Lokasi dan Waktu Penelitian

4 2. Konseptualisasi model Pemodelan dinamik merupakan pemodelan yang menggambarkan perubahan yang terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu bersifat dinamis. Dalam pemodelan ini satuan waktu yang digunakan adalah tahun. Fase ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model yang dibuat, memasukkan data yang telah diolah ke dalam model sebagai input dan membuat simulasi. 3. Spesifikasi model Perumusan yang lebih detail dari setiap hubungan yang ada dalam model konseptual dilakukan di fase ini. Jika pada model konseptual hubungan dua komponen dapat digambarkan dengan anak panah, maka pada fase ini anak panah tersebut dapat berupa persamaan numerik dengan satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dapat digunakan dalam model juga harus ditentukan. 4. Evaluasi model Fase evaluasi model bertujuan untuk melihat apakah relasi yang dibuat telah logis seuai dengan harapan atau perkiraan. Tahapan dalam fase ini adalah: a. Pengamatan kelogisan model dan membandingkan dengan kenyataan pada dunia nyata b. Mengamati perilaku model dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada fase konseptualisasi model c. Membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari sistem atau dunia nyata. Proses pengujian kewajaran dan kelogisan model adalah melakukan pembandigan dunia nyata dengan model yang dibuat. 5. Penggunaan model Tahapan penggunaan model bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi pada awal pembuatan model. Tahapan ini melibatkan perencanaan dan simulasi dari beberapa skenario. III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah 4 611 645 ha dan 46 wilayah daratnya merupakan kawasan hutan. Namun, terjadinya deforestasi dan degradasi hutan di Provinsi Sulawesi Selatan mengakibatkan penurunan luas dan potensi hutan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan simpanan karbon di Provinsi Sulawesi Selatan. Budiharto 2009 menyatakan bahwa terjadi penurunan simpanan karbon di Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 3.45 mega ton C kurun waktu tahun 1990 hingga tahun 2006. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan 26 emisi karbon GRK di tahun 2020 dari sektor LULUCF, termasuk kehutanan PP No. 61 Tahun 2011. Salah satu upaya sektor kehutanan untuk menurunkan emisi karbon ini adalah dengan meningkatkan serapan CO 2 melalui penanaman pohon dalam Hutan Kemasyarakatan HKm, hutan desa, program Rehabilitasi Hutan dan 5 Lahan RHL di Daerah Aliran Sungai DAS super kritis, pembangunan Hutan Tanaman Industri HTI dan Hutan Tanaman Rakyat HTR, HPH Restorasi Ekosistem dan Hutan Rakyat Kemitraan dengan industri perkayuan. Tujuan pemodelan adalah membuat model dinamika simpanan karbon dari perubahan tata guna lahan di Provinsi Sulawesi Selatan. Model yang dibuat diharapkan dapat memberi gambaran mengenai simpanan karbon yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Batasan dari model dinamika yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu pada hal-hal yang menyangkut deforestasi, degradasi hutan, dan peningkatan simpanan karbon enhancing carbon stock yang terfokus di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu a. Deforestasi berdasarkan tingkat penurunan tutupan kawasan hutan menjadi bukan hutan, yaitu tambang, kebun, dan pemukiman untuk transmigrasi. b. Degradasi hutan berasal dari aktivitas pemanenan kayu di IUPHHK-HA, kebakaran hutan, pembalakan liar, dan perambahan hutan. c. Enhancing carbon stock terdiri dari pembangunan hutan tanaman IUPHHK- HT dan IUPHHK-HTR di wilayah yang telah terdegradasi dan aktivitas penanaman pohon di dalam dan luar kawasan hutan yang meliputi kegiatan penghijauan dan reboisasi. Jenis tanaman untuk IUPHHK-HT adalah Acacia mangium; sedangkan IUPHHK-HTR, kegiatan penghijauan, dan reboisasi adalah Falcataria moluccana. d. Sumber data yang digunakan terbatas dari data statistik Kementerian Kehutahan RI tahun 1999 sampai 2011 dan data statistik Dinas Kehutanan Sulawesi Selatan tahun 2007 sampai 2011.

3.2 Konseptualisasi Model

Pemodelan sistem dalam penelitian ini dilakukan dengan menyusun model dalam beberapa bagian. Model yang disusun terdiri dari bagian model perubahan tata guna lahan, bagian model degradasi hutan, dan bagian model enhancing carbon stock. Model konseptual dalam penelitian ini dideskripsikan melalui hubungan sebab akibat berikut ini. Gambar 2 Model konseptual yang dikembangkan