45
yang baik. Dimilikinya pengetahuan terhadap isi mata pelajaran dengan sangat baik menjadikan guru mampu menemukan informasi yang berciri sangat abstrak,
umum, dan inklusif sehingga mampu mewadahi apa yang akan diajarkan. Logika berfikir guru yang baik akan menjadikan guru mampu untuk memilah-milah
materi pelajaran dan merumuskannya dalam rumusan yang singkat, padat, serta mengurutkan materi demi materi itu ke dalam struktur urutan yang logis dan
mudah dipahami. Secara umum, teori Ausubel dalam praktek adalah sebagai berikut :
a. menentukan tujuan-tujuan instruksional
b. mengukur kesiapan mahasiswa minat, kemampuan, struktur kognitif baik
melalui tes awal, interview, review, pertanyaan, dan lain-lain. c.
memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
d. mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai siswa dari materi
tersebut. e.
menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari
f. membuat dan menggunakan advance organizer, paling tidak dengan cara
membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan keterkaitan antara materi yang
sudah diberikan dengan materi baru yang akan diberikan. g.
mengajar kepada siswa untuk memahami konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memfokuskan pada hubungan yang terjalin
antara konsep-konsep yang ada. h.
mengevaluasi proses dan hasil belajar.
3. Bruner
Menurut Bruner proses belajar lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur seseorang seperti yang telah
dikemukakan oleh Piaget.
46
Adapun proses belajar terjadi melalui tahap-tahap : a
Enaktif, berupa aktivitas siswa untuk memahami lingkungan melalui pengalaman langsung suatu realitas.
b Ikonik, berupa upaya siswa melihat dunia melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal. c. Simbolik, berupa pemahaman siswa terhadap gagasan-agasan abstrak berupa
teori-teori, penafsiran, analisis, dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati atau dialami.
Dalam aplikasi praktisnya teori belajar ini sangat membebaskan siswa untuk belajar sendiri. Oleh karena itu teori belajar ini sering dianggap bersifat
discovery belajar dengan cara menemukan. Di samping itu, karena teori ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan sehingga desain yang berulang-ulang
tersebut disebut sebagai kurikulum spiral Bruner. Kurikulum spiral ini menuntut guru untuk memberi materi perkuliahan setahap demi setahap dari yang sederhana
sampai yang kompleks di mana suatu materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi dalam suatu materi baru yang lebih
kompleks. Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga tak terasa mahasiswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.
Secara umum, teori Bruner ini bila diaplikasikan biasanya mengikuti pola sebagai berikut :
a. menentukan tujuan-tujuan instruksional
b. memilih materi pelajaran
c. menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara induktif oleh siswa.
d. Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi, dan sebagainya yang dapat
digunakan mahasiswa untuk belajar. e.
Mengatur topik-topik pelajaran sedemikian rupa sehingga urutan topik itu bergerak dari yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke
kompleks, dari tahapan-tahapam enaktif, ikonik, sampai ke tahap simbolik dan seterusnya.
f. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
47
2. Teori Belajar Behavioristik