Sistematika Penulisan SANKSI HUKUMAN MATI BAGI PELAKU PIDANA PENYALAHGUNAAN

1. Zina 2. Qazaf menuduh orang berbuat zina 3. Meminum minuman keras 4. Mencuri 5. Hirabah merampok atau mengganggu keamanan 6. Murtad 7. Memberontak

B. Tindak Pidana Kisas Dan Diat

Tindak pidana kisas dan diat adalah tindak pidana yang diancamkan hukuman kisas dan diat 2 . Keduanya merupakan hak individu yang kadar jumlahnya telah ditentukan, yakni tidak memiliki batasan minimal ataupun maksimal. Maksud hak individu disini adalah sang korban boleh membatalkan hukuman tersebut dengan memaafkan si pelaku jika ia menghendakinya. Tindak pidana kisasdan diatini ada 5 lima macam: 1. Pembunuhan yang disengaja al-qatlul „amd 2. Pembunuhan yang menyerupai disengajaal-qatl syibhul’amd 3. Pembunuhan tersalah al-qatlul khata’ 4. Penganiayaan yang disengajaal-jinayah „ala maa dunanafsi khata’ 2 Diyat adalah denda yang diwajibkan kepada pembunuh yang sengaja merusak anggota badan seseorang dan dimaafkan. diyat merupakan denda berupa materi. Penganiayaan yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak sampai menghilangkan jiwa sang korban, seperti pemukulan dan pelukaan. Para fukaha terkadang mengistilahkan tindak pidana kisasdan diatdengan jinayah. Tetapi sebagian yang lain mengistilahkan dengan jirah dan juga yang mengistilahkannya dengan addima.

C. Narkotika Dikiaskan Dengan Khamer

Secara etimologi, khamr berasal dari kata “khamar” َرَمَخ yang bermakna satara َرَتَس , artinya menutupi. Sedang khammara َرّمَخ berarti memberi ragi. Adapun al- khamr diartikan arak, segala yang memabukkan. Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad seperti dikutip H.A. Djazuli, berpendapat bahwa yang dimaksud khamr adalah minuman yang memabukkan, baik disebut khamr atau dengan nama lain. Adapun Abu Hanifah membedakan antara khamr dan mabuk. Khamr diharamkan meminumnya, baik sedikit maupun banyak, dan keharamannya terletak pada dzatnya. Minuman lain yang bukan khamr tetapi memabukkan, keharamannya tidak terletak pada minuman itu sendiri dzatnya, tetapi pada minuman terakhir yang menyebabkan mabuk. Jadi, menurut Abu Hanifah, minum minuman memabukkan selain khamr, sebelum minum terakhir tidak diharamkan. 3 Syariat Islam mengharamkan khamr sejak empat belas abad yang lalu dan hal ini berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan anugerah Allah yang harus dipelihara sebaik-baiknya dan mulai orang non muslim menyadari akan manfaat diharamkannya khamr setelah terbukti bahwa khamr membawa madharat bagi bangsa. 4 3 Rahmat Haklim, Hukum Pidana Islam Bandung: Pustaka Setia. 2000, h. 95 4 Djazuli, Fiqih jinayah Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2000, h. 95