kemiskinan perlu ditingkatkan harkat dan kehidupan sosial ekonominya ke tingkat yang layak dan berada di atas garis kemiskinan. Umumnya mereka
berada di desa-desa tertinggal di dalam dan sekitar hutan. 3.
Masih terdapat sekitar 1 juta peladang berpindah yang merambah hutan, sehingga memerlukan upaya pembinaan kearah pertanian menetap dan usaha
tani terpadu yang lebih produktif serta pemukiman masyarakat yang lebih layak.
4. Dalam pembangunan hutan yang berkelanjutan upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa harus mendapat prioritas yang tinggi. dalam peranannya ikut mendorong dan mendukung program nasional pengentasan
kemiskinan, pembangunan kehutanan menempatkan masyarakat di sekitar hutan sebagai salah satu sasaran utama.
5. Dalam kebijakan pembangunan sumberdaya manusia di sektor kehutanan
harus diangkat sebagai salah satu kelompok sasaran target group yang akan dibina peningkatan kesejahteraan dan peran serta secara aktif dalam
pengelolaan hutan yang lestari dan pembangunan hutan yang berkelanjutan. Masyarakat desa hutan pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan
masyarakat desa pada umumnya. Ciri khas dari masyarakat desa hutan adalah interaksi atau ketergantungannya terhadap hutan di sekitarnya, secara ekologi,
ekonomi, maupun sosial karena kelangkaan sumberdaya Hadipoernomo 1980 dalam Susetyaningsih 1992.
2.2 Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dengan Sumberdaya Hutan
Masyarakat memegang peranan penting terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem mencakup komponen makhluk hidup
manusia, hewan, jasad renik dan tumbuhan dan lingkungan yang tidak hidup udara, energi matahari, cahaya, air, tanah, angin, mineral dan lain sebagainya
yang keduanya saling berinteraksi dan berhubungan timbal balik Manan 1998. Keterkaitan interaksi antara masyarakat dengan hutan telah berlangsung
cukup lama karena hutan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja
terutama dalam pembukaan lahan, penebangan kayu, pembersihan lahan, sehingga memperoleh upah pendapatan yang baik. Selain itu, bagi masyarakat yang
hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar yang terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan memberikan nilai tambah terutama bagi
masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan Mangandar 2000. Contoh kongkrit sistem sosial masyarakat dengan hutan menurut Susetyaningsih 1992
dapat dilihat dari ketergantungan masyarakat desa sekitar hutan akan sumber- sumber kehidupan dasar seperti air, kayu bakar, bahan pangan dari hutan. Pada
saat populasi manusia belum padat, gambaran interaksi kedua sistem masih bisa diterima artinya masih berfungsi normal. Tetapi pada kondisi populasi manusia
yang semakin padat, terutama masyarakat desa sekitar hutan semakin bertambah, maka gambaran interaksi kedua sistem cenderung timpang artinya sumberdaya
hutan tidak mampu lagi menyediakan aliran bahan energi dan materi kepada sistem sosial. Apabila kondisi tersebut dibiarkan tanpa ada perubahan sikap dari
sistem sosial masyarakat maka fungsi hutan sebagai pengatur lingkungan hidup yang baik mustahil akan tercapai.
Lebih lanjut Soekmadi 1987 dalam Mangandar 2000 menyatakan bahwa ada beberapa penyebab terjadinya keterkaitan interaksi yang cukup
penting antara manusia dan sumberdaya hutan adalah sebagai berikut: a.
Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar hutan rendah. b.
Tingkat pendidikan yang rendah. c.
Rata–rata pemilikan lahan yang sempit dan kurang intensif pengelolaannya.
d. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dengan kepadatan yang cukup
tinggi.
2.3 Ketergantungan Masyarakat terhadap Sumberdaya Hutan