36
perencanaan ke depan plans ahead, dan memiliki dorongan berkompetisi tinggi secara positif.
C. Tujuan Belajar
Tujuan belajar sangat penting dalam proses pembelajaran baik bagi guru
maupun bagi siswa. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami proses pembelajaran dan merespon dengan perilaku belajar. Pada umumnya siswa belum menyadari pentingnya
belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran belajar atau tujuan belajar maka siswa mengetahui apa dan arti bahan belajar baginya. Tujuan belajar yang
ditetapkan oleh guru biasanya merupakan panduan bagi guru untuk memilih, memberi tekanan atau melampaui materi pelajaran dan aktivitas dalam
mempersiapkan pelajaran dan pengajaran baik di kelas maupun di lapangan. Ralph Tyler dalam de Cecco dkk, 1977 memberikan 3 alasan penting
tujuan belajar yang ditetapkan dalam tujuan instruksional, yaitu : 1.
Memberikan panduan dalam merencanakan pembelajaran, apa yang diharapkan akan dicapai murid setelah pembelajaran selesai.
2. Berguna dalam pengukuran prestasi belajar.
3. Siswa mengetahui sebelumnya apa yang harus dipelajari dalam satu unit
pelajaran, sehingga selanjutnya ia dapat lebih mengarahkan perhatian dan usahanya.
A. Ingatan dan Lupa
Seringkali dalam belajar, apa yang kita pelajari dengan tekun justru sukar sekali diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman
dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan. Lupa atau forgetting ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana Gulo 1982 dan Reber 1988 mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau
37
dialami. Dengan demikian, menurut Muhibinsyah 1997 lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Ada beberapa faktor penyebab lupa yaitu : 1. Karena adanya gangguan item-item informasi atau materi yang ada dalam
sistem memori siswa. Gangguan item informasi dapat terjadi karena 2 sebab : a.
Materi pelajaran lama yang sudah tersimpan menganggu masuknya materi baru proactive interference. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam
hal ini, materi pelajaran yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
b. Materi pelajaran baru menganggu pemanggilan kembali materi pelajaran
lama yang sudah tersimpan dalam memori retroactive interference. Sehingga dengan dipelajarinya materi baru siswa justru menjadi lupa
terhadap materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2.
Adanya tekanan terhadap item informasi yang telah ada, baik secara disengaja maupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa
kemungkinan, antara lain : a.
Karena item informasi yang diterima siswa kurang menyenangkan sehingga dengan sengaja atau tidak sengaja siswa menekannya
kembali ke alam ketidaksadaran. b.
Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada.
c. Karena item informasi yang akan diingat kembali tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya karena tidak pernah dipergunakan. 3.
Adanya perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.
4. Adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi
belajar. 5.
Materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan law of disuse.
38
6. Adanya perubahan urat syaraf otak yang antara lain dapat disebabkan oleh
: adanya benturan, alkohol, obat-obatan, terserang penyakit tertentu dan sebagainya.
7. Item informasi yang masuk sudah rusak terlebih dahulu sebelum disimpan
dalam memori permanennya. Hal ini dapat terjadi karena adanya tenggang waktu antara saat terserapnya informasi dengan saat proses pengkodean
dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa.
Materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa, menurut ahli psikologi kognitif tidak sepenuhnya hilang dalam ingatan seseorang. Materi pelajaran
tersebut sesungguhnya masih terdapat dalam subsistem memori seseorang akan tetapi terlalu lemah untuk dipanggil atau diingat kembali. Setelah melakukan
relearning belajar lagi atau mengikuti remedial teaching pengajaran perbaikan akhirnya akan diperoleh kinerja akademik yang lebih memuaskan daripada
sebelumnya.
B. Motivasi Belajar