BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Selama ini banyak orang menganggap bahwa “seks” merupakan hal yang “tabu” untuk diperbincangkan terlebih lagi di antara orangtua dan anak
perempuan mereka. Tak hanya itu,
di antara orangtua dan anak perempuan terkadang memiliki sebuah rasa keseganan yang cenderung memberikan jarak antara keduanya
dalam keterbukaan di lingkup masalah seks.
Hal ini membuat remaja-remaja putri saat ini lebih memilih untuk mencari tahu mengenai seks di luar lingkungan
keluarganya. Tingkat kriminalitas terkait masalah seks pun semakin marak di masa sekarang ini.
Oleh karena itu, penulis pun tertarik untuk meneliti tentang, “Pendidikan Seks kepada
Remaja Putri dalam Keluarga di Kelurahan Kristen, Pematangsiantar”. Setelah penulis melakukan penelitian terkait dengan
permasalahan di atas, maka terjawablah pertanyaan penelitian tersebut, yakni : Pertama, seks yang dipahami oleh remaja putri dan keluarganya adalah
hubungan antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki dimana hubungan ini berbentuk persetubuhan atau senggama. Adapun pendidikan seks yang dipahami
oleh remaja putri dan keluarganya adalah pembelajaran mengenai seks yang diberikan kepada seseorang seperti pembelajaran mengenai organ-organ tubuh
yang berhubungan dengan seks, norma-norma yang berhubungan dengan seks, dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan penulis
Universitas Sumatera Utara
yakni, “pendidikan seks itu adalah pembelajaran tentang seks antara laki-laki dan perempuan. Nantinya dengan melakukan seks itu akan menghasilkan anak.”
Kedua, informasi mengenai pendidikan seks yang diperoleh oleh remaja putri sebagian besar diperoleh dari keluarga mereka, khususnya diperoleh dari ibu
mereka disaat masa menstruasi pertama. Meskipun demikian, remaja putri ini juga mendapatkan informasi mengenai pendidikan seks dari media infomasi dan
teknologi seperti internet, media cetak koran, majalah, artikel-artikel, dan televisi acara diskusi, FTV. Remaja putri juga memperoleh pendidikan seks dari
sekolah di dalam salah satu mata pelajaran mereka seperti di dalam pelajaran Biologi.
Ketiga, ada banyak kendala yang dihadapi oleh keluarga dalam penerapan pendidikan seks kepada remaja putri ini. Adapun kendala terbesar yang dihadapi
adalah semakin majunya teknologi memberikan dampak negatif yang besar pula kepada remaja-remaja ini. Hal ini terbukti dari semakin menjamurnya warnet
seperti di kelurahan ini, dimana terdapat 4 warnet yang sebagian besar konsumennya adalah usia remaja dan anak-anak. Kurangnya pengetahuan
orangtua akan kemajuan teknologi membuat para orangtua tidak dapat memberikan pengawasan kepada anak-anak mereka. Tak hanya itu, pengaruh
pergaulan dan lingkungan yang buruk pun menjadi kendala dalam penerapan pendidikan seks ini. Komunikasi antar orangtua dan anak pun juga menjadi
kendala dimana kurangnya komunikasi yang terjalin di antara orangtua dengan anak-anak mereka. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan
penulis, yakni “ibu-ibu di kelurahan ini semuanya bekerja sebagai pedagang di
Universitas Sumatera Utara
pasar. Mereka akan pergi pukul 09.00 pagi dan pulang sore hari pukul 18.00. hal ini tentu saja membuat komunikasi antara orangtua dan anak-anak mereka
menjadi sangat sedikit.
5.2. Saran