h. Tawar-menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih skenario terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
i. Penilaian dan konsensus: AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi
mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
j. Pengulangan proses: AHP memungkinkan orang memperhalus definisi
mereka pada suatu persoalan dan memperbaikinya.
2.8. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Krislianto 2009 melakukan analisis mengenai strategi pemasaran Wisata Kampung Cendawasari, Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor. Penelitian yang
menggunakan metode PHA ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Wisata Kampung Cendawasari, mengidentifikasi
dan menganalisis faktor-faktor penyusun strategi pemasaran yang ada pada Kampung Wisata Cendawasari dan merumuskan strategi pemasaran yang sesuai
untuk Kampung Wisata Cendawasari. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diketahui bahwa alternatif strategi pemasaran bagi Kampung
wisata Cendawasari adalah menawarkan paket kampung wisata bagi anak-anak sekolah dan untuk family gathering bagi perusahaan 0,259. Selanjutnya
alternatif dengan prioritas kedua adalah menambah sarana dan prasarana, menambah paket wisata serta pengaturan layout dan landskap agar kawasan
wisata menjadi lebih indah 0,238. Kemudian, alternatif prioritas ketiga dan keempat adalah bekerjasama dengan AWAI Asosiasi Wisata Agro Indonesia dan
biro perjalanan agar kegiatan kampung wisata dapat menjadi bagian dari perjalanan 0,222 dan melakukan kerjasama dengan tempat-tempat wisata lain
yang ada di Bogor untuk melakukan paket wisata bersama 0,157. Prioritas kelima adalah penggunaan teknologi sebagai sarana promosi yang optimal
0,124. Sembiring 2010 melakukan analisis terhadap strategi pemasaran teh
botol sosro pada PT. Sinar Sosro di kantor penjualan Bogor. Hasil pengolahan dengan menggunakan metode PHA dan bantuan program Expert Choice 2000
menghasilkan prioritas alternatif strategi pemasaran. Prioritas pertama adalah
melakukan promosi secara intensif dengan bobot 0,251. Prioritas kedua yaitu strategi mempertahankan saluran distribusi yang ada dengan cara menjalin
kerjasama yang baik dengan semua pihak yang terkait dengan bobot 0,236. Prioritas ketiga yaitu strategi mengoptimalkan biaya operasional guna
mempertahankan harga produk tetap stabil dengan bobot 0,179. Prioritas keempat adalah meningkatkan kapasitas persediaan produk dengan bobot 0,167.
Prioritas kelima yaitu meningkatkan kualitas produk untuk mempertahankan pelanggan lama dan memperoleh pelanggan baru dengan bobot 0,118. Strategi
yang menjadi prioritas terakhir adalah aktif melakukan kegiatan pengembangan produk yang berbeda dengan pesaing dengan bobot 0,049.
Lestari 2010 melakukan analisis strategi pemasaran pada UKM Pakaian Muslim Galih Design, Bogor, Jawa Barat dengan menggunakan metode analisis
PHA. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa elemen utama yang dipertimbangkan dalam penyusunan strategi pemasaran Galih Design adalah
kualitas produk dengan bobot 0,248. Elemen kedua yang adalah saluran distribusi pemasaran dengan bobot 0,222. Selanjutnya, selera konsumen
menempati prioritas ketiga dengan bobot 0,220. Karakteristik persaingan menjadi prioritas keempat 0,115. Elemen kelima dan keenam yang berpengaruh
adalah kemampuan finansial dengan bobot 0,103 dan persaingan dengan bobot 0,092. Alternatif strategi yang menjadi prioritas utama dalam Galih Design
adalah memperluas dan memperkuat kemitraan dengan agen dengan bobot 0,360. Alternatif kedua adalah mengintensifkan dan mengefektifkan promosi
dengan bobot 0,335. Alternatif strategi ketiga dan keempat dalam urutan prioritas strategi pemasaran Galih Design adalah meningkatkan penjualan
langsung dan memantapkan posisi dalam persaingan, masing-masing dengan bobot sebesar 0,230 dan 0,118.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kabupaten Garut, Jawa Barat yang telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan kulit, kini dikenal pula melalui potensi sumber daya lokal lainnya yang
unik, yaitu tanaman akar wangi Vetiveria Zizanioides. Berdasarkan fakta yang ada, saat ini hanya Haiti dan Borbon di Pasifik yang mengembangkan jenis
komoditi yang sama. Sehingga, akar wangi menjadi komoditi khas Kabupaten Garut yang memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi banyak jenis produk
selain produk minyak atsiri yang telah dikembangkan sejak tahun 1920. KUB Zocha Graha Kriya adalah salah satu Usaha Kecil Menengah UKM
di Kabupaten Garut yang mampu menangkap prospek produk kerajinan berbahan dasar akar wangi ini untuk terus dikembangkan karena mempunyai keunggulan
komparatif dan kompetitif serta masih terbukanya pangsa pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Sebagai UKM penghasil produk kerajinan
akar wangi sejak tahun 1999, KUB Zocha Graha Kriya diharuskan mampu merumuskan strategi pemasaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan pemasaran
yang diinginkan. Langkah pertama yang dilakukan untuk merumuskan strategi pemasaran
pada KUB Zocha Graha Kriya adalah dengan mengetahui secara rinci tentang profil KUB Zocha Graha Kriya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kemudian
dilakukan identifikasi tujuan KUB Zocha Graha Kriya karena kelompok usaha ini tidak memiliki visi dan misi tertulis.
Langkah selanjutnya setelah mengetahui profil dan tujuan KUB Zocha Graha Kriya adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyusunan strategi pemasaran
perusahaan berdasarkan analisis terhadap Segmentation, Targeting, Positioning STP dan bauran pemasaran perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan