Persentase Karakteristik Responden terhadap Nilai Sumberdaya Hutan

R-square untuk tingkat pendidikan 0,53 Desa Cinagara dan 0,68 Desa Pasir Buncir, artinya sebesar 53 Desa Cinagara dan 68 Desa Pasir Buncir secara signifikan nilai sumberdaya hutan dapat di definisikan atau diterangkan oleh tingkat pendidikan. R-square tingkat pendapatan dari Luar Kawasan TNGP 0,62 Cinagara dan 0,81 Pasir Buncir, artinya 62 Desa Cinagara dan 81 Desa Pasir Buncir secara signifikan nilai sumberdaya hutan dapat diterangkan oleh tingkat pendapatan dari Luar Kawasan TNGP. Terlihat bahwa dari masing- masing persentase variabel tersebut, tingkat pendapatan dari Luar Kawasan TNGP lebih besar pengaruhnya terhadap nilai sumberdaya hutan jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan. Berdasarkan Tabel 23 persamaan regresi Desa Cinagara dapat dirumuskan dengan Y = 4,37 – 0,208 tingkat pendidikan – 0,864 tingkat pendapatan masyarakat dari luar kawasan + e atau Y = 4,37 – 0,208 X 1 – 0,864 X 2 dan persamaan regresi Desa Pasir Buncir dapat dirumuskan dengan Y = 4,345 – 0,645 tingkat pendidikan – 0,545 tingkat pendapatan masyarakat dari luar kawasan + e atau Y = 4,345 – 0,645 X 1 – 0,545 X 2 + e Hubungan antar variabel tersebut adalah berbanding terbalik, maksudnya jika nilai variabel tidak bebas tngkat pendidikan dan tingkat pendapatan dari luar kawasan TNGP naik maka nilai dependen nilai sumberdaya hutan akan turun.

5.2.11 Persentase Karakteristik Responden terhadap Nilai Sumberdaya Hutan

5.2.11.1 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden Desa Cinagara yang nilai manfaat sumberdaya hutan paling tinggi adalah tidak tamattamat SD sebesar Rp. 3.957.778 per tahun sedangkan nilai manfaat sumberdaya hutan yang paling rendah adalah Perguruan Tinggi sebesar Rp. 1.800.000 per tahun dan pada kelas SLTPSMA sebesar Rp. 2.993.778 per tahun. Pada Desa Pasir Buncir untuk kelas tidak tamattamat SD memiliki nilai manfaat sumberdaya hutan paling tinggi adalah Rp. 4.110.000 per tahun sedangkan nilai sumberdaya hutan paling kecil di Desa Pasir Buncir pada tingkat pendidikan adalah Perguruan Tinggi Rp. 2.518.000 per tahun Tabel 14. Tabel 14 Tingkat pendidikan terhadap nilai sumberdaya hutan Desa Cinagara Kelas Jumlah Responden Rata-Rata Nilai Manfaat SDH Rptahun Persentase Tidak tamattamat SD 9 3.957.778 30 SLTPSMA 20 2.993.778 60 PTakademik 1 1.800.000 10 30 100 Tabel 15 Tingkat pendidikan terhadap sumberdaya hutan Desa Pasir Buncir Kelas Jumlah Responden Rata-Rrata Nilai Manfaat Hutan Rptahun Persentase Tidak tamattamat SD 8 4.110.000 26,67 SLTPSMA 18 3.364.333 60,00 PTakademik 4 2.518.000 13,33 30 100,00 Dari tabel di atas menunjukan jika tingkat pendidikan lebih tinggi maka tingkat konsumsi sumberdaya hutan lebih rendah karena tingkat penddikan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menyikapi perubahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan membentuk seseorang dalam daya adaptasi terhadap perubahan yang ada. Tingkat pendidikan juga menentukan kelas sosial dalam masyarakat. Sehingga tingkat pendidikan akan berpengaruh besar dalam pemanfaatan sumberdaya hutan karena semakin tinggi tingkat pendidikan kemudahan dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak pun terbuka lebar dan pada akhirnya tidak ada yang merambah hutan.

5.2.11.2 Tingkat Penghasilan dari Luar Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Karakteristik tingkat penghasilan dari luar Kawasan TNGP di bagi ke dalam tiga kelas, yaitu: kurang dari Rp. 5.000.000 per tahun yang memiliki nilai manfaat sumberdaya hutan tertinggi sebesar Rp. 2.816.000 pertahun dan nilai sumberdaya hutan paling rendah adalah penghasilan lebih dari Rp. 10.000.000 per tahun sebesar Rp. 3.118.615. Sama hal nya dengan Desa Cinagara, maka Desa Pasir Buncir memiliki nilai sumberdaya hutan yang paling tinggi adalah pada kelas kurang dari Rp. 5000.000 yang memiliki nilai sumberdaya hutan Rp. 4.580.000 per tahun dan nilai sumberdaya hutan paling rendah adalah penghasilan lebih dari Rp. 10.000.000 per tahun sebesar Rp. 3.118.615 per tahun. Data hasil selengkapnya ada pada tabel di bawah ini. Tabel 16 Tingkat penghasilan dari luar kawasan TNGP terhadap nilai sumberdaya hutan Desa Cinagara Kelas Jumlah responden Rata-rata Nilai Manfaat Hutan Rptahun Persentase Rp 5.000.000 5 2.816.000 16.67 Rp 5.000.000 –Rp 10.000.000 12 2.752.308 40.00 Rp 10.000.000 13 2.665.231 43.33 Total 30 100.00 Tabel 17 Tingkat penghasilan dari luar kawasan TNGP terhadap nilai sumberdaya hutan Desa Pasir Buncir Kelas Jumlah responden Rata-rata nilai manfaat hutan Rptahun Persentase Rp 5.000.000 6 4.580.000 20.00 Rp 5.000.000 –Rp 10.000.000 11 3.226.182 36.67 Rp 10.000.000 13 3.118.615 43.33 30 100.00 Sumber penghasilan responden terpilih dari luar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bermacam-macam, antara lain: berwiraswasta, kuli bangunan, bertani, PNS, dan karyawan. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa penghasilan dari luar hutan dapat mempengaruhi besar kecil nya nilai sumberdaya hutan terhadap masyarakat. Jika tingkat penghasilan dari luar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango meningkat maka konsumsi terhadap sumberdaya hutan lebih rendah. Sehubungan dengan hal tersebut tingkat penghasilan dari luar kawasan yang tinggi akan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap simberdaya hutan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1 Jenis-jenis hasil hutan yang dimanfaatkan masyarakat baik Desa Cinagara maupun Desa Pasir Buncir adalah kayu bakar, getah pinus, buah-buahan, lahan kosong yang akan dijadikan tempat untuk bercocok tanam dan bambu. 2 Perbedaan kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat antara masyarakat Model Desa Konservasi Desa Cinagara dan masyarakat Non Model Desa Konservasi Desa Pasir Buncir memiliki persentase penghasilan dan manfaat hasil hutan yang relatif sama yaitu 20,27 untuk Desa Cinagara dan 25,38 untuk Desa Pasir Buncir. 3 Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap nilai sumberdaya hutan baik Desa Cinagara maupun Desa Pasir Buncir adalah tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan dari luar kawasan TNGP.

6.2 Saran

1 Pihak pengelola TNGP sebaiknya menyediakan atau membantu dalam fasilitas pendidikan masyarakat sekitar kawasan TNGP. 2 Tingkat konsumsi sumberdaya hutan yang semakin meningkat akan mempengaruhi tingkat kelestarian hutan itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya alternatif program lain dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan selain pemanfaatan sumberdaya hutan, antara lain: program peternakan, perikanan dan pariwisata. 3 Perlu adanya evaluasi program pengelolaan kawasan TNGP terutama program yang berhubungan dengan masyarakat yaitu program Model Desa Konservasi MDK.

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG)

8 75 79

Jenis Sumberdaya Taman Nasional Gunung Halimun yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Kiasari Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 15 76

Distribusi Pendapatan Masyarakat Di Daerah Penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

0 6 87

Respon Peternak Domba Terhadap Siaran Pedesaan Rri Programa I Cabang Pratama Bogor-Jawa Barat (Kasus Kelompok Tani "Mina Lestari" Di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 12 88

Kajian interaksi masyarakat desa sekitar taman nasional gunung rinjani provinsi nusa tenggara barat (studi kasus di desa pengadangan, desa loloan dan desa sembalun lawang)

2 16 378

Analisa konflik pengelolaan sumberdaya alam masyarakat desa sekitar hutan studi kasus masyarakat Desa Curugbitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

3 24 110

Pengetahuan masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan: studi kasus pada masyarakat Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi Jawa Barat

0 8 50

Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Air di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Studi Kasus Desa Tangkil dan Cinagara)

0 6 218

Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak oleh Masyarakat Sekitar

0 11 46

Kajian interaksi masyarakat desa sekitar taman nasional gunung rinjani provinsi nusa tenggara barat (studi kasus di desa pengadangan, desa loloan dan desa sembalun lawang)

0 10 184