BAB III PENDIDIKAN SEKS DAN MEDIA INFORMASI
3.1. Pendidikan Seksualitas
Apa yang dimaksud pendidikan seks itu? Pendidikan seks bukan hanya cara mempelajari tentang cara melakukan seks. Namun pendidikan seks juga
mencakup banyak hal seperti penyimpangan seks, masalah reproduksi, kejahatan seks, hukum, moral dan lain-lain. Jadi pendidikan seks itu bukan semata-mata
how to do sex cara melakukan seks. Menurut kamus, kata “pendidikan” berarti
“proses pengubahan sikap dan tata laku kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan kata
seks mempunyai dua pengertian. Pertama, berarti jenis kelamin dan yang kedua adalah hal ihwal yang berhubungan dengan alat kelamin, misalnya persetubuhan
atau sanggama. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat
31
31
. Pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk memberikan pengetahuan agar mereka dapat mengubah
perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggung jawab. Membantu remaja merefleksikan pengaruh nilai dan perkembangan mereka dalam nilai seksual dan
membangun nilai dengan pendekatan praktis pada pendidikan seksual Halstead
http:www.detiknews.comread201011281434101504233 3 Mei 2013, pukul 12.37
Universitas Sumatera Utara
Michael, 2004. Sarwono 2010;15-17 mengatakan bahwa pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks,
khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan
perasaan berdosa. Sesuai dengan pendapat Sarwono 2010;17-18 bahwa pendidikan seks bukanlah penerapan tentang seks semata-mata, akan tetapi sama
seperti pendidikan umum lainnya Pendidikan Agama atau Pendidikan Moral Pancasila yang mengandung pengalihan nilai-nilai dari pendidikan ke subyek
didik. Dari penelitian yang dilakukan, para remaja belum paham benar apa
sebenarnya pendidikan seks itu. Mereka beranggapan bahwa pendidikan seks itu adalah semata-mata pembelajaran mengenai hubungan antara lawan jenis. Hal ini
dibuktikan dari wawancara penulis dengan informannya bernama Widia Sinaga 14 tahun yang mengatakan :
“Pendidikan seks itu adalah pembelajaran tentang seks antara laki- laki dan perempuan. Nantinya dengan melakukan seks itu akan
menghasilkan anak.”
Gerta Sinaga 16 tahun mengatakan bahwa,
“Pendidikan seks itu kayak yang dipelajari di pelajaran biologi di sekolah lah kak, belajar tentang organ-organ tubuh manusia, terus
tentang pembuahan gitu.”
Padahal yang disebut pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang jauh lebih luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan
biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia Yusuf Madan, 2004. Pendidikan seks Mayo, 1986
Universitas Sumatera Utara
merupakan pelajaran untuk menguatkan kehidupan keluarga, untuk menumbuhkan pemahaman diri dan hormat terhadap diri, untuk mengembangkan
kemampuan hubungan manusiawi yang sehat, untuk membangun tanggung jawab seksual dan sosial, untuk mempertinggi masa perkenalan yang bertanggung
jawab, perkawinan yang bertanggung jawab, dan orangtua yang bertanggung jawab.
Para orangtua di kelurahan ini mengaku bahwa mereka sudah memberikan pendidikan seks yang baik bagi putra-putri mereka. Seperti wawancara yang
dilakukan penulis dengan informa yang bernama Ibu Siregar 48 tahun yakni, “Kalau ibu udah berikan pendidikan seks buat anak-anak ibu. Ibu
berikan waktu mereka haid pertama. Kenapa ada darah, apa yang harus dijauhi, gimana kalau berteman sama laki-laki.”
Ibu Silaen 40 tahun pun juga mengatakan demikian,
“Tante udah ajari anak-anak tante tentang seks itu. Dari kecil orang ini udah tante ajari. Mulai dari apa nama kelamin mereka, gimana
merawat dan membersihkannya. Kalau buat yang perempuan lebih sering. Apalagi karna udah haid itu dia. Tante ajari gimana pakai
pembalut, gimana membersihkannya, tante bilang juga biar dia hati- hati karna udah haid itu.”
Namun dari hasil penelitian yang dilakukan, informan remaja putri yang
penulis wawancara mengaku bahwa, orangtua mereka tidak memberikan pendidikan seks yang baik. Mereka mengatakan bahwa orangtua mereka hanya
memberi nasehat seperti yang diungkapkan Tika Panggabean 15 tahun yakni, “Hati-hati sama laki-laki, jangan terlalu dekat-dekat sama laki-laki.
Nanti aja kalau udah besar pacaran, terus kau kan udah haid, jadi harus hati-hati sama laki-laki.”
Universitas Sumatera Utara
Widia Sinaga 14 tahun pun mengatakan hal yang sama yakni, “Mamak cuma bilang jangan dekat-dekat sama laki-laki ya. Hati-
hati kalau berteman, kalau ada yang ngajak pergi dan gak kenal, jangan mau.”
Dari penelitian ini, para orangtua mengatakan bahwa pendidikan seks itu adalah pembelajaran mengenai seks. Pembelajaran yang dimaksud adalah
pengenalan anatomi tubuh khususnya bagian reproduksi dan larangan-larangan terhadap bagian yang berhubungan dengan seks batasan-batasannya.
3.1.1. Pentingnya Pendidikan Seks
Sarwono 2010;20-21 berpendapat bahwa informasi tentang seks diberikan secara kontekstual, yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat. Pendidikan seks yang konstektual ini jadinya mempunyai ruang lingkup yang luas. Tidak terbatas pada perilaku hubungan seks semata
tetapi menyangkut pula hal-hal seperti peran pria dan wanita dalam masyarakat, hubungan pria-wanita dalam pergaulan, peran ayah-ibu dan anak-anak dalam
keluarga dan sebagainya. Perbedaan pandangan tentang perlunya pendidikan seks bagi remaja nyata
dari penelitian WHO World Health,1979 di 16 negara eropa yang hasilnya adalah sebagai berikut:
a 5 negara mewajibkannya disetiap sekolah
b 6 negara menerima dan mensahkannya dengan undang-undang tetapi tidak
mengharuskannya di sekolah
Universitas Sumatera Utara
c 2 negara secara umum menerima pendidikan seks, tetapi tidak
mengukuhkannya dengan undang- undang d
3 negara tidak melarang, tetapi juga tidak mengembangkannya Sarwono, 2010
Pandangan yang mendukung pendidikan seks antara lain diajukan oleh Zelnik dan Kim yang menyatakan bahwa remaja yang telah mendapatkan
pendidikan seks tidak cenderung jarang melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapatkan pendidikan seks, cenderung lebih banyak
mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki Zelnik dan Kim dalam Sarwono, 2010. Pendidikan seks yang hanya berupa larangan atau berupa kata kata “tidak
boleh” tanpa adanya penjelasan lebih lanjut adalah sangat tidak efektif. Dikatakan tidak efektif karena pendidikan seperti ini tidak cukup untuk mempersiapkan
remaja dalam menghadapi kehidupannya yang semakin sulit. Pengaruh minuman keras, obat-obatan terlarang, tekanan dari teman atau patah hati akibat hubungan
cintanya, akan semakin menjerumuskan mereka pada aktivitas seksual lebih dini Dianawati, 2003.
Seperti yang diungkapkan oleh Namboru Mida 45 tahun bahwa, “Liatlah anak-anak sekarang ini, kalau pacaran tak ciuman, tak
pacaran itu katanya, diajak kawan-kawannya nanti minum-minum, maunya itu ikut. Kalau tak mau, tak gaul katanya. Ya wajar ajalah
makin banyak yang rusak. Pergaulannya pun tak jelas. Kayak gitulah mau dikawan-kawani ?”
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Tujuan Pendidikan Seks
Tujuan pendidikan seks adalah membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dalam membimbing anak dan remaja kearah hidup
dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Mu’tadin 2002;35-37 mengemukan beberapa tujuan pendidikan seksual, antara
lain :
Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental, dan proses kematangan emosional yng berkaitan dengan masalah seksual
remaja.
Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual peran, tuntutan dan tanggung jawab.
Membentuk sikap dan pengertian terhadap seks dalam manifestasi yang
bervariasi.
Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan keluarga.
Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial
untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan hubungan seksual.
Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual,
agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak
rasional dan eksploitasi seks yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu
melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dengan berbagai peran, misalnya sebagai suami atau istri, orang tua, dan masyarakat.
3.2. Media Informasi