Perilaku Seksual Pada Remaja

BAB IV PERILAKU SEKSUAL DAN TANTANGAN

4.1 Perilaku Seksual Pada Remaja

Menurut Gunarsa mengidentifikasi bentuk-bentuk perilaku seksual, meliputi: 1. Berjalan berduaan dengan pacar sambil bergandengan tangan 2. Memegang bahu atau pundak ketika berjalan dengan pacar 3. Memeluk pinggang pacar pada saat berboncengan di sepeda motor 4. Ciuman di kening 5. Berpelukan erat 6. Ciuman di bibir 7. Ciuman di leher 8. Saling meraba bagian tubuh dalam keadaan berpakaian 9. Ciuman pipi 10. Saling meraba bagian tubuh dalam keadaan tidak berpakaian 11. Menempelkan alat kelamin dalam keadaan tidak berpakaian 12. Bersenggama Gunarsa dalam Jufri, 2005 Menurut Berzonsky, alasan remaja berperilaku seksual, yaitu:  Eksplorasi atau melakukan eksperimen dengan alat seksualnya  Bersenang-senang atau just for fun  Agar disenangi orang lain Universitas Sumatera Utara Berzonsky dalam Jufri, 2005 Menurut Hurlock, faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan perilaku seksual adalah: 1. Adanya minat remaja pada seks 2. Sumber-sumber informasi mengenai seks, seperti hygiene sex di sekolah, buku-buku tentang seks 3. Sikap sosial yang baru terhadap seks 4. Mudahnya memperoleh alat-alat kontrasepsi dan legalisasi pengguguran di banyak Negara 5. Hubungan yang tidak harmonis dengan orangtua 6. Perubahan sikap remaja terhadap perilaku seksual Hurlock dalam Jufri, 2005 Sedangkan menurut Luthfie, beberapa faktor yang menimbulkan dorongan untuk melakukan perilaku seksual pada remajamahasiswa, yaitu: 1. Budaya tertutup, dimana orangtua menganggap tabu kalau membicarakan soal seks pada anaknya sehingga mereka mencari sumber lain yang belum tentu benar. 2. Tabloid dan majalah porno yang menyebabkan mereka berkhayal bagaimana melakukan hubungan intim dengan lawan jenis. 3. Blue film 37 37 Blue film adalah sebutan untuk film porno merupakan faktor pemicu yang amat cepat merangsang orang buat melakukan hubungan seksual. Gambar dan suara yang muncul Universitas Sumatera Utara dari film tersebut membuat remaja yang melihatnya menjadi terkesima, sehingga terangsang untuk melakukan hal yang serupa. 4. Situs seks, pengaruh yang ditimbulkannya hampir sama dengan blue film film porno. Gambar-gambar bernuansa seksual yang ditampilkan melalui cybersex di internet dapat mengundang timbulnya rangsangan atau dorongan untuk melakukan seks. 5. TeleponSMS seks, termasuk faktor yang bisa memicu terjadinya perilaku seks bebas, karena meskipun tidak melihat gambarnya tetapi dari desahan suara yang dimunculkan lewat kabel telepon itu membuat remaja berimajinasi. 6. Mengunjungi ke night club 38 38 Night club adalah klub malam seperti diskotik , di tempat ini banyak wanita-wanita yang pakaiannya mengundang birahi sehingga menimbulkan rangsangan. Karena itu, remaja termasuk mahasiswa yang sering ke night club sangat mungkin terpengaruh untuk melakukan perilaku seks bebas. 7. Problema seks di televisi. Tayangan acara tertentu yang menampilkan adegan hot. Dilihat dari nilai tradisional, acara problem seks di televisi dianggap tidak begitu cocok, karena sebagian besar acara yang dipertontonkan kadang terlalu vulgar, bahkan dalam memberi contoh terkadang juga tidak pas. Terapannya lebih cocok untuk orang dewasa, tetapi kenyataannya remaja pun sangat menggandrungi tontonan yang bertemakan seks. Universitas Sumatera Utara 8. Konsultasi seksologi di media massa dan media elektronik juga dapat merangsang orang untuk melakukan hubungan seks, apalagi jika pertanyaan dan jawaban ahli terkesan terlalu vulgar dan tidak sesuai dengan perkembangan moralitas remaja. 9. Gaya berpacaran remaja atau mahasiswa sekarang sudah sangat ‘maju’. Pegangan tangan dan ciuman saat berada di mall bahkan di tempat-tempat terbuka, sudah dianggap biasa. Luthfie dalam Jufri, 2005 Faktor lain yang sering disebut-sebut sebagai penyebab kebebasan seks yang sering menimbulkan beban mental pada remaja adalah kampanye keluarga berencana KB. Dengan diberlakukannya program KB di suatu negara, khususnya dengan beredarnya alat-alat kontrasepsi akan merangsang remaja untuk melakukan hubungan seks. Sanderowitz Paxman menunjukkan bahwa faktor- faktor sosial ekonomi seperti rendahnya pendapatan dan taraf pendidikan, besarnya jumlah keluarga dan rendahnya nilai agama di masyarakat mempengaruhi perilaku seksual remaja Sanderowitz Paxman dalam Sarwono, 2005. 4.1.1. Pengaruh Pendidikan Seks Terhadap Seks Pranikah Pada Remaja Dewasa ini masalah seks pranikah pada remaja banyak menjadi sorotan dikarenakan angkanya yang semakin hari semakin meningkat. Banyak kasus- kasus aborsi yang dilakukan oleh remaja. Umumnya remaja melakukan hubungan seks karena didasari rasa suka sama suka. Salah satu penyebab terjadinya Universitas Sumatera Utara hubungan seks di luar nikah pada remaja adalah kurangnya pengetahuan remaja mengenai seks itu sendiri. Seks dipandang sebagai sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Mengingat seks juga berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan remaja maka tidak mengherankan jika remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang seks itu sendiri. 39 Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2004 Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih sangat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini sangat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang ada di masyarakat tentang seksualitas yang seharusnya dipahami. Pemahaman tentang perkembangan seksualitas termasuk pemahaman tentang perilaku seksual remaja merupakan salah satu pemahaman yang penting diketahui sebab masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak-anak menjadi perilaku seksual dewasa. Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka aktifitas seksual remaja amat erat kaitannya dengan faktor-faktor itu. Beberapa aktifitas seksual sering dijumpai pada remaja yaitu: a sentuhan seksual; b membangkitkan gairah seksual; c seks oral; d seks anal; e masturbasi dan hubungan heteroseksual. 39 http:pendidikanseks.pentingnya-pendidikan sekssexeducationbelajarpsikologi.com 27 November 2012, pukul 07.58 Universitas Sumatera Utara Kurangnya informasi tentang seks dapat disikapi dengan diadakan pendidikan seks yang tujuannya adalah agar peserta didik memahami seluk-beluk tentang seks remaja serta nilai-nilai seksualitas yang terkandung di dalamnya. Dianawati 2003;34-35 mengatakan bahwa pendidikan seks dapat membantu para remaja laki-laki dan perempuan untuk mengetahui risiko dari sikap seksual dan mereka mengajarkan pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang tuanya. Pentingnya memberikan pendidikan seks bagi remaja, sudah seharusnya dipahami. Memberikan pendidikan seks pada remaja, maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Selain itu, harus memasukkan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku. Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks kemungkinan akan lebih mudah untuk melalui setiap tugas perkembangannya, namun bagi remaja yang kurang memiliki pengetahuan tentang seks mungkin dia akan sedikit mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas perkembangannya, khususnya tugas perkembangan yang berkaitan dengan masalah seks itu sendiri. Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks diharapkan akan lebih bersikap bijaksana untuk tidak melakukan seks pranikah. Sedangkan remaja dengan pengetahuan yang kurang mengenai seks mungkin akan lebih sulit bersikap bijaksana mengenai seks pranikah. Melihat semua hal tersebut di atas, maka penulis berpendapat bahwa pendidikan seks bagi remaja sangat diperlukan untuk mengurangi perilaku seks pranikah dan akibat-akibat yang dapat Universitas Sumatera Utara ditimbulkan dari hal tersebut karena pendidikan seks tersebut akan mencakup juga nilai-nilai seksualitas pada remaja. WHO menyebutkan, ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualitas. Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah. Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi dirinya dari penularan penyakit menular seksual dan HIVAIDS. 40 d. Pendikan seks perlu memberikan pengetahuan atau informasi aktual yang dapat membantu remaja untuk mengambil keputusan yang Menurut Jufri 2005;56-57, beberapa pertimbangan dalam melakukan pendidikan seks remaja, antara lain: a. Pendidikan seks perlu menempatkan seksualitas pada perspektif yang semestinya, bukan sesuatu untuk ditakuti dan disembunyikan, tetapi untuk dikelola dengan tepat. b. Pendidikan seks perlu mengembalikan gambaran tentang seksual yang tepat, apalagi dengan banyaknya media yang seringkali membuat imej negatif mengenai peran jenis laki-laki dan wanita secara tidak proporsional. c. Pendidikan seks tidak hanya memberi tahu atau mendikte moral, tetapi secara jujur, realistis, dan terbuka membahas berbagai isu dan masalah seksualitas. 40 http:www.detiknews.comread201011281434101504233 3 Mei 2013, pukul 12.37 Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab, dan karenanya meruntuhkan semua mitos yang selama ini beredar. e. Pendidikan seks perlu memberikan porsi untuk meningkatkan self- esteem dan rasa percaya diri remaja, terutama bila diberikan kepada remaja awal. f. Pendidikan seks perlu difokuskan pada pemberian kesempatan kepada remaja untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi remaja dan juga pengambilan keputusan tentang perilaku seks.

4.2. Tantangan dalam Penerapan Pendidikan Seks