Prosedur Analisis Metode Penelitian

15  ij = pengaruh acak perlakuan ke-I dan kelompok ke-j Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H :  1 = … =  r = 0 perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati H 1 : paling sedikit ada satu i di mana  i  0 Pengaruh pengelompokan: H : β 1 = … = β r = 0 kelompok tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati H 1 : paling sedikit ada satu j di mana β j  0 3.2.5 Tahap Meta Analisis Data analisis kimia kandungan serat pangan kolesom ini akan dibandingkan dengan data penelitian dari Prabekti 2012. Kedua penelitian ini sama-sama mengamati kandungan serat pangan pucuk kolesom pada budidaya dengan pemupukan organik dan anorganik. Perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan sampel yang ditanam pada musim kemarau sementara Prabekti 2012 menggunakan sampel yang ditanam pada musim hujan. Masing-masing parameter diuji dengan uji t untuk melihat signifikansi data dengan pengaruh perbedaan musim. Lebih lanjut lagi hasil penelitian akan dibandingkan dengan penelitian Mualim 2012 yang mengamati metabolit primer dan sekunder kolesom dengan perlakuan pemupukan organik dan anorganik dan perbedaan musim.

3.2.6 Prosedur Analisis

Analisis Kadar Air Metode Oven SNI 01-2891-1992 Cawan kosong dikeringkan di dalam oven selama 15 menit kemudian didinginkan di dalam desikator, ambil dengan penjepit. Cawan kering yang sudah didinginkan kemudian ditimbang beratnya. Pada cawan tersebut ditimbang 1-2 gram sampel, kemudian dikeringkan pada oven 105 C selama 3 jam. Selanjutnya cawan beserta sampel didinginkan di dalam desikator, kemudian ditimbang. Penimbangan diulangi hingga diperoleh bobot tetap ≤0.0005 g. Perhitungan: Kadar air basis basah: Kadar air g100 g bahan basah = Kadar air basis kering: Kadar air g100 g bahan kering = Keterangan: W = bobot contoh sebelum dikeringkan g W1 = bobot contoh + cawan kering kosong g W2 = bobot cawan kosong g Analisis Total Serat Pangan AOAC Official Methods 985.29 Semua prosedur analisis dilakukan terhadap blanko untuk melihat adanya endapan non serat yang berasal dari reagen atau enzim yang tersisa dalam residu dan dapat terhitung sebagai serat pangan. Sampel ditimbang secara duplo sebanyak 0.5 g, dengan keakuratan hingga 0.1 mg, dalam gelas piala 200 ml. Perbedaan bobot sampel dalam masing-masing ulangan diusahakan tidak lebih dari 20 mg. Sebanyak 25 ml buffer fosfat 0.08 M pH 6.0 dimasukkan ke dalam gelas piala. Nilai pH diukur hingga pH 6.0±0.2. Sebanyak 0.05 ml enzim termamyl ditambahkan. Kemudian gelas piala ditutup menggunakan kertas aluminium foil alufo dan diletakkan dalam air mendidih. Selama inkubasi, gelas piala digoyangkan secara perlahan setiap 5 menit. Saat suhu 16 larutan dalam gelas piala mencapai 100 o C, lanjutkan inkubasi selama 15 menit. Waktu pemanasan dapat ditambahkan jika jumlah sampel yang ditempatkan di dalam waterbath sulit mencapai suhu internal antara 95-100 o C. Prosedur ini dapat dilakukan selama 30 menit. Selanjutnya larutan tersebut didinginkan sampai mencapai suhu ruang. Nilai pH ditepatkan hingga 7.5±0.1 dengan 5 ml NaOH 0.275 N. Sebanyak 2.5 mg protease dimasukkan ke dalam sampel. Protease dapat pula digunakan dalam bentuk larutan 50 mg dalam 1 ml buffer fosfat yang dibuat sesaat sebelum digunakan dan ditambahkan sebanyak 0.1 ml. Sampel ditutup kembali dengan alufo lalu diinkubasi selama 30 menit pada suhu 60 o C dengan agitasi kontinyu. Sampel didinginkan dan ditambahkan 5 ml HCl 0.325 M. Nilai pH diukur hingga berkisar antara 4.0-4.6, jika nilai pH belum tercapai, dapat ditetesi kembali dengan asam. Enzim amiloglukosidase AMG ditambahkan sebanyak 0.15 ml dan sampel ditutup kembali dengan alufo. Selanjutnya diinkubasi kembali selama 30 menit pada suhu 60 o C dengan agitasi kontinyu. Sebanyak 140 ml etanol 95 yang sebelumnya telah dipanaskan hingga suhunya 60 o C volume diukur setelah pemanasan ditambahkan. Agar terbentuk endapan, sampel dibiarkan pada suhu kamar selama 60 menit. Secara kuantitatif endapan disaring melalui crucible. Sebelumnya, crucible yang mengandung celite ditimbang hingga keakuratan mendekati 0.1 mg. Residu dicuci dengan 3 x 10 ml etanol 78, 2 x 5 ml etanol 95, dan 2 x 5 ml aseton secara berturut-turut. Waktu yang dibutuhkan untuk pencucian dan penyaringan bervariasi antara 0.1 sampai 6 jam, rata-rata waktu yang dibutuhkan ialah 0.5 jam per sampel. Lamanya waktu filtrasi dapat dikurangi dengan penghisapan vakum secara hati-hati. Crucible yang mengandung residu dikeringkan selama satu malam di dalam oven vakum dengan suhu 70 o C atau selama 5 jam di oven biasa pada suhu 105 o C. Kemudian crucible didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga keakuratan mencapai 0.1 mg. Untuk memperoleh bobot residu, kurangi dengan bobot crucible dan celite. Analisis residu dari satu sampel ulangan digunakan untuk analisis protein menggunakan metode Kjeldahl, faktor konversi yang digunakan ialah N x 6.25, kecuali pada kasus sampel yang diketahui nilai N dalam proteinnya. Sampel ulangan lainnya diabukan selama 5 jam pada suhu 525 o C. Kemudian hasilnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga keakuratan mendekati 0.1 mg. Kurangi dengan bobot crucible dan celite untuk memperoleh bobot abu. Penentuan blanko : B = blanko = bobot residu – P B – A B g Bobot residu = bobot residu blanko g P B = bobot protein blanko g A B = bobot abu blanko g Perhitungan total serat pangan TDF : TDF = [bobot residu – P – A – B bobot sampel] x 100 Bobot residu = bobot residu masing-masing sampel g P = bobot protein residu g A = bobot abu residu g B = blanko g bobot sampel = bobot sampel yang diambil g Analisis Serat Pangan Tidak Larut AOAC Official Methods 991.42 Prosedur yang dilakukan sama dengan analisis total serat pangan sampai tahap inkubasi dengan enzim selesai. Pada analisis serat pangan tidak larut, sampel tidak ditambahkan dengan etanol 95 60 o C. Residu dicuci dengan 2 x 5 ml air melarutkan SDF, 2 x 5 ml etanol 95, dan 2 17 x 5 ml aseton secara berturut-turut. Langkah pengeringan crucible dan analisis residu hingga tahap akhir serupa dengan prosedur total serat pangan. Penentuan blanko : B = blanko = bobot residu – P B – A B g Bobot residu = bobot residu blanko g P B = bobot protein blanko g A B = bobot abu blanko g Perhitungan serat pangan tidak larut IDF : IDF = [bobot residu – P – A – B bobot sampel] x 100 Bobot residu = bobot residu masing-masing sampel g P = bobot protein residu g A = bobot abu residu g B = blanko g bobot sampel = bobot sampel yang diambil g Analisis Serat Pangan Larut by difference Kadar serat pangan larut SDF ditentukan dengan mengurangi kadar total serat pangan dengan kadar serat pangan tidak larut. Perhitungan serat pangan larut SDF : SDF = TDF –IDF Analisis Kadar Substansi Pektat Substansi pektat dihitung berdasarkan metode kolorimetrik McCready dan McComb 1952 yang telah dimodifikasi oleh Blumenkrantz dan Asboe-Hansen 1973. Anhidrouronat yang diperoleh dari hidrolisis terhadap substansi pektat dengan diberi orto-hidroksi difenil akan menghasilkan warna yang dapat diukur pada panjang gelombang 520 nm. Contoh yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 0.1 gram, diberi 10 ml etanol 70, diaduk secara kontinyu selama 30 menit, lalu dibiarkan selama 1 jam untuk menghilangkan gula-gulanya. Kemudian larutan disaring dan endapan yang diperoleh diambil dan diberi 40 ml reagen Versene larutan EDTA-4Na 0.5. Larutan sampel diinkubasi selama 30 menit dengan agitasi kontinyu pada suhu ruang untuk melarutkan substansi pektat. Larutan diasamkan sampai pH 3.3-5.5 menggunakan asam asetat, selanjutnya ditambahkan 0.5 ml viscozyme V2010 yang mengandung pektinase, silanase, arabinase, selulase, hemiselulase, dan β-glukanase. Larutan kembali diinkubasi pada suhu ruang selama 60 menit dengan agitasi kontinyu. Volume campuran ditepatkan sampai 50 ml dengan akuades, kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman 42 dan diperoleh filtrat. Filtrat dipipet sebanyak 0.8 ml, kemudian ditambahkan 4.8 ml larutan tetraborat dalam asam sulfat pekat 0.0125 M larutan Na 2 B 4 O 7 dalam asam sulfat pekat. Larutan sampel didinginkan pada penangas es sampai suhu 4 ºC, dan di-vortex. Sampel dipanaskan dalam penagas air 100 ºC selama 5 menit, didinginkan kembali dalam penangas es sampai suhu 20 ºC. Sampel kemudian ditambahkan 0.08 ml larutan o-hidroksidifenil 0.075 g o-hidroksidifenil dilarutkan dalam NaOH 0.5 dan di- vortex. Sampel dibiarkan selama ± 5 menit sampai terbentuk warna yang sempurna kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm. Blanko dibuat dengan memipet 0.8 ml aquades dan diperlakukan sama seperti sampel. Standar asam galakturonat ditimbang sebanyak 24.1 mg, ditambahkan 2 ml NaOH 0.05 N, diencerkan hingga volume 100 ml dengan aquades. Larutan standar dibiarkan semalam pada suhu kamar. Setiap ml larutan standar mengandung 24.1 mgL asam galakturonat. Kurva standar 18 dibuat dengan mengencerkan larutan standar menggunakan aquades. Standar dipipet 0.8 ml dan direaksikan sama seperti pada sampel. Perhitungan kadar substansi pektat dengan persamaan regresi y = a + bx. Kadar substansi pektat dihitung dari jumlah asam anhidrouronat yang terhidrolisis Kadar substansi pektat bk = ⁄ ⁄ 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kadar Serat Pangan Pucuk Kolesom yang Ditanam pada Musim