42
Secara ringkas, pandangan Piaget, Ausubel, dan Bruner adalah sebagai berikut.
a. Piaget
Menurut Jean Piaget, proses belajar sesungguhnya terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi penyeimbangan. Proses asimilasi
adalah proses penyatuan atau pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada ke dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur
kognitif pada
situasi yang
baru. Equilibrasi
adalah penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Misalnya seorang siswa telah memiliki pengetahuan tentang baik dan buruk. Kemudian gurunya memberi
pelajaran baru tentang perbuatan baik dan buruk menurut Pancasila. Maka proses penyesuaian materi baru terhadap materi pengetahuan yang sudah dimiliki siswa
itu disebut asimilasi. Jika proses ini dibalik, yaitu pengetahuan si mahasiswa disesuaikan
dengan materi baru, maka proses ini disebut sebagai akomodasi. Selama proses asimilasi dan akomodasi berlangsung, diyakini ada perubahan struktur kognitif
dalam diri siswa. Proses perubahan ini suatu saat berhenti. Untuk mencapai saat berhenti dibutuhkan proses equilibrasi penyeimbangan. Jika proses equilibrasi
ini berhasil dengan baik, maka terbentuklah struktur kognitif yang baru dalam diri siswa berupa penyatuan yang harmonis antara pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru. Seseorang yang mempunyai kemampuan equilibrasi yang baik akan
mampu menata berbagai informasi ke dalam urutan yang baik, jernih, dan logis. Sedangkan seseorang yang tidak memiliki kemampuan equilibrasi yang baik akan
cenderung memiliki alur fikir yang ruwet, tidak logis, dan berbelit-belit. Disamping itu, Piaget berpandangan bahwa proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Dalam hal ini Piaget membagi menjadi 4 tahap, yaitu :
43
1. Tahap sensori motor 0 tahun sampai 1,5 tahun atau 2 tahun
Pada tahap ini tingkah laku inteligen individu dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik. Anak belum mempunyai konsep
tentang objek secara tetap, namun hanya mengetahui hal-hal yang ditangkap melalui inderanya.
2. Tahap praoperasional 2 atau 3 tahun sampai 7 atau 8 tahun
Pada tahap ini reaksi anak terhadap stimulus sudah berupa aktivitas internal. Anak telah memiliki penguasaan bahasa yang sistematis, permainan
simbolis, imitasi, serta bayangan dalam mental. Anak sudah mampu menirukan tingkah laku yang dilihatnya sehari atau sehari sebelumnya, serta dapat
mengadakan antisipasi. Akan tetapi pada masa ini pola berfikir anak masih egosentrik, cara berfikirnya memusat hanya mampu memusatkan pikiran pada 1
dimensi saja, dan berfikirnya tidak dapat dibalik. 3.
Stadium Operasional Kongkrit 7 atau 8 tahun sampai 12 atau 14 tahun Cara berfikir egosentris semakin berkurang dan anak sudah mampu
berfikir multi dimensi dalam waktu seketika dan mampu menghubungkan beberapa dimensi itu. Di samping itu, anak sudah mampu memperhatikan aspek
dinamis dalam berfikir, dan mampu berfikir secara reversible dapat dibalik. 4.
Stadium Operasional Formal Cara berfikir seseorang tidak terikat, sudah terlepas dari tempat dan
waktu. Bila dihadapkan pada masalah seseorang sudah mampu memikirkan secara teoritik dan menganalisa dengan penyelesaian hipotetis yang mungkin ada.
Disamping itu, individu juga sudah mampu melakukan matriks kombinasi atas berbagai kemungkinan pemecahan masalah dan kemudian melakukan pengujian
hipotesis atas kemungkinan-kemungkinan jawaban tersebut. Implikasi pandangan Piaget dalam praktek pembelajaran adalah bahwa guru
hendaknya menyesuaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan- tahapan kognitif yang dimiliki anak didik. Karena tanpa penyesuaian proses
pembelajaran dengan perkembangan kognitifnya, guru maupun siswa akan mendapatkan kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Misalnya mengajarkan konsep-konsep abstrak tentang Pancasila kepada siswa
44
kelas dua SD, tanpa ada usaha untuk mengkongkretkan konsep-konsep tersebut tidak hanya percuma, akan tetapi justru semakin membingungkan siswa dalam
memahami konsep yang diajarkan. Secara umum, pengaplikasian teori Piaget biasanya mengikuti pola sebagai
berikut : a.
menentukan tujuan-tujuan instruksional b.
memilih materi pelajaran c.
menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh siswa d.
menentukan dan merancang kegiatan kegiatan belajar yang cocok untuk topik-topik yang akan dipelajari siswa.Kegiatan belajar ini biasanya
berbentuk eksperimentasi, problem solving, role play, dan sebagainya e.
mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreativitas siswa untuk berdiskusi maupun bertanya
f. mengevaluasi proses dan hasil belajar.
2. Ausubel