3.3.2.3   Uji aktivitas antioksidan Yeh dan Cen 1995
Pengujian  aktivitas  antioksidan  dilakukan  dengan  menggunakan  metode perendaman
radikal bebas
DPPH 1,1-diphenyl-2-picrlhylhydrazyl
Yeh  dan  Cen  1995.  Prinsip  kerjanya  pada  sampel  mengandung  senyawa bersifat antioksidan yang dapat meredam radikal bebas DPPH. Uji ini dilakukan
terhadap  e kstrak  tambelo.    Ekstrak  dilarutkan  dalam  metanol  dan  dibuat  dalam
berbagai konsentrasi  20, 40, 60, dan  80 ppm, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ekstrak tersebut masing-masing ditambahkan 200
μl larutan DPPH 1mM  dalam  metanol.    Volume  dicukupkan  sampai  5  mL,  kemudian  diinkubasi
pada suhu kamar selama 30 menit. Serapan sampel tersebut diukur pada panjang gelombang 515 nm.
Butylated hydroxytoluene BHT dan vitamin super ester C
digunakan sebagai kontrol positif, dan untuk pembanding dengan masing-masing kosentrasi 4, 6, 8, dan 10 ppm.  Hambatan dihitung dengan rumus.
Nilai  absorbansi  sampel  diperoleh  persentase  penghambatan  aktivitas radikal  bebas.    Persamaan  regresi  diperoleh  dari  hubungan  antara  kosentrasi
sampel dan persentase penghambatan aktivitas radikal bebas.  Nilai kosentrasi dan hambatan  ekstrak  diplotkan  masing-masing  pada  sumbu  x  dan  y.    Persamaan
regresi  yang diperoleh dalam bentuk  y = bx + a. Persamaan ini digunakan untuk mencari  Inhibition  Concentration  50    IC
50
dengan  memasukkan  angka  50 sebagai  y  sehingga  didapatkan  nilai  x  sebagai  IC
50
.    Pengujian  ini  dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
3.3.2.4  Fraksinasi senyawa antioksidan
Fraksinasi  terhadap  ekstrak  kasar  tambelo  dilakukan  pada  ekstrak  yang memiliki  aktivitas  antioksidan  tertinggi  ekstrak  terpilih.    Metode  yang
digunakan ada dua macam, yaitu kromatografi lapis tipis KLT dan kromatografi kolom KK.
a   Kromatografi lapis tipis  KLT Pada  penelitian  ini,  pemilihan  pelarut  untuk  fraksinasi  dilakukan  dengan
mencoba  beberapa  kombinasi  untuk  mengembangkan  spot  ekstrak  terpilih  pada
kromatografi  lapis  tipis  KLT.    Kombinasi  yang  digunakan  adalah  pelarut kloroform:metanol  dengan  perbandingan  9:1  mL,  pelarut  heksan  :  etil  asetat
dengan  perbandingan  1:1  mL  dan  pelarut  kloroform  :  metanol  dengan perbandingan  17:3  mL,  pelarut  heksan:etil  asetat  dengan  perbandingan  8:2  dan
n-heksana:kloroform  3:2,  untuk  memilih  eluen  terbaik  dicoba  dengan  berbagai eluen  n-heksana,  kloroform,  etil  asetat,  dan  metanol.    Ekstrak  terpilih  sebanyak
0,02  gram  dilarutkan  dalam  0,5  mL  pelarutnya.    Larutan  ekstrak  tersebut kemudian  ditotolkan  pada  plat  silika  gel  60  F254  dengan  panjang  l0  cm.
Kombinasi  pelarut  yang  menghasilkan  pengembangan  spot  terbaik  digunakan sebagai  eluen  untuk  memfraksinasi  ekstrak  terpilih  dengan  kromatografi  lapis
tipis  maupun  kromatografi  kolom.    Diagram  alir  fraksinasi  dengan  metode  KLT dapat disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9  Diagram alir fraksinasi dengan metode KLT. b   Kromatografi kolom KK Gritter et al. l99l
Pelaksanaan  kromatografi  kolom  dilakukan  dengan  memasang  kolom  pada statif  secara  tegak  lurus.    Kolom  diberi  glasswool  pada  bagian  bawahnya.
Diagram  alir  fraksinasi  dengan  metode  kromatografi  kolom  dapat  dilihat  pada Gambar 10.  Pencucian kolom dilakukan dan pembuatan larutan silika gel silika
gel G40-63 yang akan dimasukkan ke dalam kolom sebelum ekstrak dimasukkan ke  dalam  kolom.    Silika  gel  sebanyak  13-15  gram  dilarutkan  pada  eluenn
kloroform : metanol  = 9:1  sehingga diperoleh larutan silika gel.  Semua  larutan silika  gel  masuk  ke  dalam  kolom,  lalu  dilakukan  penjenuhan  silika  gel  dalam
kolom  selama  30-60  menit.    Pada  proses  penjenuhan,  bagian  atas  kolom  ditutup
Ekstrak aktif
CHCl
3
:MeOH 9:1ml
CHCl
3
:MeOH 17:3 ml
terbentuknya spot terbanyak Heksan:EtOH
1:1ml Heksan:EtOH
8:2ml Heksan :CHCl
3
3:2 ml
KLT silika gel