Latar Belakang Model Dinamika Simpanan Karbon dari Perubahan Tata Guna Lahan Kawasan Hutan di Sulawesi Selatan

3

2.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan Dinhut Sulsel dan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Kemenhut. Data-data tersebut meliputi: 1. Data penggunaan kawasan hutan, antara lain: a. Data perubahan fungsi kawasan hutan b. Data pelepasan kawasan hutan c. Data pinjam pakai kawasan hutan d. Data tukar menukar kawasan hutan 2. Data pemanfaatan kawasan hutan, antara lain: a. Perkembangan luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam IUPHHK-HA atau HPH b. Perkembangan luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman IUPHHK-HT atau HTI c. Perkembangan luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman IUPHHK-HTR atau HTR 3. Data rehabilitasi hutan dan lahan, antara lain: a. Realisasi luas reboisasi hutan b. Realisasi pembangunan hutan rakyat 4. Data perlindungan hutan, antara lain: a. Luas areal perambahan hutan b. Daftar kasus pembalakan liar Alat yang digunakan yaitu seperangkat komputer serta perangkat lunak software untuk mengolah data, yaitu Microsoft Office Word 2007, Microsoft Office Excel 2007, Vensim PLE, dan STELLA 9.0.2.

2.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan studi pustaka mengenai perubahan tata guna lahan di lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data statistik kehutanan Sulawesi Selatan mulai tahun 1999 sampai 2012.

2.4. Metode Pengembangan Model

Metode pengembangan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan sistem. Model yang dibangun dari pendekatan sistem ini akan menjelaskan perbandingan tata guna lahan dengan tingkat serapan karbon di lokasi penelitian. Tahapan pembuatan analisis dan simulasi model adalah sebagai berikut Purnomo 2012: 1. Identifikasi isu, tujuan, dan batasan Identifikasi isu, tujuan, dan batasan dilakukan untuk mengetahui dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Tujuan yang spesifik diperlukan untuk memudahkan proses pembuatan model. 4 2. Konseptualisasi model Pemodelan dinamik merupakan pemodelan yang menggambarkan perubahan yang terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu bersifat dinamis. Dalam pemodelan ini satuan waktu yang digunakan adalah tahun. Fase ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model yang dibuat, memasukkan data yang telah diolah ke dalam model sebagai input dan membuat simulasi. 3. Spesifikasi model Perumusan yang lebih detail dari setiap hubungan yang ada dalam model konseptual dilakukan di fase ini. Jika pada model konseptual hubungan dua komponen dapat digambarkan dengan anak panah, maka pada fase ini anak panah tersebut dapat berupa persamaan numerik dengan satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dapat digunakan dalam model juga harus ditentukan. 4. Evaluasi model Fase evaluasi model bertujuan untuk melihat apakah relasi yang dibuat telah logis seuai dengan harapan atau perkiraan. Tahapan dalam fase ini adalah: a. Pengamatan kelogisan model dan membandingkan dengan kenyataan pada dunia nyata b. Mengamati perilaku model dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada fase konseptualisasi model c. Membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari sistem atau dunia nyata. Proses pengujian kewajaran dan kelogisan model adalah melakukan pembandigan dunia nyata dengan model yang dibuat. 5. Penggunaan model Tahapan penggunaan model bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi pada awal pembuatan model. Tahapan ini melibatkan perencanaan dan simulasi dari beberapa skenario. III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah 4 611 645 ha dan 46 wilayah daratnya merupakan kawasan hutan. Namun, terjadinya deforestasi dan degradasi hutan di Provinsi Sulawesi Selatan mengakibatkan penurunan luas dan potensi hutan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan simpanan karbon di Provinsi Sulawesi Selatan. Budiharto 2009 menyatakan bahwa terjadi penurunan simpanan karbon di Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 3.45 mega ton C kurun waktu tahun 1990 hingga tahun 2006. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan 26 emisi karbon GRK di tahun 2020 dari sektor LULUCF, termasuk kehutanan PP No. 61 Tahun 2011. Salah satu upaya sektor kehutanan untuk menurunkan emisi karbon ini adalah dengan meningkatkan serapan CO 2 melalui penanaman pohon dalam Hutan Kemasyarakatan HKm, hutan desa, program Rehabilitasi Hutan dan