e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga
3. Mengingatkan, dapat terdiri dari:
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam
waktu dekat b.
Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan
c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan, menjaga
agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan 2.6. Akar Wangi
Akar wangi Vetiveria Zizanioides merupakan tanaman yang tergolong ke dalam famili Graminae rumput-rumputan. Secara fisik, tanaman ini terlihat
seperti rumput yang lebat, tumbuhnya tegak ke atas dan tingginya mencapai 1,5 meter. Akar tanaman ini berupa akar bercabang banyak, berwarna kuning pucat
atau abu-abu hingga merah tua Rusli, 2010. Akar wangi tumbuh subur di dataran tinggi pada ketinggian 700 m dpl,
suhu 17-27 C dengan curah hujan 200-2.000 mmtahun. Tetapi, tanaman ini juga
dapat tumbuh di tanah miskin hara dan di tempat panas. Tanah yang cocok untuk budidaya akar wangi adalah tanah yang berpasir atau tanah abu vulkanik.
Penanaman akar wangi dapat dilakukan secara monokultur ataupun tumpang sari. Tanaman ini juga dapat ditanam di lahan miring, seperti yang dikembangkan di
Garut dengan kemiringan lahan mencapai 15 persen. Umur panen tanaman akar wangi berkisar 12-18 bulan Rusli, 2010.
Menurut Gunawan 2010, manfaat lain budidaya akar wangi yang dikembangkan oleh petani di Garut sejak tahun 1960-an berupa kerajinan akar
wangi. Produksi akar wangi dan sentra produksi kerajinan akar wangi dikembangkan di Kecamatan Leles, Samarang, Bayombong dan Cilawu.
2.7. Proses Hirarki Analitik 2.7.1 Konsep Dasar AHP
Pengolahan data untuk analisis strategi pemasaran pada UKM penghasil produk kerajinan akar wangi, studi kasus pada KUB Zocha Graha Kriya ini
menggunakan metode Proses Hirarki Analitik atau yang biasa disebut dengan
Analytical Hierarchy Process AHP. Metode ini dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dan merupakan sebuah kerangka untuk
mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks, dengan cara menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan untuk
memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau peubah ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada
pertimbangan subyektif tentang pentingnya tiap peubah dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan peubah mana yang memiliki prioritas paling
tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.
Metode ini menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam
menjadi hasil sesuai dengan perkiraan secara intuitif, sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat Saaty, 1991.
Metode Analytical Hierarchy Process AHP yang digunakan dalam penelitan ini mencoba menstrukturkan permasalahan yang kompleks dan
menunjukkan prioritas untuk suatu kriteria dan alternatif yang diturunkan dari hasil komparasi berpasangan dengan cara menentukan dan menginterpretasikan
konsistensi dari penilaian pendapat kualitatif ke kuantitatif. Kerangka ini akan mempermudah dalam menstratifikasikan permasalahan dan informasi yang
tersedia. Menurut Saaty 1991, terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan
dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki Decomposition, prinsip menentukan prioritas Comparative Judgement, dan prinsip konsistensi logis
Logical Consistency. Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-
komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-
kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi.
Ma‟arif dan Tanjung 2003 menerangkan dasar dari prinsip kerja AHP tersebut, yaitu:
1. Decompotition
Tahap ini memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tersebut.
2. Comparative judgement
Tahap ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua unsur pada satu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat atasnya. Hasil dari penilaian
ini dapat disajikan dalam matriks pairwise comparison komparasi berpasangan. Dalam penyusunan skala kepentingan digunakan skala dasar
kepentingan pendapat. 3.
Synthesis of priority Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigen vector-nya
untuk mendapat local priority dan global priority. Tahap ini merupakan pengurutan unsur-unsur menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa.
4. Logical Consistency
Konsistensi logis memiliki dua makna yaitu pertama, bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansinya. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.7.2 Langkah-Langkah Penggunaan AHP
Saaty 1991 menjelaskan terdapat beberapa langkah dalam penggunaan metode AHP sebagai suatu alat untuk memecahkan persoalan. Adapun langkah-
langkah tersebut antara lain: 1.
Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasikan persoalan dengan
melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan yang dihadapi dan ingin dipecahkan. Proses selanjutnya adalah pengidentifikasian
dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk komponen sistem seperti focus, forces, actors, objectives, dan scenario dalam struktur AHP nantinya.
Dalam AHP sendiri tidak terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasi
berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.
2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara menyeluruh.
Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Abstraksi ini
mempunyai bentuk yang saling berkaitan. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari tingkat
puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur tangan untuk memecahkan persoalan tersebut. Hirarki yang dapat terbentuk dalam metode
AHP sendiri dapat berupa hirarki lengkap dan hirarki tak lengkap. Dalam struktur hirarki yang lengkap seperti pada Gambar 2, semua elemen pada satu
tingkat memiliki hubungan dengan semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya.
Gambar 2. Struktur Hirarki Lengkap Mulyono dalam Eldianson, 2008 3.
Menyusun matriks banding berpasangan Matriks banding berpasangan ini berfungsi untuk mengetahui kontribusi dan
pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Pada matriks ini, pasangan-pasangan elemen
dibandingkan berkenaan suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Dalam membandingkan dua elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang
menunjukkan dominasi sebagai bilangan bulat. Matriks ini memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu tempat lain untuk
memasukkan nilai resiprokalnya.
Tabel 2. Nilai Skala Banding Berpasangan
Intensitas pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya Dua elemen menyumbang sama
besar pada sifat itu.
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas
elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu sangat
penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemenyang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih
penting daripada elemen yang lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya
memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan
9 Satu elemen mutlak
lebih penting daripada elemen yang lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya
memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan yang berdekatan
Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty, 1991 4.
Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks dilangkah tiga.
Setelah matriks banding berpasangan antar elemen dibuat, dilakukan penilaian antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j.
Penilaian antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh
fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j?. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel
4. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu.
Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.
5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal
utama. Angka 1 sampai 9 digunakan apabila F
i
lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki x dibandingkan dengan F
j
, namun bila F
i
kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan F
j
, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F
24
memiliki nilai 7, maka elemen F
42
adalah 17. 6.
Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Perbandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap
tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu:
Matriks Pendapat Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan MPG. 1.
Matriks Pendapat Individu MPI MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan individu. MPI
memiliki elemen yang disimbolkan dengan a
ij
, yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j. MPI dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Matriks Pendapat Individu
X A
1
A
2
A
3
… A
n
A
1
a
11
a
12
a
13
… a
1n
A
2
a
21
a
22
a
23
… a
2n
A
3
a
31
a
32
a
33
… a
3n
… …
… …
… …
A
n
a
n1
a
n2
a
n3
… a
nn
2. Matriks Pendapat Gabungan MPG
MPG adalah susunan matriks baru yang elemen g
ij
berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih
kecil atau sama dengan 10 persen dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik
Tabel 4.
Tabel 4. Matriks Pendapat Gabungan
X G
1
G
2
G
3
… G
n
G
1
g
11
g
12
g
13
… g
1n
G
2
g
21
g
22
g
23
… g
2n
G
3
g
31
g
32
g
33
… g
3n
… …
… …
… …
G
n
g
n1
g
n2
g
n3
… g
nn
Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut: G
ij
= √∏
..........................................................1 dengan :
n = jumlah responden pakar
a
ijk
= sel penilaian setiap pakar 7.
Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai
prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat dihitung dengan
rumus : VP vektor Prioritas =
∑ √∏
………………………….2
dimana : VE Vector Eigen = √∏
…………..………..3 dengan :
a
ij
= elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j n = jumlah elemen yang diperbandingkan
8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki
Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan hasil. Langkah yang digunakan yaitu
dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria
bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai
dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan
dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi hirarki harus kurang dari sama dengan 10 persen. Jiak tidak, mutu informasi harus diperbaiki, antara lain
dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner atau lebih baik dalam mengarahkan responden yang
mengisi kuesioner. Rumus untuk perhitungan uji konsistensi adalah sebagai berikut :
CI Indeks Konsistensi CI=
….………………………………………………..4 dengan : CI
= Indeks Konsistensi �
max
= eigen value maksimum n
= jumlah elemen yang dibandingkan dimana:
�
max
=
∑
…………………………………………………..…5 VB Nilai Eigen =
……………………...……………….6 VA Vektor Antara
= a
ij
X VP …..………………...…7 Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup baik atau tidak,
maka perlu diketahui rasio konsistensinya CR yaitu: CR Rasio Konsistensi
CR = ..….………………………………………………….8
Rasio yang dianggap baik yaitu apabila CR≤0,1. RI adalah indeks acak yang dikeluarkan oleh OAK RIDGE LABORATORY, dari matriks berorde 1
sampai 15 dengan menggunakan sampel berukuran 100. Tabel RI tersebut seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Indeks Acak
N 1
2 3
4 5
6 7
RI 0,00
0,00 0,58
0,90 1,12
1,24 1,32
N 8
9 10
11 12
13 14
RI 1,41
1,45 1,49
1,51 1,48
1,56 1,57
Sumber : Fewidarto, 1996 9.
Merevisi judgement Menurut Fewidarto 1996, apabila index konsistensi cukup tinggi dapat
dilakukan revisi judgement yaitu dengan mencari deviasi maksimal RMS Root Mean Square dari barisan a
ij
dan merevisi judgement pada baris yang mempunyai nilai terbesar.
Max
i
∑ | |
……………………….…………………………9 Dari hasil perhitungan rumus di atas, dipilih elemen matriks yang memiliki
selisih absolut terbesar dengan perbandingan bobotnya dan elemen a
ij
tersebut diganti dengan w
i
w
j
. Penggunaan revisi judgement ini sangat terbatas, mengingat akan terjadinya distorsi pada jawaban sebenarnya.
2.7.3 Keuntungan AHP
Secara umum, keuntungan penggunaan metode AHP dapat diikhtisarkan sebagai berikut Ma‟arif dan Tanjung, 2003 :
a. Kesatuan: AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan
luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstuktur. b.
Kompleksitas: AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan.
c. Saling ketergantungan: AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-
elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier. d.
Penyusunan hirarki: AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen
–elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
e. Pengukuran: AHP memberi suatu skala untuk mengukur objek dalam wujud
suatu metode untuk menetapkan prioritas. f.
Konsistensi: AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas
g. Sintesis: AHP menuntun pada suatu taksiran yang menyeluruh tentang
kebaikan setiap skenario.
h. Tawar-menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih skenario terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
i. Penilaian dan konsensus: AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi
mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
j. Pengulangan proses: AHP memungkinkan orang memperhalus definisi
mereka pada suatu persoalan dan memperbaikinya.
2.8. Penelitian Terdahulu Yang Relevan