2.2 Persamaan Pembangun Model 2.2.1 Persamaan Hidrodinamika
2.2.1.1 Persamaan massa
Persamaan massa secara matematik dinyatakan sebagai: 1
Suku pertama menyatakan perubahan posisi muka air, suku kedua dan ketiga menyatakan perubahan fluks densitas dalam arah x dan y dan suku keempat
menyatakan perubahan kedalaman perairan. Solusi persamaan 1 dengan metode elemen hingga selisih depan dalam arah x adalah:
2
Dalam arah y
3
2.2.1.2 Persamaan momentum
Persaamaan momentum dalam arah x
4 Solusi persamaan momentum akan diuraikan solusinya tiap suku dari
persamaan 4 Suku pertama
Suku pertama menyatakan perubahan fluks densitas terhadap waktu nyatakan dalam bentuk
5 Dengan menggunakan metode ekspansi Taylor dengan pusat n+12
persamaan x menjadi 6
Suku keempat menyatakan pengaruh grafitasi dengan pendekatan selisih depan di tulis sebagai:
7 dengan
Dengan cara dilinerisasi dalam menghasilkan formula aljabar koreksi kesalahan dapat tentukan dengan menggunakan ekspansi Taylor.
8
FDS adala solusi linier dari persamaan gravitasi. Suku kedua dan ketiga merupakan perubahan flux densitas dalam arah x dan
y yang diselesaikan dengan metode elemen hingga sebagai berikut:
9 dengan a = n+1, b = n
Suku ke 9 merupakan faktor gesekan angin yang didefinisikan sebagai: 10
Dengan faktor gesekan angin dihitung sesuai dengan Smith dan Banke
11 dengan
Suku kelima menyatakan faktor gesekan dasar yang dinyatakan dalam formula Chezy number
12
dapat diselesaikan dalam bentuk 13
dengan :
14
Chezy number dapat dihitung dari Manning number 15
Suku kedelapan menyatakan gaya coriolis yang dinyatakan sebagai 16
Dengan q di selesaikan secara eksplisit seperti pada persamaan 14
2.2.2 Persamaan Oil Spill 2.2.2.1 Penyebaran
Fay 1969 menyatakan bahwa laju penyebaran minyak ditentukan oleh gaya gravitasi, kelembaman, kekentalan, tegangan permukaan dan dispersi.
Mackay et al. 1980 telah memodifikasi model gravitasi dan viskositas dari Teori Fays ke dalam formula numerik melalui persamaan matematis untuk menghitung
penyebaran minyak dengan asumsi minyak sebagai massa homogen, menyebar dalam bentuk lapisan tipis dan tidak ada perubahan massa tumpahan.
Dengan menggunakan asumsi di atas, maka perubahan luas tumpahan minyak A
oil
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: 17
dimana, = konstanta [s
-1
] t
= waktu [s] = πR
oil 2
[m
2
]
Volume minyak tumpah dihitung dengan menggunakan persamaan: 18
ketebalan tumpahan minyak diestimasi: = 10 cm , pada t=0
Nilai ini telah diketahui dari hasil penelitian sesudah terjadi tumpahan minyak di suatu perairan.
2.2.2.2 Evaporasi
Penguapan tumpahan minyak ditentukan oleh komposisi dari minyak, suhu udara, suhu perairan, area tumpahan, kecepatan angin, radiasi matahari dan
ketebalan tumpahan minyak. Beberapa hasil penelitian telah menghitung laju penguapan minyak. Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada proses difusi dispersi yang membatasi pada oil film.
2. Bentuk minyak adalah campuran yang ideal. 3. Tekanan parsial udara pada perhitungan tekanan uap diabaikan.
Dengan menggunakan asumsi di atas, laju penguapan minyak dihitung dengan menggunakan persamaan:
19
dengan, k
e
= koefisien transport massa P
SAT
= Tekanan uap R
= Konstanta gas T
= Suhu M
= Berat Molekul X
= Fraksi mol = Densitas fraksi minyak
i = Jenis fraksi minyak ke-i
Untuk mengestimasi nilai dari digunakan persamaan dari Mackay et al
1980, yaitu: 20
dimana, k
= Konstanta A
oil
= Luas area tumpahan minyak [m2] = Konstanta penguapan Schmidts pada fraksi minyak ke-i
U
w
= Kecepatan angin [mdetik]
2.2.2.3 Dispersi vertikal
Transport minyak ke dalam kolom air terjadi dari beberapa mekanisme yaitu kelarutan, dispersi, akomodasi dan sedimentasi. Fraksi minyak yang terdispersi di
dalam kolom air per waktu dihitung sebagai fraksi yang hilang di permukaan laut, pada kondisi tidak ada gelombang pecah dan dihitung menggunakan persamaan,
yaitu : 21
dimana,
= fraksi minyak yang terdispersi di permukaan air per satuan waktu.
= fraksi minyak telah terdispersi yang tidak kembali lagi ke permukaan.
dan dihitung dengan menggunakan persamaan, yaitu:
22 dengan,
= Kecepatan angin dan
23 dimana,
= Viskositas minyak [cp] = Ketebalan minyak [cm]
= Tegangan permukaan minyak dan air [dyne cm
-1
] Laju butiran minyak dalam air yang kembali lagi ke permukaan dihitung
dengan persamaan, yaitu: 24
2.2.2.4 Kelarutan
Dengan menggunakan asumsi bahwa konsentrasi sebenarnya hidrokarbon terhadap kelarutannya, maka laju kelarutan minyak dihitung dengan menggunakan
persamaan, yaitu: 25
dimana, C
sat
= kelarutan fraksi minyak ke-i [mgkg air laut] X
mol
= molar fraksi dari fraksi minyak ke-i [kgmol] M
= Berat molar dari fraksi minyak ke-i = Densitas minyak fraksi ke-i
A
oil
= Luas area tumpahan minyak [m2] Koefisien transfer massa dari kelarutan dihitung dengan menggunakan
persamaan, yaitu:
26 dimana,
e
i
= 1.4 untuk fraksi minyak alkana e
i
= 2.2 untuk fraksi minyak aromatik e
i
= 1.8 untuk fraksi minyak ringan
2.2.2.5 Emulsifikasi
Proses emulsifikasi merupakan proses sangat penting yang menentukan keberadaan minyak di permukaan karena akan membuat minyak menjadi sangat
kental. Masuknya butiran air ke dalam minyak dan stabilitas di dalamnya sangat ditentukan oleh kondisi lingkungannya. Stabilitasnya ditentukan oleh kandungan
surfaktan di dalamnya dan masuknya butiran air kedalam minyak di tentukan oleh kondisi perairannya terutama gelombang dan proses turbulen di perairan.
Model matematis yang ada saat ini tidak semua parameter yang mempengaruhi proses emulsifikasi masuk semua dalam perhitungannya.
Pendekatan yang dilakukan adalah melalui persamaan empiris dari prilaku emulsifikasi dari kondisi di alamnya. Perhitungan perubahan kandungan air di
dalam minyak dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut: 27
dimana: = Kandungan air dalam minyak
= Masuknya air ke dalam minyak = Keluarnya air dari minyak
Nilai dari masuknya air ke dalam minyak akan bertambah dengan meningkatnya suhu and kecepatan angin. Nilai R
1
dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut:
28 dimana :
= Kecepatan angin = Viskositas minyak
= Maksimum kandungan air dalam minyak = Kandungan sebenarnya air di dalam minyak
K
1
= Koefisien R
2
= Laju keluarnya air dari minyak Nilai dari R
2
akan meningkat dengan meningkat dengan meningkatnya kandungan alphaltenes, wax lilin dan surfaktan minyak sehingga menyebabkan
miningkatnya viskositas minyak. Nilai dari R
2
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
29 dimana :
As = Kandungan asphaltenes di dalam minyak wt
= Kandungan lilin di dalam minyak wt K
2
= Koefisien dimana :
= 5 . 10
-7
[kgm3] = 1.2 . 10
-5
[kgwts] Nilai dari
dan merupakan hasil dari percobaan yang dilakukan oleh
Haltenbanken 1982.
2.2.2.6 Tansport bahang
Tekanan uap dan viskositas sangat ditentukan oleh suhu. Suhu pada tumpahan minyak lebih panas dari kondisi lingkungannya baik udara maupun
perairannya. Oleh karena itu sangat penting untuk memodelkan perubahan suhu pada tumpahan minyak.
Transfer bahang antara udara dan minyak
Transfer bahang antara udara dan minyak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
30 dimana :
31 dan,
= Schimidt’s number = Suhu minyak [Kelvin]
= Suhu udara [Kelvin] = Densitas udara [kgm3]
= Kapasitas panas udara [Jkg°C] Koefisien Prandtl’s untuk udara dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
32 Jika tidak ada penguapan, maka kH
oil-air
dihitung dengan persamaan dari Duffie dan Beckmann 1974, yaitu sebagai berikut:
33
Bahang dari radiasi yang diemisikan dan diterima antara minyak, udara dan air
Tumpahan minyak akan menerima dan kehilangan bahang karena emisi radiasi gelombang panjang matahari. Jumlah bahang yang hilang dan diterima
dihitung dengan dengan hukum dari Stefan- Boltzman’s. Nilai bersih bahang yang
diterima oleh tumpahan minyak dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: 34
dimana: = Boltzman constant 5.72
⋅ 108 [Wm
2
K] = Emisivitas udara
= Emisivitas air = Emisivitas minyak
= Suhu udara = Suhu air
= Suhu minyak
Bahang dari radiasi matahari
Radiasi matahari yang diterima tumpahan minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor anatara lain: lokasi dimana minyak tumpah, tanggal dan waktu,
tingkat tutupan awan dan kandungan lapisan udara. Variasi radiasi matahari dalam sehari diasumsikan dengan fungsi sinusoidal, yaitu sebagai berikut:
35 dimana:
Dalam satu hari dimulai dari matahari terbit sampai dengan tenggelam. = waktu matahari terbit [detik] dimulai dari tengah malam.
= waktu matahari terbit [detik] dimulai dari tengah malam. dapat dihitung dengan menambahkan lamanya waktu dalam sehari
, dengan persamaan sebagai berikut: 36
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: 37
dimana: = Lintang
= Deklinasi bumi terhadap matahari sebanding dengan,
38 adalah emisi matahari dari daratan, dihitung dengan persamaan yang
digunakan dari Duffie dan Beckmann 1974, yaitu sebagai berikut:
39 dimana:
= Konstanta matahari 1.353 [Wm] = hari dalam setahun
= sudut matahari. dan,
Jika matahari tidak berawan, maka , tetapi
akan meningkat dengan meningkatnya tingkat perawanan. Jika a adalah albedo maka nilai bersih
radiasi dari matahari adalah sebagai berikut: 40
Bahang yang hilang dari proses penguapan
Penurunan suhu karena penguapan mengakibatkan hilangnya bahang dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
41
dengan: = Bahang dari penguapan pada fraksi minyak ke-I [Jmol]
Sehingga keseimbangan bahang dinamis dari tumpahan minyak diberikan sebagai berikut:
42 dimana:
= Laju butiran air yang masuk [m
3
s] = Laju butiran minyak yang masuk ke kolom air [m
3
s] = Kapasitas bahang minyak [Jkg °C]
= Kapasitas bahang air [Jkg °C]
Transfer bahang antara minyak dan air
Transfer bahang antara minyak dan air, dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
43 dimana k
H oil-water
koefisien transfer bahang dari Bird et al 1960 dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
44 Konstanta Prandtl’s dari air dihitung dengan persamaan yang dikemukakan
oleh Duffie dan Beckmann 1974, yaitu sebagai berikut: 45
adalah koefisien Reynolds untuk menghitung koefisien transfer bahang antara minyak dan air, dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
46 dimana
adalah viskositas kinematik dari minyak.
2.2.2.7 Viskositas
Viskositas minyak akan meningkat selama proses pelapukan minyak, terutama diakibatkan oleh proses emulsifikasi dan penguapan. Selain itu,
viskositas sangat ditentukan oleh suhu tumpahan minyak. Perhitungan viskositas minyak dilakukan melalui tiga tahap yaitu pertama, viskositas tanpa adanya
butiran air dalam minyak pada suhu referensi T
ref
= 100°F, dengan persamaan dari Kendall-Monroe yaitu sebagai berikut:
47 dimana:
= Fraksi model dari fraksi ke-i Kedua, perhitungan viskositas minyak pada suhu aktual dengan
menggunakan persamaan dari CONCAWE 1983, yaitu sebagai berikut: 48
dengan: T
= Suhu [K] v
= Viskositas kinematik pada suhu T C
s
B = 3.98
Ketiga, perhitungan viskositas minyak pada suhu aktual dan kandungan air dengan menggunakan persamaan dari Hossain dan Mackay 1980, yaitu sebagai
berikut: 49
Penguapan juga akan menyebabkan peningkatan viskositas dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
50 dimana:
= dimensi kandungan didalam minyak [wt] = Fraksi minyak yang terevaporasi
Kombinasi pengaruh dari emulsifikasi dan penguapan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
51
2.2.2.8 Tegangan permukaan
Tegangan permukaan dihitung dengan persamaan sebagai berikut: 52
2.2.2.9 Kapasitas bahang
Kapasitas bahang di air, udara dan minyak diberikan dengan persamaan sebagai berikut:
53 54
dan, 55
Suhu dihitung dengan satuan Kelvin.
2.2.2.10 Titik tuang
Titik tuang minyak dimana minyak tidak mengandung butiran air dihitung dengan persamaan dari CMFMWOS 1985, yaitu sebagai berikut:
56 Nilai titik tuang akan meningkat dengan bertambahnya kandungan air dalam
minyak dari proses emulsifikasi dan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
57
2.3 Karakteristik Minyak
Minyak bumi adalah suatu campuran kompleks yang sebagian besar komponen mengandung karbon dan hidrogen serta nitrogen, sulfat dan oksigen
dalam jumlah kecil Seager Stocker 1976. Banyak perbedaan jenis minyak
yang terbentuk dari ratusan komposisi utama dan ribuan komposisi kimia lainnya. Adanya keberagaman mengakibatkan setiap produk minyak mempunyai
karakteristik unik yang berbeda satu dengan lainnya. Karakteristik minyak akan menentukan nasib minyak pada saat tumpah dan dampak terhadap organisme
yang berada di lingkungannya. Karakteristik minyak juga menentukan tingkat efisiensi pembersihan minyak saat tumpah di laut. Disamping itu karakteristik
minyak sangat penting untuk mengembangkan model pergerakan tumpahan minyak. Karakteristik minyak mentah beserta dengan turunan produknya dan
komposisi kimia dan karakteristik fisika dari masing-masing jenis minyak adalah sebagai berikut:
2.3.1 Komposisi Minyak
Minyak mentah terdiri dari campuran rantai ikatan hidrokarbon mulai dari rantai terkecil dengan ikatan yang lemah sampai dengan rantai yang besar dengan
ikatan yang kuat. Komposisi campuran dari rantai hidrokarbon tersebut terbentuk dan tergantung dari formasi geologi dilokasi penemuan ladang minyak dan sangat
berperan dalam pembentukan karakteristik minyak Fingas 2000. Komposisi minyak dari berbagai jenis produk minyak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kandungan hidrokarbon dari berbagai jenis produk minyak dalam.
No Kelompok
Kelas Ikatan
Gasoline Diesel
Light Crude
Heavy Crude
IFO Bunker
C
1 Saturates
50-60 65-95
55-90 25-80
25-35 20-30
Alkanes 45-55
35-45 Cyclo-
alkanes 5
30-50 Waxes
0-1 0-20
0-10 2-10
5-15 2
Olefins 5-10
0-10 40-50
3 Aromatics
25-45 5-25
10-35 15-40
0.05-1.0 30-50
BTEX 15-25
0.5-2.0 0.1-2.5
0.01-2.0 40-60
0.00- 1.0
PAHs 0-5
5-35 15-40
15-25 30-50
4 Polar
Compounds 0-2
1-15 5-40
10-30 Resins
0-2 0-10
2-25 10-15
10-20 Asphalte
0-10 0-20
5-10 5-20
No Kelompok
Kelas Ikatan
Gasoline Diesel
Light Crude
Heavy Crude
IFO Bunker
C
nes 5
Metals 30-250
100-500 100-
1000 100-
2000 6
Sulphur 0.02
0.1-0.5 0-2
0-5 0.5-2.0
2-4
Sumber: Fingas 2000
Komponen-komponen dari minyak bumi itu disebut juga dengan istilah fraksi-fraksi minyak bumi yang dapat dipisahkan satu dengan yang lain melalui
proses penyulingan atau destilasi secara bertingkat berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing komponennya Gambar 2.
Beberapa nama dari jenis minyak menurut Fingas 2000 yang digunakan dari hasil produk perminyakan adalah sebagai berikut:
1. Bensin gasoline, digunakan untuk bahan bakar mobil-mobil kecil. 2. Diesel diesel fuel, digunakan untuk bahan bakar kendaraan besar seperti
truk, kereta dan bis. 3. Minyak mentah ringanLight crude oil, banyak dihasilkan dari ladang
minyak di sebelah barat Kanada dan Louisiana. 4. Minyak mentah berat Heavy crude oil, banyak dihasilkan dari negara-
negara Arab dan California. 5. Minyak bakar intermediatIntermediate fuel oil, campuran dari residu
minyak berat dan diesel biasa digunakan untuk bahan bakar kapal. 6. Bunker CBunker fuel, residu berat bahan bakar dari sisa produksi bensin
dan diesel, sering juga disebut minyak bakar. 7. Emulsi minyak mentah Crude oil emulsion, emulsi air dalam minyak
pada minyak mentah fase medium.
Gambar 2 Fraksi destilasi minyak mentah Seager Stocker 1976
2.3.2 Karakteristik Minyak
Karakteristik minyak meliputi viskositas, densitas, spesifik gravitasi, kelarutan, titik bakar, titik tuang, fraksi destilasi, tegangan permukaan dan tekanan
uap. Emulsi minyak mentah memiliki nilai viskositas yang paling tinggi Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis ini mempunyai kecepatan alir yang lebih lambat jika
dibandingankan dengan jenis bensin. Kekentalan berpengaruh secara langsung terhadap kecepatan menyebar tumpahan minyak yang mengalami tumpahan di
perairan. Densitas sangat penting digunakan karena akan memberikan indikasi apakah minyak akan terapung dipermukaan air atau tenggelam ke dalam air jika
mengalami tumpahan. Karena densitas air sebesar 1.0 grcm
3
pada suhu 15°C dan kebanyakan minyak memiliki kisaran densitas sebesar 0.7-0.99 gcm
3
maka minyak akan terapung di permukaan air Fingas 2000.
Tabel 2 Karakteristik dari berbagai jenis produk minyak
Property Units
Gaso- line
Die- sel
Ligth Crude
Heavy Intermedi-
ate Fuel Oil
Bunker C
Crude Oil Emulsion
Viscosity mPa.s at
15°C 0.5
2 5-50
50 sd 50,000
1,000 sd 15,000
10,000 sd
50,000 20,000 sd
100,000 Density
gml at 0.72
0.84 0.78 sd
0.88 sd 0.94 sd
0.96 sd 0.95 sd
15°C 0.88
1.00 0.99
1.04 1.0
Flash Point °C
-35 45
-30 sd 30
-30 sd 60
80 sd 100 100
80 Solubility in
Water ppm
200 40
10 sd 50 5 sd 30
10 sd 30 1 sd 5
- Pour Point
°C -
-35 sd -
1 -40 sd
30 40 sd
30 -10 sd 10
5 sd 20 50
API Gravity 65
35 10 sd
30 10 sd 20
5 sd 15 10 sd 50
Interfacial Tension
mNm at °C
27 27
15 sd 30
25 sd 30 25 sd
35 -
Distillation Fractions
distilled at
100°C 70
1 2 sd 15
1 sd 10 -
- -
200°C 100
30 15 sd 40
2 sd 25 2 sd 5
2 sd 5 300°C
85 30 sd 60
15 sd 45
15 sd 25 5 sd 15
400°C 100
45 sd 85 25 sd
75 30 sd 40
15 sd 25
residual 15 sd 55
25 sd 75
60 sd 70 75 sd
85
Sumber: Fingas 2000
Kelarutan minyak dalam air dihitung dari seberapa banyak minyak yang terlarut di dalam kolom air pada skala molekuler. Tingkat kelarutan minyak dalam
air sangat penting dalam fraksi terlarut dari minyak berupa sifat toxic terhadap organisme di suatu perairan terutama dalam konsentrasi yang besar. Titik tuang
adalah suhu minyak dapat bertahan pada saat tumpah dari kapal. Titik tuang menggambarkan suhu dimana minyak apabila dituangkan dengan sangat perlahan
dapat bertahan digunakan sebagai indikator kestabilan dari minyak. Tekanan uap minyak adalah tekanan yang diukur pada bagian dari partisi
minyak antara fase cairan dan gas atau seberapa banyak uap minyak di dalam suatu ruang yang dapat diberikan pada suhu tetap. Tekanan uap minyak sangat
beragam karena minyak terdiri dari campuran berbagai komposisi dan berubah dengan cepat karena faktor cuaca. Tekanan uap minyak sulit sekali untuk diukur
dan jarang sekali digunakan sebagai parameter untuk mengkaji tumpahan minyak.
2.4 Proses-proses Fisik dan Kimia Minyak di Laut
Pada saat minyak tumpah baik di lingkungan perairan atau daratan, terdapat beberapa proses transformasi minyak yang terjadi dan disebut pula sebagai
perilaku dari minyak. Gerakan dan nasib dari tumpahan minyak di laut
dipengaruhi oleh proses fisika, kimia dan biologi bergantung pada sifat minyak, kondisi hidrodinamika, meteorologi dan lingkungan Egberongbe et al. 2006
Terdapat dua proses utama yaitu proses pelapukan minyak yang merupakan suatu urutan proses fisik dan kimia karakteristik minyak yang akan berubah ketika
minyak tumpah dan kedua adalah kelompok proses yang berkaitan dengan pergerakan minyak di suatu lingkungannya. Proses pelapukan dan pergerakan
minyak merupakan proses yang terjadi saling tumpang tindih bersamaan. Proses pelapukan sangat mempengaruhi bagaimana minyak bergerak di suatu lingkungan
dan sebaliknya. Proses-proses ini sangat tergantung jenis minyak yang tumpah dan kondisi cuaca sesaat dan setelah minyak tumpah.
2.4.1 Penyebarang
Sumber: ITOPF. 2007 tebal dari tiap band mengindikasikan berapa besar peranan dari tiap proses
Gambar 3 Perubahan tumpahan minyak mentah oleh proses pelapukan terhadap waktu.
Penyebaran tumpahan minyak di atas permukaan air dalam arah horizontal dipengaruhi oleh gravitasi, kelembaman, kekentalan dan gaya tegangan
permukaan Njobuenwu 2008. Pada Gambar 3 warna biru menyajikan bahwa penyebaran adalah proses yang paling signifikan selama proses awal terjadinya
tumpahan minyak di air yang meningkatkan luas daerah permukaan yang tergenang, dengan demikian meningkatkan transfer massa melalui penguapan dan
proses dissolusi. Kecenderungan dari tumpahan minyak untuk menyebar bergantung pada dua gaya fisika yang bekerja beriringan yaitu gaya gravitasi yang
menyebabkan minyak menyebar secara horizontal dan tegangan permukaan dari air laut. Gravitasi dan tegangan permukaan mempercepat proses penyebaran
sedangkan kekentalan dan kelembaman memperlambat proses penyebaran.
2.4.2 Penguapan
Gambar 3 warna kuning menyajikan bahwa penguapan dominan mempengaruhi perubahan sejak awal tumpahan minyak dan efektif berlangsung
dalam waktu satu minggu. Minyak mentah ringan dapat mengalami penguapan hingga 75, minyak mentah tengah mengalami penguapan hingga 40
sedangkan minyak mentah berat dapat mengalami pengupan hingga 10 beberapa hari setelah terjadinya tumpahan minyak Fingas 1994. Menurut Fingas 1994
menyatakan bahwa tingkat penguapan minyak meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin sampai pada waktu tertentu dengan membentuk fungsi
eksponensial Gambar 4
Gambar 4 Presentasi penguapan air dan minyak dalam berbagai variasi kecepatan angin Fingas 1994.