2.6.4. Prasarana Kesehatan Di daerah ini terdapat tiga buah posyandu yang siap membantu dan
melayani masyarakat. Di kelurahan ini tidak terdapat puskesmas, namun ada sebuah puskesmas yang tidak jauh dari Kelurahan ini yang merupakan bagian dari
kelurahan lain. Dengan demikian, masyarakat tetap dapat berobat ke puskesmas tersebut.
2.7. Organisasi Sosial
Masyarakat yang ada di kawasan Kelurahan Kristen ini umumnya berasal dari etnis suku yang berbeda-beda. Ada yang bersuku Batak, Jawa, Nias, dan
Simalungun. Kondisi masyarakat yang beranekaragam dengan budaya yang berbeda–beda dari masing-masing penduduk tidak ada perbedaan diantara anggota
mayarakat. Mereka terlihat hidup rukun antara satu dengan yang lainnya dan jarang terlihat pertikaian yang terjadi di antara mereka. Pada umumnya dalam
kehidupan sosial masyarakat di wilayah ini sejak kecil sampai tua selalu dihadapkan kepada aturan-aturan yang dipakai dan diakui oleh masyarakat
sebagai hal- hal yang benar, kurang benar, atau salah dalam bertingkah laku. Peraturan atau ketentuan bertingkah laku dalam masyarakat biasanya tidak
tertulis yaitu merupakan kebiasaan-kebiasaan. Pendidikan yang pertama sekali di dapat anak adalah dari keluarga, yaitu dari ibu, ayah, dan anggota keluarga
lainnya. Semakin bertambah umur makin meluaslah pergaulan anak, seperti teman-teman sepermainan, para tetangga, sekolah dan masyarakat. Di daerah
Kelurahan Kristen ini terdapat perkumpulan atau organisasi sosial dalam wilayah
Universitas Sumatera Utara
tempat tinggal yaitu seperti kegiatan arisan, gotong royong, dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan tersebut hubungan antar warga menjadi akrab, karena
akrabnya hubungan di antara warga maka mereka mengetahui sifat-sifat, tingkah laku pendudukmasyarakat yang ada di sekitarnya. Dalam pergaulan atau
hubungan di antara masyarakat pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan Batak Toba, walaupun ada juga penduduk yang menggunakan bahasa daerah
yang lain bila berinteraksi dan juga berkomunikasi dengan tetangganya, akan tetapi hal itu dikarenakan penduduk tersebut sama-sama berasal dari sukuetnis
yang sama misalnya saja antara suku Batak Simalungun dengan sesama suku Batak Simalungun, suku Jawa dengan sesama suku Jawa.
Tolong-menolong masih merupakan ciri yang menonjol dari masyarakat, Adanya sifat tolong-menolong menunjukkan bahwa setiap warga saling
membutuhkan warga lainnya. Saling tolong-menolong ini menyebabkan adanya kerukunan di antara warga. Oleh karena itu, terciptalah suatu organisasi social
yang disebut Serikat Tolong-menolong oleh warga setempat. Hubungan tolong- menolong dalam wilayah ini biasanya dalam bentuk keuangan, pesta atau upacara
dalam aktifitas rumah tangga dan sebagainya. Meskipun mereka hidup di perkotaan tetapi sifat tolong-menolong masih
kuat, mereka saling membantu baik dengan tetangga ataupun dengan kerabat yang ada di tempat lain. Apabila dalam keluarga atau salah satu anggota keluarga ada
yang secara mendadak sakit keras, mereka minta bantuan kepada kerabat, tetangga, teman, dan lain sebagainnya. Di dalam masyarakat orang dapat hidup
bersama-sama dengan kelompok orang-orang secara akrab, meskipun demikian
Universitas Sumatera Utara
sebagai akibat adanya hubungan secara terus-menerus maka pada suatu saat terjadi juga persaingan dan konflik kontak dan hubungan merupakan landasan dari
semua proses sosial. Di kelurahan ini juga terdapat organisasi remaja yakni, biasanya disebut
dengan Naposo Bulung
28
Remaja-remaja ini akan berkumpul setiap minggunya pada malam minggu di tempat yang telah ditentukan oleh mereka. Saat berkumpul, mereka akan
berbincang-bincang dan sesekali akan bergurau satu sama lain. Tak dipungkiri, terkadang diantara mereka ada yang menjalin hubungan lebih dari sekedar
berteman berpacaran. Dalam hal ini, mereka menyebutnya dengan sebutan martina marallet tikki natal
. Ada yang berbeda dari daerah-daerah lainnya, organisasi sosial di kelurahan ini hanya dilakukan satu kali setahun. Dengan kata
lain, organisasi ini bukan organisasi menetap. Organisasi ini akan terbentuk pada saat menjelang hari raya umat Kristiani yakni sekitar bulan Oktober. Para remaja
akan berkumpul dan membentuk suatu kepanitian untuk mempersiapkan acara Natal di kelurahan tersebut.
29
28
Naposo bulung adalah sebutan untuk organisasi social yang dimiliki para remaja. Naposo berarti muda dan bulung berarti orang yang berarti orang muda.
29
Martina marallet tikki natal berarti berpacaran saat hari natal. Sebutan ini berlaku pada para remaja yang menjalin hubungan pacaran dengan lawan jenisnya saat menjelang hari natal maupun
saat harti natal.
. Di dalam organisasi ini, para remaja bergaul dengan lawan jenis mereka sesuai dengan ajaran agama mereka. Menurut mereka,
pacaran yang benar itu tidak harus berpegangan tangan ataupun berciuman seperti remaja sekarang ini. Banyak dari para remaja ini yang mengaku bahwa, mereka
takut jika mereka melanggar aturan agama yang nantinya dapat membuat mereka dikeluarkan dari gereja seperti beberapa remaja yang ada di kelurahan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian, ada juga yang tidak menghiraukan ajaran agama yang dianut mereka, sehingga menyebabkan mereka dikeluarkan dari gereja. Dengan kata lain,
pasangan remaja tersebut dikenai HSG Hukum Siasat Gereja
30
30
HSG Hukum Siasat Gereja adalah suatu aturan yang dimiliki oleh suatu gereja yang akan diberikan kepada anggota gerejanya yang melanggar aturan tersebut, mis : hamil di luar nikah,
bunuh diri, dll
. Contoh kasus dari remaja putri yang dikenakan HSG ini adalah Dian
nama samaran, 25 tahun. Saat itu Dian berusia 16 tahun dan ia dikenakan sanksi dari Hukum Siasat Gereja dikarenakan ia hamil diluar nikah. Oleh sebab itu, Dian
terpaksa harus keluar dari gerejanya. Dengan kata lain, ia bukan lagi bagian dari anggota gereja tersebut, dan apabila terjadi sesuatu hal dengan dirinya, maka
gereja tidak akan ikut campur, misalnya saat ia meninggal nanti atau ia menikah nantinya. Untuk itu selang beberapa tahun dari dikeluarkannya ia dari gereja
tersebut, ia pun mencari gereja yang mau menerimanya. Ia pun berpindah gereja ke karismatik.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENDIDIKAN SEKS DAN MEDIA INFORMASI
3.1. Pendidikan Seksualitas