memungkinkan dapat menghambat radikal bebas. Kandungan fitokimia fraksi tambelo disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Kandungan fitokimia fraksi tambelo
Nama Kelompok Senyawa
Alkaloid Flavonoid
Phenol Hidroquinon
Steroid Triterpenoid
Saponin Tanin
Fraksi 1
+ +
- +
+ -
-
Fraksi 2
+ +
+ +
+ +
-
Fraksi 3
+ +
+ +
+ -
-
Fraksi 4
+ +
- +
+ +
-
Fraksi 5
+ +
- +
+ -
-
Fraksi 6
+ +
+ +
+ +
-
Fraksi 7
+ +
- +
+ +
-
Fraksi 8
+ +
+ +
+ +
-
Fraksi 9
+ +
+ +
+ +
-
Fraksi 10
+ +
+ +
+ +
-
4.2.6 Aktivitas antioksidan fraksi tambelo
Aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi-faraksi tambelo disajikan pada Gambar 13. Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa aktivitas antioksidan
fraksi kesembilan mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat, terbukti terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning cerah dengan nilai IC
50
8,87 ppm, disusul dengan fraksi 10 dengan nilai IC
50
28,91 ppm. Perhitungan persen inhibisi dari hasil fraksinasi dapat lihat pada Lampiran 12.
Gambar 14 memperlihatkan bahwa fraksi 9 memiliki daya inhibisi yang setara dengan vitamin super ester C. Hal ini memungkinkan adanya senyawa
aktif dalam faksi 9 yang berpotensi sebagai obat antioksidan. Aktivitas antioksidan pada fraksi tambelo lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak
tambelo. Hal ini berkaitan dengan fungsi proses fraksinasi yang bertujuan untuk memperoleh pola pemisahan yang sempurna, fraksi yang didapat lebih murni
senyawa aktif dan lebih banyak terisolasi.
Gambar 14 Aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi-faraksi tambelo Sebuah senyawa dapat disebut sebagai antioksidan bila senyawa tersebut
dapat mendonorkan atom hidrogennya dengan cepat sehingga dapat menghambat terjadinya pembentukan radikal bebas Sauriasari 2006. Pengujian dengan
menggunakan DPPH merupakan salah satu metode yang sederhana. Senyawa DPPH merupakan radikal bebas yang bersifat stabil sehingga dapat bereaksi
dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu senyawa antioksidan. Hasil reaksi tersebut berupa DPPH tereduksi yang tidak reaktif lagi karena telah mendapatkan
donor hidrogen Molyneux 2004. Ketika DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen, maka akan terbentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi
antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua elektron pada
radikal bebas DPPH menjadi berpasangan. Mekanisme penghambatan radikal DPPH dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Mekanisme penghambatan radikal DPPH ’
Keterangan: RH = asam lemak tidak jenuh R = radikal bebas
15 103,51
4,63 63,50
2,43 61,64
2,68 76,87
5,94 5,21
86,04 74,49 3,40 58,32
4,29 43,17 2,06
8,87 1,90
28,91 4,69
20 40
60 80
100 120
Ekstrak etil
asetat Fraksi
1 Fraksi
2 Fraksi
3 Fraksi
4 Fraksi
5 Fraksi
6 Fraksi
7 Fraksi
8 Fraksi
9 Fraksi
10
Rata -r
ata IC5
Estrak kasar dan Hasil Fraksi
4.2.7 Identifikasi senyawa fraksi teraktif
Liquid chromatography mass spectrofotometer LC-MS merupakan metode analisis kuantitatif yang merupakan kombinasi antara kromatografi cair
dengan spektroskopi massa, Instrumentasi LC-MS terdiri atas inlet-LC, sumber ion, tekanan permukaan, massa analyzer, detektor, instrumen kontrol dan proses
data.Analisis senyawa menggunakan LC-MS dilakukan pada fraksi terbaik fraksi 9. Analisi LCMS yang dilakukan secara electrospray ionisation.
Berdasarkan analisis LC-MS sampel fraksi 9 dengan berat molekul 352. Data spektrum sampel fraksi 9 dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan
database MarinLit Blunt and Blunt 2008, terdapat empat struktur senyawa yang terbagi atas tiga komponen, yaitu farnesic acid glyceride, sesquiterpenoic acid
glyceride, dan labdane diterpenoid. Ketiga komponen tersebut tergolong dalam kelompok senyawa terpenoid. Struktur senyawa tersebut disajikan pada Gambar
16.
a b Komponen 1 Farnesic acid glyceride
c d
Komponen 2 sesquiterpenoic acid glyceride Komponen 3 Labdane diterpenoid
Gambar 16 Komponen fraksi teraktif dari tambelo dengan massa 352 mz yang terdeteksi sebagai kelompok senyawa terpenoid.
Terpenoid adalah senyawa alam yang terbentuk dengan proses biosintetis, terdistribusi luas dalam dunia tumbuhan dan hewan. Terpenoid yang disebut juga
isoprenoid, yang dapat dikelompokkan menjadi monoterpen C10, seskuiterpen C15, diterpen C20, trite
rpen C30, tetraterpen 40, dan politerpen ≥ 40 Sirait 2007. Berdasarkan pengelompokan dari senyawa terpenoid tersebut,
komponen 1 farnesic acid glyceride dan komponen 2 sesquiterpenoic acid glyceride termasuk di dalam kelompok senyawa seskuiterpenoid. Seskuiterpenoid
merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isoprena yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Secara umum
senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, di antaranya adalah sebagai antifeedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin
serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Senyawa-senyawa seskuiterpenoid tersebut diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans farnesil
pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lainnya. Beberapa publikasi tentang ketiga komponen seperti yang dilaporkan
oleh Gustafson et al. 1983 bahwa di dalam ekstrak nudibranch Archidoris montereyensis mengandung senyawa-senyawa diterpenoic acid glyceride,
drimane sesquiterpenoic acid glyceride, monocyclofarnesic acid glyceride, dan glyceryl ether. Andersen et al. 1980 juga melaporkan bahwa nudibranch jenis
A. odheri menghasilkan senyawa 2,3-dihydroxypropilfarnesate dan memiliki dua turunan monoasetoksi. Kedua komponen tersebut memiliki aktivitas sebagai
antibiotik dan antifeedant. Pendapat ini juga didukung oleh Marero et al. 2003 yang melaporkan bahwa hasil isolasi dari pulmonate Trimusculus peruvianus
menghasilkan empat senyawa labdane diterpens melalui jalur oksidasi. Senyawa- senyawa tersebut memiliki aktivitas sitotoksik yang menghambat sel kanker usus
besar pada manusia. Labdane merupakan diterpen bisiklik alami yang membentuk inti
struktural untuk berbagai macam produk alami yang dikenal sebagai labdanes atau diterpenes labdane. Diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai
20 atom karbon dan dibangun oleh 4 unit isoprena. Senyawa ini mempunyai bioaktivitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman,
podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor,