Bagian Model Enhancing Carbon Stock

15 Simpanan karbon di HTI dan HTR diperoleh dengan mengalikan jumlah pohon total di HTI dan HTR dengan biomassa pohon dan fraksi karbon. Simpanan karbon di HTI dan HTR dijumlahkan untuk mengetahui simpanan karbon total di hutan tanaman Gambar 15. Gambar 16 Hasil simulasi simpanan karbon ton C di HTI 1, HTR 2, dan hutan tanaman keseluruhan 3 di Provinsi Sulawesi Selatan Hasil simulasi menunjukkan simpanan karbon di hutan tanaman meningkat hingga di akhir simulasi. Simpanan karbon di HTI pada tahun 2050 mencapai 13.03 mega ton C, sedangkan di HTR sebesar 29.86 mega ton C. HTR mulai dikembangkan tahun 2009 dan diperkirakan akan memiliki simpanan karbon yang melampaui simpanan karbon HTI. Simpanan karbon total hutan tanaman di tahun 2050 sebesar 42.89 mega ton C. b. Penanaman di dalam dan luar kawasan hutan Aktivitas penanaman di dalam dan luar kawasan hutan dilakukan dalam rangka merehabilitasi lahan-lahan kritis sekaligus menambah simpanan karbon. Penanaman dilakukan di dalam kawasan hutan reboisasi dan di luar kawasan hutan yang meliputi penghijauan dan pembangunan hutan rakyat. Tabel 3 Luas areal penanaman di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2006 sampai 2011 Tahun Reboisasi ha Penghijauan ha 2006 21 834 11 324 2007 7 543 2 381 2008 26 545 2 357 2009 4 872 3 960 2010 1 728 879 2011 9 120 36 964 Total 71 642 57 865 Total luas areal penanaman di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2006 sampai 2011 seluas 129 507 ha, sedangkan laju laju luas areal penanamannya sebesar 21 584 hatahun. Dalam pembuatan model, diasumsikan luas areal penanaman per tahun setelah tahun 2011 mengikuti laju areal penanaman aktual. 10:17 26 Sep 2013 Page 3 1999 2012 2025 2037 2050 tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 22500000 45000000 1: CStokHTI 2: CStokHTR 3: CstokHT 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 S im pa na n ka rbon ton C 16 Data luas areal ini dipakai untuk menghitung simpanan karbon total di Provinsi Sulawesi Selatan. Sub bagian model simpanan karbon dari aktivitas penanaman disajikan dalam Gambar 17. Gambar 17 Sub bagian model simpanan karbon dari aktivitas penanaman Gambar 17 menggambarkan banyaknya simpanan karbon yang berasal dari penanaman pohon. Jumlah pohon dalam 1 ha lahan diperoleh dari selisih antara jumlah pohon yang ditanam dengan jumlah pohon yang mati. Jenis pohon yang ditanam diasumsikan adalah jenis Falcataria moluccana dengan jarak tanam 5x5 m. Biomassa dihitung dengan menggunakan rumus allometrik Hendra 2002 Tabel 3. Simulasi simpanan karbon dari aktivitas penanaman disajikan dalam Gambar 18. Gambar 18 Hasil simulasi simpanan karbon ton C dari aktivitas penanaman 10:21 26 Sep 2013 Page 3 1999 2012 2025 2037 2050 tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 12500000 25000000 1: Cstokpenghijauan 2: Cstokreboisasi 1 1 1 1 2 2 2 2 S im pa na n ka rbon ton C 17 Simpanan karbon yang bertambah dari aktivitas penanaman pada tahun 2006 sebesar 32.60 mega ton C, sebanyak 18.03 mega ton C berasal dari reboisasi dan 14.57 juta ton C dari penghijauan. Laju peningkatan simpanan karbon dari aktivitas penanaman pada tahun 2006 sampai 2050 sebesar 0.19 mega ton Ctahun.

3.3.4 Simpanan Karbon Kawasan Hutan di Sulawesi Selatan

Simpanan karbon dari setiap submodel dijumlahkan untuk memperoleh simpanan karbon total di Sulawesi Selatan. Hasil simulasi simpanan karbon ini digunakan sebagai baseline. Baseline merupakan perkiraan tingkat emisi dan proyeksi GRK dengan skenario tanpa intervensi kebijakan dan teknologi mitigasi RAN-GRK 2011. Tingkat emisi dapat dilihat dari selisih antara simpanan karbon di tahun awal pemodelan dengan simpanan karbon di tahun akhir pemodelan. Hasil simulasi simpanan karbon di Sulawesi Selatan Gambar 19 yang ditampilkan dimulai dari tahun 2006, yaitu setelah terjadinya pemekaran wilayah. Gambar 19 Hasil simulasi simpanan karbon di Sulawesi Selatan Simpanan karbon di Sulawesi Selatan yang ditunjukkan pada Gambar 19 terlihat mengalami penurunan hingga di akhir simulasi. Simpanan karbon pada tahun 2006 sebesar 539.90 mega ton C. Pada tahun 2012, simpanan karbon menurun sebesar 2 mega ton C atau setara dengan 0.33 mega ton Ctahun. Penurunan simpanan karbon berkaitan erat dengan perubahan tutupan lahan di Sulawesi Selatan. CIFOR 2008 menyebutkan bahwa lahan hutan yang terdegradasi di Indonesia mencapai 96.3 juta ha yang diakibatkan oleh praktek pembalakan liar, kebakaran hutan, perambahan hutan, konversi hutan untuk penggunaan non kehutanan, serta perluasan lahan pertanian yang ekstensif. Dalam penelitian ini, perubahan penggunaan lahan memiliki andil yang paling besar dalam penurunan simpanan karbon. Jika tidak ada tindakan untuk mengurangi degradasi lahan, maka pada tahun 2050 simpanan karbon yang hilang 10:24 26 Sep 2013 Page 3 2006 2017 2028 2039 2050 tahun 1: 1: 1: 500000000 550000000 600000000 1: CstokSulsel 1 1 1 1 S im pa na n ka rbon ton C 18 sebesar 15 mega ton C. Pembangunan hutan tanaman dan penanaman di lahan- lahan yang terdegradasi yang selama ini telah berjalan belum mampu meningkatkan simpanan karbon karena karbon yang terlepas akibat perubahan tutupan lahan masih lebih besar.

3.4 Evaluasi Model

Dalam tahap evaluasi model ini, dilakukan perbandingan antara hasil yang ditunjukkan oleh model dengan data dari hasil penelitian lain yang serupa. Hasil yang dibandingkan yaitu dinamika simpanan karbon dari hasil simulasi model dengan simpanan karbon dari penelitian Budiharto 2009. Simpanan karbon Sulawesi Selatan pada tahun 2006 sebesar 539 mega ton C dan pada tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 533 mega ton C Gambar 19. Hasil penelitian Budiharto 2009 menunjukkan pola hasil yang serupa yaitu terjadinya penurunan simpanan karbon. Kurun waktu tahun 1990 sampai 2020, simpanan karbon di Sulawesi Selatan mengalami penurunan dengan laju 4.6 mega ton Ctahun. Perubahan simpanan karbon di Sulawesi Selatan dari hasil penelitian Budiharto 2009 ditunjukkan dalam Gambar 20. Gambar 20 Perubahan simpanan karbon di Sulawesi Selatan dari hasil penelitian Budiharto 2009 Jika kedua hasil ini dibandingkan maka akan nampak perbedaan yang mencolok dari nilai simpanan karbonnya. Pada tahun 2020, hasil simulasi menunjukkan simpanan karbon di Sulawesi Selatan mencapai 533 mega ton C, sedangkan menurut Budiharto 2009 hanya sebesar 160.6 mega ton C. Perbedaan metode yang digunakan menjadi salah satu penyebab perbedaan ini. Budiharto 2009 menghitung simpanan karbon dengan penafsiran citra dan data historis. Tafsiran citra ini dapat dengan jelas menunjukkan perbedaan dari masing- masing tutupan lahan sehingga data yang dianalisis lebih akurat. Sedangkan dalam penelitian ini, basis data yang digunakan hanya terpusat pada data historis penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan sehingga perubahan tutupan lahannya lebih sulit terlihat. 298.8 242.4 213.16 200.13 195 177.8 160.6 50 100 150 200 250 300 350 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 Sim pana n kar bon m ega ton C Tahun 19

3.5 Penggunaan Model

Model yang telah dibuat digunakan dalam membuat skenario yang sejalan dengan mitigasi perubahan iklim. Merujuk pada Perpres RI No.462008, mitigasi perubahan iklim adalah usaha pengendalian untuk mencegah terjadinya perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi. Kegiatan mitigasi perubahan iklim dalam sektor kehutanan digolongkan menjadi tiga, yaitu peningkatan serapan karbon penanaman, konservasi karbon hutan mempertahankan simpanan karbon yang ada pada hutan dari kehilangan akibat deforestasi, degradasi, dan akibat lain dari praktek pengelolaan hutan, dan memanfaatkan biomasa sebagai pengganti bahan bakar fosil secara langsung melalui produksi energi biomassa. Skenario yang dibangun dalam penelitian ini mengarah ke peningkatan serapan karbon dan mempertahankan simpanan karbon hutan; yaitu penegakan hukum, provinsi konservasi, penanaman di lahan kritis, dan reklamasi hutan pasca penambangan yang diasumsikan dimulai pada tahun 2014. Perlu diketahui bahwa penerapan skenario hanya mempengaruhi beberapa komponen didalamnya yang terkait dengan skenario yang ingin diterapkan. Misalnya penerapan skenario penanaman di lahan kritis hanya mempengaruhi laju penanaman, sedangkan aktivitas lainnya masih berjalan sesuai model yang telah dibangun.

3.5.1 Skenario 1: Penegakan Hukum

Upaya pemberantasan pembalakan liar dan perambahan hutan saat ini masih terus dijalankan mengingat dampaknya yang sangat merugikan bagi kelestarian hutan. Kegiatan pembalakan liar dan perambahan hutan merupakan kejahatan kehutanan yang sangat butuh penanganan dan penanggulangan. Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Beberapa peraturan yang menjadi dasar hukum pemberantasan pembalakan liar dan perambahan liar di Indonesia yaitu: Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan, dan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di Indonesia. Meskipun demikian, upaya penegakan hukum terhadap praktik pembalakan liar dan perambahan hutan belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Skenario penegakan hukum ini dibangun untuk melihat besarnya simpanan karbon di Sulawesi Selatan apabila upaya penegakan hukum mampu dilakukan semaksimal mungkin dan tindak kejahatan kehutanan ditekan hingga angka 0 Gambar 21. Dalam skenario ini, komponen- komponen selain pembalakan liar dan perambahan hutan tidak mengalami perubahan.