Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi Hasil uji korelasi Spearman perusahaan

knowledge antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan berdasarkan standar ILO. Pada aspek skill sendiri tidak terdapat perbedaan yang nyata pula, hal ini dapat dilihat dari nilai asymp.sig = 0,409 nilai nilai Alpha = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata pada aspek skill antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO. Untuk attitude perusahaan memiliki nilai asymp.sig = 0,015 nilai Alpha = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu tolak Ho. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang nyata pada aspek attitude antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO.

4.3.2 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi

Setelah melakukan uji Wilcoxon perlu dilihat selisih antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO diperoleh dari pengurangan penilaian berdasarkan standar ILO dengan penilaian perusahaan. Tabel 7 Selisih nilai kompetensi perusahaan antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO Nilai skor rata-rata Tingkat Pemahaman K3 Knowledge Skill Attitude Penilaian Perusahaan 3,9 4,0 3,9 4,1 Penilaian Berdasarkan Standar ILO 3,2 3,7 3,8 3,6 Selisih Skor Nilai -0,7 -0,3 -0,1 -0,5 Dari Tabel 7 dapat dilihat selisih nilai rata-rata tentang pemahaman K3 secara umum memiliki selisih nilai -0,7 sedangkan -0,3 pada knowledge, -0,1 pada skill, dan -0,5 pada attitude. Jika dilihat menggunakan skala Likert mengenai aspek-aspek kompetensi tadi, pemahaman K3 perusahaan secara umum terletak pada rentang skala cukup mengetahui dengan nilai 3,2 dan memiliki selisih nilai -0,7 ini berarti pemahaman K3 secara umum antara penilaian perusahaan sangat jauh berbeda dengan penilaian berdasarkan standar ILO, sedangkan untuk knowledge sendiri sudah baik yaitu berada pada rentang skala 3,7 dimana penilaiannya masuk kedalam kategori mengetahui dengan selisih nilai -0,3. Untuk skill perusahaan sendiri sudah termasuk dalam kategori mampu dengan rentang skala 3,8 dengan selisih sebesar -0,1. Untuk attitude perusahaan sendiri berada dalam rentang 3,6 dimana dalam penilaian termasuk dalam kategori mau dengan selisih nilai -0,5. Ini berarti untuk kategori attitude perusahaan sudah mau untuk menerapkan perlindungan K3. Hanya saja pada pelaksanaannya belum maksimal.

4.3.3 Hasil uji korelasi Spearman perusahaan

Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang nyata antara aspek-aspek knowledge, skill, dan attitude dari masing-masing bidang pekerjaan. Nilai dari korelasi Spearman dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang saling terkait. Tabel 8 Hasil uji Korelasi Spearman perusahaan Korelasi Spearman Nilai Knowledge Skill Attitude perusahaan knowledge koefisien korelasi 1,000 0,000 0,348 sig. 2-tailed . 1,000 0,171 N 17 17 17 skill koefisien korelasi 0,000 1,000 0,213 sig. 2-tailed 1,000 . 0,412 N 17 17 17 attitude koefisien korelasi 0,348 0,213 1,000 sig. 2-tailed 0,171 0,412 . N 17 17 17 Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 2-tailed Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan : - angka probabilitas sig.2-tailed nilai Alpha 0,05 maka Ho diterima - angka probabilitas sig. 2-tailed nilai Alpha 0,05 maka Ho ditolak Pada Tabel 8 disebutkan bahwa pada selang kepercayaan 95 tidak ada hubungan yang nyata dari ketiga aspek-aspek kompetensi K3 perusahaan yaitu antara aspek knowledge, skill , dan attitude. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang erat atau signifikan antara ketiga aspek kompetensi tadi. Berdasarkan uji statistik yang ada menggunakan uji Wilcoxon yang perlu menjadi prioritas untuk ditingkatkan dari perusahaan yaitu pada attitude dimana penilaian sebesar 3,6 masuk kedalam kategori mau. Memiliki selisih nilai -0,5 antara penilaian perusahaan itu sendiri dengan penilaian menggunakan standar ILO dimana penilaian perusahaan lebih tinggi yaitu sebesar 4,1 dibandingkan dengan penilaian menggunakan standar ILO yaitu sebesar 3,6 hal ini berarti perusahaan menilai bahwa yang mereka lakukan sudah sangat baik padahal pada kenyataannya tidak demikian dan masih perlu ditingkatkan atau disesuaikan dengan penilaian yang semestinya. Pada uji korelasi Spearman, attitude tidak dipengaruhi oleh aspek kompetensi yang lain baik itu knowledge maupun skill, sehingga dalam penentuan alternatif strategi dapat ditinjau dari ketiga aspek tersebut. Attitude terkait dengan sikap perusahaan itu sendiri, untuk meningkatkan sikap dapat dilakukan pengawasan dan evaluasi baik itu secara mandiri self assessment ataupun pengawasan dari luar eksternal assessment. Contoh pengawasan dan evaluasi K3 secara mandiri antara lain menggunakan audit internal perusahaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER. 05MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebutkan bahwa audit sistem manajemen K3 harus meliputi unsur-unsur: 1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen. 2. Strategi pendokumentasian. 3. Peninjauan ulang desain dan kontrak. 4. Pengendalian dokumen. 5. Pembelian. 6. Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3. 7. Standar pemantauan. 8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan. Audit Sistem Manajemen K3 oleh perusahaan harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personel yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang sudah diterapkan. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan di tempat kerja. Hasil audit tadi harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen. Untuk pelaksanaan K3 yang baik pada level manajemen perusahaan seperti pada Gambar 5. PERUSAHAAN Kebijakan K3 perusahaan Sistem Manajemen K3 Perlengkapan yang aman Alat pelindung diri Tenaga kerja kompetensi PEK, SAR, Jasa K3 Tempat berteduh perumahan dan gizi kerja Level Tingkat kerja Operasi pekerjaan aman Organisasi kerja Perlengkapan aman Perencanaan lokasi Sumber: Draft Kode Praktek Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan Genewa, ILO.1997 Gambar 5 Hirarki proses pelaksanaan K3 pada level manajemen perusahaan.

4.4 Kegiatan Penebangan .

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) Dan Sistem Manajemen K3 (Smk3) Dalam Memberikan Perlindungan Dan Meningkatkan Produktivitas Pekerja (Studi Pada Pt.Telkom Divre I Sumatra Dan Pt.Coca-Cola Bottling Indonesia)

18 134 183

Tinjauan Mengenai Aspek Perencanaan Hutan di Areal HPH PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

0 10 68

Analisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan bekas tebangan dan hutan primer di areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

0 14 110

Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan Di Iuphhk – Ha (Studi Kasus Di Iuphhk – Ha Pt.Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah )

1 18 96

Pendugaan emisi karbon potensial akibat pemanenan kayu secara mekanis pada hutan alam tropis (studi kasus di IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah)

0 29 76

Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis Keruing (Dipterocarpus spp.) di IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

1 15 104

Potensi Reduksi Emisi Karbon Melalui Pengelolaan Hutan Alam Produksi (Studi Kasus di IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah)

0 2 32

Pemetaan Stok Karbon Tegakan Hutan Menggunakan Citra Landsat ETM+ di PT. Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

0 3 40

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

1 21 29

Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan dan Penyaradan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

0 3 42