perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,
supervise medis dan pemeriksaan kesehatan. b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri.
c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipenuhi. d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang
berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan, dan peralatan lainnya.
e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor lingkungan, teknologi, dan keadaan yang mengakibatkan
kecelakaan. f.
Penelitian fisiologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.
g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.
h. Pendidikan. i.
Latihan-latihan. j.
Penggairahan, pendekatan lain agar bersifat selamat. k. Asuransi, yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan.
2.4.1 Pelatihan
Menurut Arep dan Tanjung 2002, pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia terutama dalam hal pengetahuan
knowledge, kemampuan ability, keahlian skill, sikap. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang ilmu yang harus dikuasai pada suatu posisi.
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan untuk menangani tugas-tugas yang diamanahkan. Keahlian yang dimaksud adalah beberapa keahlian yang
diperlukan agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Sedangkan sikap yang dimaksud adalah emosi dan kepribadian yang harus dimiliki agar suatu
pekerjaan berhasil dengan sukses.
Kebutuhan pelatihan lahir dari kebutuhan memperkecil kesenjangan kompetensi guna memperbaiki kinerja. Kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan
kompetensi yang dapat diatasi dengan diadakaannya pelatihan. Kompetensi adalah kemampuan dan keterampilan yang diisyaratkan bagi seseorang untuk
melaksanakan tugas pokoknya, sedangkan kompetensi aktual adalah kemampuan kerja yang telah dimiliki dalam melaksanakan tugas pokoknya Badan PSMP,
2001. Kesenjangan kompetensi meliputi masalah kognitif kurang pengetahuan, masalah psikomotor kurang keterampilan dan masalah afektif sikap, nilai-nilai
dan minat yang kurang mendukung optimalisasi kinerja. Pemrograman pelatihan tidak dapat didasarkan pula pada kebutuhan yang
dapat dirasakan saja. Tidak semua kebutuhan seseorang merupakan kebutuhan yang diketahui perceived needs olehnya. Walaupun itu merupakan kebutuhan
aktual actual needs atau riil real needs maupun terasakan felt needs baginya Alimin, 2004. Suatu kebutuhan akan terasakan apabila ada hal-hal yang diyakini
perlu diperhatikan oleh seseorang, meskipun belum menjadi kebutuhan nyata baginya. Sebaliknya mungkin saja ada kebutuhan nyata seseorang yang belum
dipahaminya.
2.4.2 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja SMK3
Salah satu bentuk upaya dalam mengendalikan kecelakan akibat kerja yaitu dengan menerapkan Sistim Manajemen K3 atau biasa dikenal dengan istilah
SMK3 . SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif
PER.05MEN1996. Seperti yang disajikan pada Gambar 1.
Sumber : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Gambar 1 Sistem Model SMK3. Peningkatan
berkelanjutan
Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen
Pengukuran Pelaksanaan
Komitmen dan Kebijaksanaan
Perencanaan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja K3 sangat perlu diperhatikan. Hal ini terkait dengan produktivitas. Bila K3 diabaikan maka
produktivitas tidak akan bagus. Banyak pihak yang tidak menyadari arti penting K3 baik itu perusahaan maupun karyawan.
Tuntutan untuk terus menerus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sebenarnya gencar terjadi di Indonesia. Di era
globalisasi sekarang ini hendaknya setiap perusahaan yang menghasilkan produk harus memenuhi salah satu syarat, yakni Environment Health and Safety.
PT. Sarpatim merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan. Oleh karena itu perlu perhatian khusus mengenai evaluasi pemahaman
terhadap K3 perusahaan. Evaluasi tersebut berperan untuk perbaikan pada sistem manajemen K3 yang telah ada SMK3. Penilaian evaluasi tersebut dilihat dari
observasi di lapangan dan dengan melakukan wawancara terhadap pihak yang terkait seperti perusahaan, dan pekerjaoperator. Penilaian ini dilakukan dengan
menggunakan kuisioner secara kualitatif yaitu dengan analisis deskriptif. Kerangka penelitian ini diawali dengan proses pra penelitian menyangkut
izin penelitian dan surat tugas. Kemudian selanjutnya dilakukan proses wawancara di lapangan. Informasi yang disampaikan merupakan gambaran umum
dari perusahaan. Hasil dari wawancara diukur dengan menggunakan skala Likert yang didapatkan dari kuisioner. Data yang diperoleh dari kuisioner hasil
wawancara diolah dengan menggunakan uji peringkat Spearman dan uji Wilcoxon. Aspek kompetensi yang akan diuji menggunakan Spearman dan Uji
Wilcoxon adalah knowledge, skill, attitude dan kemudian mengevaluasinya. Kuisioner diisi oleh manager SDM, atau unit yang menangani bidang K3.
kemudian para pekerja di lapangan atau biasa disebut dengan operator, dan kontrol atau standar yang mengacu pada kode praktis ILO tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Pekerjaan Kehutanan. dapat dilihat pada Gambar 2. Langkah terakhir dari penelitian ini adalah interpretasi data dan alternatif strategi
untuk penerapan K3 yang efektif dan efisien.