BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian ini mengkaji mengenai bagaimana pendidikan seks itu diberikan kepada remaja putri di dalam sebuah keluarga. Adanya kebutuhan orang untuk
dapat memahami seks dengan baik dan benar merupakan petunjuk bahwa pendidikan seks itu diperlukan. Seperti kita ketahui, masyarakat selalu
berkembang dan mengalami perubahan, termasuk perubahan nilai dan moralitas serta pandangan terhadap seks. Seks memang merupakan bahan pembicaraan
yang peka. Di satu pihak ia sangat dibutuhkan, tetapi di pihak lain orang berusaha menutup-nutupinya. Seks bukan hal yang tabu, apalagi jika dibicarakan di dalam
keluarga, antara orangtua dan anak-anaknya. Seks adalah topik yang sudah lama dianggap pantang untuk
diperbincangkan oleh orang dewasa, Banyak orang kurang mengetahui tentang seksualitas atau enggan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan
seksualitas. Namun, seringkali masyarakat umum awam memiliki pengertian bahwa istilah seks lebih mengarah pada bagaimana masalah hubungan seksual
antara dua orang yang berlainan jenis kelamin Dariyo, 2004. Seks merupakan masalah yang paling sulit di dunia untuk didiskusikan, dan sebagian besar orang
mencoba menghindari atau sebaliknya memasukkan lelucon yang berbau seks ke dalam percakapan, sehingga membuat diskusi tidak nyaman lagi untuk diteruskan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam sebagian besar kasus, para orangtua cenderung menghindari masalah- masalah seks secara keseluruhan dalam mengajari anak-anak mereka tentang apa
pun yang harus diketahui oleh anak-anak mereka. Orangtua harus mengetahui bahwa mereka sangat berperan dalam membantu anak remaja melewati masa
remajanya dengan baik, juga untuk menyadarkan kepada orang tua bahwa berbagai perubahangejolak yang dialami oleh anak remaja adalah sesuatu yang
alamiah dan tidak terhindarkan. Anak remaja yang kebingungan menghadapi hal itu dan justru mereka sangat mengharapkan bantuan orangtua, namun mereka sulit
mengungkapkannya. Oleh karena itu orangtualah yang secara arif dan bijaksana mendekatkan diri kepada anak remaja untuk menjadi sahabat bagi mereka.
Mu’tadin,2002 Harus diakui bahwa pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih
amat kurang sampai saat ini. Sebagian dari masyarakat masih amat mempercayai pada mitos-mitos seksual dan justru mitos-mitos inilah yang merupakan salah satu
pemahaman yang salah tentang seksual Soetjiningsih, 2004. Banyak remaja mengetahui tentang seks akan tetapi faktor budaya yang melarang membicarakan
mengenai seksualitas didepan umum dan juga adanya pemahaman yang salah mengenai pendidikan seks, sehingga melarang membicarakan seks secara vulgar.
Pada gilirannya akan menyebabkan pengetahuan remaja tentang seks tidak lengkap, di mana para remaja hanya mengetahui cara melakukan hubungan seks
tanpa mengetahui dampak yang akan muncul akibat aktivitas seksual tersebut. Masa remaja merupakan suatu proses alami yang harus dilewati setiap
manusia untuk tumbuh dan menjadi dewasa. Kemajuan teknologi dan proses
Universitas Sumatera Utara
globalisasi pada saat ini, membuat keadaan semakin sulit bagi remaja putri untuk tetap mempertahankan kepribadiannya. Menjadi seorang remaja putri biasanya
ditandai dengan datangnya menstruasi
1
pertama dalam kehidupan mereka, dan ini seringkali dianggap sebagai masa yang paling indah dalam hidup seseorang.
Namun lebih dari itu, masa ini juga membawa berbagai perubahan bagi remaja putri tersebut, baik secara fisik maupun mental. Bagaimana remaja putri
menghadapi segala perubahan yang terjadi sekarang sangat menentukan perkembangan mereka selanjutnya dalam proses menjadi dewasa. Pada saat yang
bersamaan, sesuai dengan tahapan usia mereka yang sedang mengalami pubertas
2
Banyaknya persepsi yang mereka dapatkan mulai dari nilai-nilai agama hingga pengaruh film dan cerita yang berbau pornografi telah membuat seks
menjadi “sesuatu” yang bahkan lebih membingungkan. ,
remaja putri juga memiliki rasa ingin tahu yang besar. Seks untuk remaja putri adalah sebuah hal yang penuh misteri dan mengundang rasa keingintahuan.Seks
dilihat sebagai sesuatu hal yang membingungkan dan menggoda.
3
1
Menstruasi disebut juga haid atau datang bulan. Ini adalah masa tiga sampai lima hari dalam sebulan yang menyebabkan pendarakan akibat dari sel telur yang tidak dibuahi di dalam ovarium.
2
Pubertas adalah suatu periode dalam kehidupan anak ketika anak laki-laki atau perempuan mulai matang secara seksual
3
Jurnal Perempuan Edisi 16, hal 26-27
Adanya konsep sosial budaya yang menganggap bahwa seks adalah suatu hal yang tabu untuk
dibicarakan membuat jalur informasi yang sebenarnya sangat mereka butuhkan menjadi tertutup. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan informasi ini,
mereka pun mencoba mendapatkannya melalui teman-teman mereka dan media massa. Seringkali informasi yang mereka dapatkan tidak lengkap dan benar yang
Universitas Sumatera Utara
pada akhirnya malah menjerumuskan mereka. Sehingga tidak jarang sekarang kita temui remaja putri dengan kehamilan yang tidak diinginkan atau mendapatkan
penyakit-penyakit seksual yang menular. Menurut dr. Eka Viora, Sp.K.J selama ini, pendidikan seks dianggap tabu
dikalangan masyarakat. Mereka berpendapat pendidikan seks belum pantas diterima oleh anak usia dini, padahal pendidikan seks sangat berpengaruh untuk
kehidupan anak ketika remaja. Karena nantinya mereka bisa berhati-hati dengan perlakuan berbahaya yang bisa diterimanya, seperti pelecehan seksual. Oleh
karena itu, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam hal ini. Orangtua dituntut untuk memberikan pendidikan seks kepada anak-anaknya. Hal ini
disebabkan, keluarga merupakan awal dari pembentukan diri si anak. Untuk itu, diperlukan perhatian yang lebih dari orangtua kepada anak-anaknya.
Hasil penelitian Synoviate Reaserch 2005 melaporkan bahwa sekitar 65 informasi tentang seks mereka dapatkan dari kawan dan juga 35 sisanya
dari film porno. Ironisnya, hanya 5 remaja yang mendapatkan informasi tentang seks dari orangtuanya. Para remaja juga mengaku mengetahui resiko terkena
penyakit seksual 27, tetapi hanya 24 dari remaja yang melakukan preventif untuk mencegah penyakit AIDS. Hasil penelitian Komisi Nasional Perlindungan
Anak atau KNPA 2009 melaporkan bahwa 97,3 remaja pernah ciuman, petting
Universitas Sumatera Utara
dan oral seks 62,7 remaja SMP tidak perawan, 21,2 remaja SMU pernah aborsi, 97 pernah menonton film porno.
4
Ada dua faktor mengapa pendidikan seks sex education sangat penting
bagi remaja putri. Faktor pertama adalah ketika anak-anak perempuan tumbuh
menjadi remaja, mereka belum paham dengan seks, sebab orangtua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga
dari ketidakpahaman tersebut para remaja putri merasa tidak bertanggung jawab
dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya. Faktor kedua, dari
ketidakpahaman remaja putri tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di dalam lingkungan sosial masyarakat hal ini ditawarkan hanya sebatas
komoditi seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah
mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakpahaman remaja putri tentang pendidikan seks ini menyebabkan banyak hal-hal negatif terjadi, seperti
tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
5
Pendidikan seks sebagaimana pendidikan yang lain pada umumnya pendidikan agama atau pendidikan moral pancasila mengandung pengalihan
nilai-nilai dari pendidik ke subjek didik. Dimana informasi diberikan secara konstektual yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku dalam
4
http:www.sekssehat.infolifestylepenyimpangan seksualremaja.htm. 27 April 2013, pukul 10.37 Wib
5
http:pendidikanseks.pentingnya-pendidikan-sekssex-educationbelajarpsikologi.com 27 November 2012, pukul 07.58
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, apa yang terlarang, apa yang lazim dan bagaimana cara melakukannya tanpa melanggar aturan. Pendidikan seks diperlukan untuk
menghubungi rasa keingintahuan remaja tentang seksualitas dan berbagai tawaran informasi yang vulgar dengan cara pemberian informasi tentang seksualitas yang
benar, jujur, dan disesuaikan dengan kematangan Sarwono, 2010. Terlepas dari pro dan kontra pemblokiran situs porno yang sempat marak diberitakan di
berbagai media. Diera globalisasi sekarang ini pendidikan seks dirasa cukup penting mengingat anak-anak dengan mudah mendapat informasi dari berbagai
media seperti majalah, buku, televisi, video compact disc, dan internet. Dengan demikian para remaja akan mengetahui hubungan seksual yang sebenarnya
sampai mereka menikah dan memiliki anak Dianawati, 2003. Dalam sejarah dunia, pendidikan seks sama pentingnya dengan pendidikan
lain dimana anak-anak perempuan sebaiknya mendapatkan informasi tentang seks pada usia-usia awal. Jadi pendidikan seks bagi remaja putri oleh orang tua mereka
menjadi sesuatu yang harus dipertahankan. Jika orangtua melepaskan tugas ini, remaja putri akan berisiko mudah diserang oleh orang-orang yang
mengeksploitasi seks. Dalam kenyataannya, sekarang ini nilai-nilai moral seks sudah semakin kabur, dan remaja putri pada akhirnya akan dikonfrontasikan
dengan godaan seksual. Seiring berjalannya waktu, pendidikan seks semakin marak diperbincangkan.
Misalnya, dalam sebuah pertemuan bulanan keluarga besar Forum Wartawan Kesehatan Forwakes yang mengangkat tema “Pendidikan Seks
Berguna agar Anak tidak Terjebak dari Hal-hal Negatif“. Di dalam pertemuan
Universitas Sumatera Utara
ini, diberitahukan bahwa, pendidikan seks itu penting dilakukan oleh para orangtua mengingat semakin maraknya masalah-masalah yang berhubungan
dengan seks yang terjadi pada anak dan remaja saat ini.
6
Contoh kasusnya adalah seorang remaja putri yang merasa khawatir luar biasa ketika menstruasinya tidak
datang, karena beberapa minggu sebelumnya, ia melakukan hubungan badan dengan pacarnya. Oleh karena kekhawatirannya bahwa ia akan hamil, ia
terjerumus dengan mitos yang mengatakan bahwa loncat-loncat dan memakan buah nanas yang banyak dapat menyebabkan keguguran. Kasus lainnya, ada
seorang remaja putri mengeluh sakit dirahimnya. Ketika diperiksa oleh dokter, ternyata terdapat alat pembuka tutup botol dirahimnya. Remaja itu mengaku
memasukkannya untuk melakukan masturbasi.
7
Begitupula dengan remaja putri lain yang juga buta soal kehamilan. Ia mencoba menggugurkan kandungannya dengan memasukkan gabus ke dalam
rahimnya. Tentu saja hal ini malah mengakibatkan infeksi yang sangat parah.
8
Kasus lainnya juga terlihat dari semakin maraknya tingkat kriminal terkait seksualitas terhadap anak dan remaja putri sekarang ini, dimana tercatat bahwa
Indonesia merupakan urutan ke-62 di dunia yang memiliki tingkat perkosaan yang tinggi
9
6
Dikutip dari Harian Analisa, Medan, 26 November 2012
. Hal ini juga terlihat dari data yang dicatat oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI, yakni 30 kejahatan yang terjadi pada tahun 2012 adalah
7
Masturbasi, onani, atau rancap adalah perangsangan seksual yang sengaja dilakukan pada organ
kelamin untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Perangsangan ini dapat dilakukan tanpa alat bantu ataupun menggunakan sesuatu objek atau alat, atau kombinasinya.
8
Jurnal Perempuan Edisi 41, hal 106-107
9
http:forum.detik.comtop-rank-untuk-negara-negara 24 Februari 2013, pukul 09.14
Universitas Sumatera Utara
kasus perkosaan dan pelecehan seksual terhadap anak perempuan serta Lembaga Indonesia Police Watch IPW juga mencatat, yakni selama bulan Januari 2013
sudah terjadi 27 kasus perkosaan dan 2 kasus pencabulan. Korbannya mencapai 29 orang gadis dan perempuan dewasa. Namun yang memprihatinkan adalah
sebanyak 23 dari 29 korban perkosaan itu berusia di bawah 17 tahun. Minimnya perhatian masyarakat dan lemahnya penegakan hukum oleh
aparat makin membuat para remaja berani untuk mencoba dan mencoba lagi. Hal ini terlihat dari pernyataan calon Hakim Agung, Daming SH, saat fit dan proper
test
10
di DPR, yang mengatakan bahwa kasus perkosaan itu tidak usah dihukum berat, sebab pelaku dan korbannya sama-sama merasa enak. Dan ini juga terbukti
dari 6 pasal yang ada di KUHP, hanya ada 2 pasal yang mengandung ancaman pidana terberat, namun demikian tetap saja dalam praktik peradilan, hakim yang
memeriksa perkara sangat jarang menjatuhkan hukuman maksimal kepada terdakwa pemerkosaan dengan berbagai alasan.
11
Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tinggal bagaimana cara orangtua menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mereka. Salah satu hal
terpenting adalah menjawab pertanyaan sang anak dengan jujur dan dengan bahasa yang lebih halus, sehingga anak bisa memahami dengan baik. Namun juga
Orangtua merupakan aktor utama dalam hal pendidikan anak usia dini. Orangtua sebagai wahana belajar
utama bagi anak, karena orangtualah yang paling tepat untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.
10
fit dan proper test adalah tes kepantasan, kepatutan dan kelayakan yang dipadatkan dalam kalimat tes kemampuan dan kepatutan.
11
Mingguan Berita Forum Keadilan no. 41, tahun XXI 11-17 Februari 2013, hal 36-43
Universitas Sumatera Utara
tidak berarti harus dijelaskan secara detail, karena hal itu justru akan membuat anak merasa bingung. dr. Eka Viora mencontohkan pertanyaan yang sering
dilontarkan anak kepada orangtuanya, misalnya “mama, kita lahir dari mana?”, “Ayah, mimpi basah itu apa?” atau jika anak bertanya tentang nama-nama organ
tubuh, orangtua hanya akan menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai kenyataan. Seharusnya orangtua tidak perlu malu untuk menjawab pertanyaan
anaknya, berikan jawaban yang tepat kepada anak, bukan menjawabnya dengan istilah atau kata-kata lain.
Misalkan seperti vagina
12
atau penis
13
, jangan diistilahkan dengan kata lain seperti “apem” atau “burung”. Sementara itu dr. Warih A Puspitosari, M.Sc,
Sp.K.J. menjelaskan bahwa pendidikan seks usia dini bukan berarti mengajarkan bagaimana cara melakukan seks. Namun pendidikan seks pada usia dini
menjelaskan tentang organ-organ yang dimiliki manusia dan apa fungsinya.
14
Pendidikan Seks Sex education sangat perlu sekali untuk mengantisipasi,
mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak- dampak negatif lainnya. Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya
pendidikan seks karena banyak kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja dewasa ini.
Kalau kita berbicara tentang pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah.
15
12
Vagina merupakan sebutan secara biologi kepada alat kelamin wanita
13
Penis merupakan sebutan secara biologi kepada alat kelamin pria
14
http:okezonekampus – orangtua-harus-berikan-pendidikan-seks-sejak-dini.com 27 Desember 2012, pukul 08.05
Hal ini pun
15
http:pendidikanseks.com 27 Desember 2012, pukul 09.50
Universitas Sumatera Utara
terjadi di daerah lokasi penelitian yang sedang saya lakukan. Dari hasil observasi sementara yang saya lakukan terdapat satu keluarga dimana salah seorang anak
perempuannya mengalami pergaulan bebas yang mengakibatkan hamil diluar nikah. Sulit bagi saya untuk observasi langsung ke dalam keluarga dikarenakan
ketertutupan keluarga tersebut mengenai masalah itu. Namun, menurut warga sekitar, hal tersebut terjadi akibat kurangnya perhatian yang diberikan orangtua
kepada anak yang setiap hari selalu sibuk bekerja. Saya lebih memfokuskan penelitian saya kepada pendidikan seks yang
diberikan kepada remaja putri di dalam keluarga. Mengapa demikian ? Saya ingin melihat bagaimana peran keluarga dalam memberikan pendidikan seks tersebut
kepada anak perempuan, yang mana telah kita ketahui bahwa di antara orangtua dan anak perempuan terkadang memiliki sebuah rasa keseganan yang cenderung
memberikan jarak antara keduanya dalam keterbukaan di lingkup masalah seks.
16
Penelitian tentang seks bukan lagi hal yang baru dalam dunia Antropologi. Hal ini diperlihatkan dari penelitian-penelitian mengenai seks yang sebelumnya
telah dilakukan oleh para ahli Antropologi. Misalnya saja penelitian yang dilakukan oleh Margareth Mead. Ia meneliti seberapa jauh para remaja dalam
Hal ini pun membuat para pemerkosa tidak jera dalam melakukan aksinya. Oleh karena itu, saya pun tertarik untuk meneliti tentang, “Pendidikan Seks kepada
Remaja Putri dalam Keluarga di Kelurahan Kristen, Pematangsiantar”.
1.2. Tinjauan Pustaka