karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara, maupun karena keunikan dan potensi sumber daya alam cukup kaya yang dimilikinya. Salah
satu keunikan itu adalah kemajemukan masyarakatnya, kondisi ini tentu menghadirkan dinamika tersendiri bagi Pemerintah kabupaten Aceh Tamiang.
Saat ini, Tamiang dikenal sebagai kawasan perkebunan yang cukup berhasil. Setidaknya ada 21 perusahaan besar yang mengembangkan usaha perkebunan
kabupaten ini. Di sisi lain, sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Sumatera Utara, Kabupaten Aceh Tamiang berpotensi sebagai kawasan investasi dan tempat
industri pengolahan dan perdagangan. Semua potensi itu adalah sumber daya yang harus dijaga, dirawat, dan dikembangkan, adalah tugas bupati dan wakil bupati untuk
tetap mengoptimalkan semua potensi itu demi menopang sistem pemerintahan yang baik.
2.2.4 Pemerintahan
Pada awalnya, pemerintahan di Benua Tamiang ini adalah berbentuk Kesultanan yang diperintah oleh seorang sultan. Dalam kegiatan pemerintahan sehari-
harinya, ia dibantu oleh seorang mangkubumi yang bertugas mengawasi jalannya pemerintahan dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada sultan. Dalam bidang
hukum, diangkat seorang Qadhi Besar yang bertugas mengawasi pelaksanaan hukum, baik oleh pemerintah sendiri maupun oleh lembaga-lembaga penegak hukum.
Di tingkat pemerintahan daerah, sultan dibantu oleh tiga sistem kepemimpinan, yaitu:
1. Datuk-datuk Besar yang memimpin daerah-daerah kedatuan
2. Datuk-datuk Delapan Suku yang memimpin daerah-daerah suku perkauman
3. Raja-raja Imam yang memimpin para imam di daerah-derah dan sekaligus
bertindak sebagai penegak hukum di daerah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam bidang keamanan dan pertahanan kesultanan, juga dibentuk laskar- laskar rakyat yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab seorang panglima. Panglima
ini juga membawahi tujuh panglima daerah, yaitu Panglima Birin, Panglima Gempal Alam, Panglima Nayan, Panglima Kuntum Menda, Panglima Ranggas, Penglima
Megah Burai, dan Panglima Nakuta Banding khusus untuk di laut. Tingkat kepemimpinan yang paling bawah di kelaskaran ini adalah Pang yang ada di setiap
kampung di daerah-daerah kekuasaan Kesultanan Benua Tamiang. Sementara sejak masa kesultanan berakhir daerah ini termasuk dalam wilayah
Aceh Timur yang dipimpin oleh seorang bupati, bupati adalah sebutan untuk seorang pemimpin daerah ditingkat kabupatenkota, yang bertugas untuk memimpin birokrasi,
menggerakkan jalannya roda pemerintahan dan dijadikan tempat perlindungan, pelayanan publik serta pembangunan. Awalnya, pemilihan pemimpin daerah ini
dipilih oleh DPRD, akan tetapi karena adanya perubahan yang terjadi pada masa reformasi tahun 1998 maka pemilihan umum kepala daerah dipilih secara langsung
oleh rakyat. Pilkada langsung di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah. Kemudian daerah ini memisahkan diri dengan membentuk kabupaten Aceh
Tamiang, sejak berdirinya Aceh Tamiang yang diresmikan pada 2 Juli 2002 berdasarkan UU No.4 tahun 2002, daerah ini dipimpin oleh Bupati Ishak Djuned
yang notabene merupakan bupati Aceh Timur, lalu Ishak Djuned menunjuk Abdul Latief yang merupakan karyawan PDAM kota Langsa sebagai PJ Bupati Aceh
Tamiang dan berhasil kembali memimpin Aceh Tamiang periode 2007-2012 pada pemilihan umum kepala daerah tahun 2007 bersama wakilnya Awaluddin. Lalu pada
pemilihan umum kepala daerah yang berlangsung tahun 2012 lalu, pasangan Hamdan Sati-Iskandar Zulkarnain berhasil memimpin Aceh Tamiang dengan periode 2012-
2017 sebagai bupati dan wakil bupati.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pemilihan Umum Kepala Daerah Aceh Tamiang 2012