Topografi Flora Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

4.2.4 Geologi dan

Tanah Geologi kawasan ini berupa batuan vulkanik seperti andesit, tuff, basalt, lava breksi, breksi mekanik dan proklastik. Jenis tanahnya adalah: 1 Tanah regosol dan litosol terdapat pada lereng pegunungan yang lebih tinggi dan berasal dari lava dan batuan hasil kegiatan gunung berapi. Jenis tanah seperti ini sangat peka terhadap erosi. 2 Tanah asosiasi andosol dan regosol terdapat pada lereng gunung yang lebih rendah dan agak peka terhadap erosi. Jenis ini mengalami pelapukan lanjut. 3 Tanah latosol coklat terdapat pada lereng paling bawah. Tanah ini mengandung liat dan lapisan subsoilnya gembur, mudah ditembus air, serta lapisan bawahnya yang mudah melapuk. Tanah seperti ini sangat subur dan dominan, serta agak peka terhadap erosi.

4.2.5 Topografi

Topografi kawasan ini bervariasi, terdiri dari lahan datar, dataran tinggi dan bukit sedang sampai terjal. Sekitar Kebun Raya Cibodas berada pada ketinggian 1.000 m dpl, puncak gunung gede berada pada ketinggian 2.985 m dpl sedangkan untuk puncak gunung pangrango berada pada ketinggian 3.019 m dpl. Kedua gunung ini dihubungkan oleh lereng dengan ketinggian 2.500 m dpl. Gunung Gede Pangrango termasuk dalam rangkaian jalur gunung berapi dari pulau Sumatera sampai Nusa Tenggara.

4.2.6 Flora

TNGP dikenal dan banyak dikunjungi karena memiliki potensi hayati yang tinggi, terutama keanekaragaman jenis flora. Pada kawasan ini hidup lebih dari 1.000 jenis flora, yang tergolong tumbuhan berbunga Spermatophyta sekitar 900 jenis, tumbuhan paku lebih dari 250 jenis, lumut lebih dari 123 jenis, ditambah berbagai jenis ganggang, Spagnum, jamur dan jenis-jenis Thalophyta lainnya. Secara umum jenis vegetasi tersebut dapat di bagi dalam tiga zona hutan. Urutan ketinggian dari ketiga zona hutan tersebut adalah zona hutan Sub Montana, zona hutan Montana, dan zona hutan Sub Alpin. 1. Hutan Sub Montana Zona ini merupakan batas terluar taman nasional yang mempunyai tinggi 1000-1500 m dpl. Sepesies di kawasan ini berupa jenis rasamala Altingia excelsa. Hutan ini ditandai dengan tiga lapisan tajuk. Lapisan tajuk teratas didominasi oleh jenis Rasamala Altingia excelsa. Tinggi tajuk teratas jenis tumbuhan ini dapat mencapai 60 m. Jenis lainnya yang menonjol berturut-turut adalah Saninten Castanopsis argentea, dan Antidesma tentandrum. Lapisan tajuk kedua berupa jenis perdu dan semak diantaranya Ardisia fulginosa, Dichera febrifuga, Pandanus laizrox, Pinanga sp dan Lapotea stimulans. Pada lapisan tajuk ketiga terdapat berbagai jenis tumbuhan bawah, epifit, dan lumut antara lain Begonia, paku-pakuan, anggrek dan Lumut Merah Sphagnum gedeanum. 2. Hutan Montana Zona ini berada di ketinggian 1500-3000 m dpl dicirikan oleh adanya dominasi pohon bertajuk besar. Pohon pada lapisan atas mempunyai pertumbuhan yang jarang. Sedangkan lapisan tajuk tumbuhan bawah mempunyai pertumbuhan yang rapat. Lapisan tajuk tumbuhan bawah ini berupa semak rendah, sedang dan tinggi. Jenis tumbuhan yang mudah dikenal yaitu Puspa Schima wallichii, tumbuhan berdaun jarum Dacrycarpus imbricatus dan Podocarpus neriifolius, Jamuju Podocarpus imbricatus, Rasamala Altingia excelsa, dan Kiracun Macropanax dispernum. Untuk jenis tumbuhan bawah berupa paku-pakuan, epifit, seperti Dendrobium sp, Arundina sp, Cymbiddum- spp dan Calanthe spp. 3. Hutan Sub Alpin Zona ini merupakan zona hutan teratas pada taman nasional dengan ketinggian 3000 m dpl. Ciri yang menonjol adalah keanekaragaman tumbuhannya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat. Kerapatan tumbuhan pada zona ini sangat tinggi. Lapisan tajuk pada zona ini terdiri dari satu lapis dan didominasi oleh pohon-pohon pendek, antara lain Cantigi Gunung Vaccinium varingiaefolium, Rhododendron resutum, dan Myrsine avenis. Jenis tumbuhan lain yang mudah ditemukan adalah lumut. Tumbuhan lumut banyak terdapat pada batang pohon, permukaan batuan, dan di tanah. Jenis lumut yang hidup pada batang pohon adalah lumut janggut. Di daerah puncak terdapat jenis tumbuhan yang khas, yaitu Edelweis Jawa Anaphalis javanica yang sangat terkenal di kalangan pecinta alam, karena bunganya terlihat tidak pernah layu Taman nasional TNGP memiliki beberapa flora endemik yang langka dan beberapa tanaman introduksi. Jenis tumbuhan endemik dan langka antara lain anggrek Liparis bilobulata, Malaxis sagittata, Pachicentria varingiaefolia, dan Corrybas mucronatus, sedangkan tanaman yang diintroduksi antara lain Dendrobium jecobsoni, Agathis loranthifolia, Pinus merkusii dan Maesopsis emini. Tanaman introduksi tersebut sengaja dimasukkan oleh para peneliti ke dalam kawasan.

4.2.7 Fauna

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG)

8 75 79

Jenis Sumberdaya Taman Nasional Gunung Halimun yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Kiasari Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 15 76

Distribusi Pendapatan Masyarakat Di Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

0 6 87

Respon Peternak Domba Terhadap Siaran Pedesaan Rri Programa I Cabang Pratama Bogor-Jawa Barat (Kasus Kelompok Tani "Mina Lestari" Di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 12 88

Kajian interaksi masyarakat desa sekitar taman nasional gunung rinjani provinsi nusa tenggara barat (studi kasus di desa pengadangan, desa loloan dan desa sembalun lawang)

2 16 378

Analisa konflik pengelolaan sumberdaya alam masyarakat desa sekitar hutan studi kasus masyarakat Desa Curugbitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

3 24 110

Pengetahuan masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan: studi kasus pada masyarakat Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi Jawa Barat

0 8 50

Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Air di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Studi Kasus Desa Tangkil dan Cinagara)

0 6 218

Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak oleh Masyarakat Sekitar

0 11 46

Kajian interaksi masyarakat desa sekitar taman nasional gunung rinjani provinsi nusa tenggara barat (studi kasus di desa pengadangan, desa loloan dan desa sembalun lawang)

0 10 184