs Angin
QFF Qfe
Arah Kecepatan
Knot
Januari 26.2
82 1009,0
996,5 102
03 Februari
25,5 85
1007,2 994,7
75 02
Maret 25,9
84 1008,3
995,8 124
04 April
26,8 79
1008,5 996,0
175 05
Mei 26,7
73 1010,0
997,5 155
05 Juni
24,7 70
1010,6 998,1
162 05
Juli 25,9
67 1011,1
998,6 185
05 Agustus
26,8 65
1010,0 997,5
173 05
September 27,9
64 1011,0
998,5 235
07 Oktober
27,5 75
1010,4 997,9
162 05
November 26,6
81 1008,7
996,2 142
04 Desember
25,4 80
1008,4 995,9
180 05
RATA2 26,3
75 1009,4
995,9 180
05
Sumber: BMG Lanud Adi Sumarmo
Sumber: Bappeda. Surakarta Dalam Angka Tahun 2008
Gambar 12. Grafik curah hujan di Kota Surakarta selama tahun 2008 per bulan
3.1.3. Topografi Lahan
Kota Surakarta tergolong wilayah yang memiliki topografi yang relatif datar. Hal ini terlihat dari Tabel 2 yang menunjukkan kemiringan lahan tiap-tiap
kecamatan yang terdapat di Kota Surakarta. Topografi lahan kampung Laweyan diwakili oleh topografi kecamatan Laweyan karena Kampung Laweyan berada
dalam kawasan kecamatan laweyan. Tabel 2. Topografi lahan di beberapa kecamatan di Kota Surakarta
Kecamatan Tinggi Tempat meter
Di atas permukaan laut Kemiringan Tanah
1 2
3 Laweyan
80-110 0-2
Serengan 80-110
0-2 Pasar Kliwon
80-110 0-2
Jebres 80-130
0-15 Banjarsari
80-120 0-5
KOTA 80-130
0-15
Sumber : Badan Pertanahan Kota Surakarta
3.1.4. Tata Guna Lahan
Kota Surakarta berdasarkan atas penggunaan lahannya, terdiri dari perumahan, jasa, perusahaan, industri, tanah kosong dan tegalan, sawah,
kuburan, lapangan olah raga, taman kota, dan lain-lain dengan total luas wilayah
J anuar
i P
ebr uar
i M
ar et
A p
ri l
M ei
J uni
J ul
i A
gus tus
S ept
em ber
O k
tober N
opem ber
D es
em ber
C ur
ah H uj
an
100 200
300 400
500 600
700 Curah Hujan
Curah Hujan
adalah sebesar Tabel 3 menunjukkan luas penggunaan lahan untuk tiap kecamatan di Kota Surakarta untuk tahun 2008. Gambar 13 menunjukkan
persentase luas penggunaan tanah di Kota Surakarta berdasar penggunaannya. Tabel 3. Luas penggunaan tanah tiap kecamatan di Kota Surakarta tahun 2008
Ha
Penggunaan Tanah
Laweyan Serengan
Pasar Kliwon
Jebres Banjarsari
Perumahan 563.83
210.43 308.94
673.37 980.91
Jasa 88.61
17.17 37.69
176.75 106.91
Perusahaan 42.20
30.16 39.73
87.00 88.39
Industri 39.40
6.11 9.77
25.38 20.76
Tanah kosong 7.28
2.52 16.38
16.19 11.01
Tegalan 0.00
0.00 0.00
81.46 0.50
Sawah 40.90
0.00 3.36
21.33 80.58
Kuburan 6.05
1.38 1.67
38.98 24.78
Lap OR 12.24
2.61 9.55
10.51 30.23
Taman Kota 0.15
0.00 0.00
22.60 8.85
Lain-lain 63.20
49.02 54.43
104.61 128.18
Total Luas Wilayah
863.86 319.40
481.52 1,258.18
1,481.10
Sumber : Badan Pertanahan Kota Surakarta
Sumber: Badan Pertanahan Kota Surakarta Gambar 13. Grafik persentase luas penggunaan tanah di Kota Surakarta
berdasar penggunaannya tahun 2008
62 10
7 2
1 2
3 2
1 1
9 Perumahan
Jasa Perusahaan
Industri Tanah
Tegalan Sawah
Kuburan Lap. OR
Taman Lain-Lain
3.2. Kondisi Sosial Budaya 3.2.1. Penduduk