Artinya: “Menolak kerusakan itu didahulukan dari pada menarik kebaikan.”
Senada dengan kaedah tersebut, jika seseorang menggunakan narkoba atau obat- obatan terlarang untuk kepentingan pengobatan,penelitian dsb, namun jika
dikosumsinya atau penggunaanya itu dengan berlebihan dan dapat menimbulkan mudharat bahaya bagi banyak orang, maka yng demikian itu harus ditinggalkan
demi kemaslahatan bersama.
أ ض
ي ز
ا
10
Artinya:” Dharar bahaya itu harus dihilangkan”
11
. Kaidah ini memberikan pengertian bahwa manusia harus dijauhkan dari idhrar
tidak menyakiti, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain, dan tidak semestinya ia menimbulkan bahaya menyakiti pada orang lain.
Mengingat penggunaan narkoba dan sejenisnya dapat merugikan diri sandiri bahkan orang lain maka dari itu mengonsumsinya itu sangat dilarang oleh agama
karena berdasrkan kaedah tersebut.
ي ح
ض ا ا
صا ف
ع ض ا
ا ع
ا
12
Artinya: “Bahaya yang bersifat khusus itu harus ditanggung untuk mengiliminir
bahaya yang bersifat umum”
9
Zainuddin Ibn Ibrahim ibn Nujaim, Al-Ashbah wa Al- Nazhaa’ir Damascus: Dar al-Qalam,
1991, h. 235
10
Muhammad shidqi ibnu ahmad, Al-wajiz fi idlah qawa’id al-fiqhiyyah al-kulliyyahArrisalah
al’ilmiyah : 1996, h.41
11
Prof. Dr. Nashr Farid Muhammad Washi, Qawaid Fiqhiyyah. Jakarta: Amzah, 2009 h. 17
12
„Ali ahmad an-nadwi, alqowa’id Alfiqhiyah, Cet ke 3, Darrul Qolam : 1994, h.322
Contoh penerapannya :Jika ada sebuah rumah yang memiliki pohon dengan dahan dan ranting yang tumbuh lebat hingga mengganggu para pengguna jalan, maka dahan dan
ranting yang mengganggu itu wajib untuk dipotong.Sebab, meski dalam pemotongan tersebut terdapat resiko kerugian bagi si pemilik pohon, hanya saja kerugian tersebut adalah
kerugian atau bahaya khusus.Dan gangguan pengguna jalan adalah bahaya umum.Dan bahaya khusus harus ditempuh dan ditanggung demi menolak bahaya umum.
2. Pendapat Para Ulama Atau Fuqoha
Narkoba adalah masalah baru, yang belum ada masa imam-imam mazhab yang empat.Narkoba baru muncul di Dunia Islam pada akhir abad ke-6
hijriyah.namun demikian tak ada perbedaan di kalangan ulama mengenai haramnya narkoba dalam berbagai jenisnya, baik itu ganja, opium, morfin, mariyuana, kokain,
ecstasy, dan sebagainya. Sebagian ulama mengharamkan narkoba karena diqiyaskan dengan haramnya khamr, karena ada kesamaan illat alasan hukum yaitu sama-sama
memabukkan muskir. Namun menurut kami, yang lebih tepat adalah pendapat yang mengatakan, haramnya narkoba bukan karena diqiyaskan dengan khamr, melainkan
karena dua alasan;Pertama, ada nash yang mengharamkan narkoba, Kedua, karena menimbulkan bahaya dharar bagi manusia. Inilah pendapat Syaikh Wahbah Zuhaili
dalam kitabnya Al Fiqh Al Islamywa Adillatuhu, juz IV, hlm. 177. oleh krena itu Mengingat ketidakseimbangan antara manfaat yang ditimbulkan
oleh narkoba pada satu sisi dan besarnya bahaya yang ditimbulkan pada sisi yang lain, maka hukum Islam secara tegas menyatakan bahwa penyalahgunaan narkoba
harus diberikan hukuman yang sesuai dengan apa yang dilakukannya. Narkoba dengan berbagai jenis, bentuk dan nama yang telah diidentifikasi pengaruhnya
terhadap akal pikiran dan fisik, maka sanksi hukumannya dikategorikan ke dalam khamr, yang secara tegas dan keras dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Sementara yang berkaitan dengan ringan beratnya hukuman bagi pemakai khamr tidak disebutkan dalam Alquran tetapi hanya disebutkan dalam petunjuk al-Sunnah
Nabi Muhammad, yaitu: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin „Ammar,
Telah menceritakan kepada kami Syuaib bin Ishak, Telah menceritakan kepada kami Saîd bin Abî „Arubah bin Bahdalah dari Zakwan Abî Shâlih dari Mu’awiyah bin Abî
Sufyân bahwa Rasulullah telah bersabda: “Apabila mereka meminum khamr, maka hendaklah kamu derajilid, kemudian jika minum lagi maka deralah ia, kemudian jika
minum lagi deralah ia, kemudian minum lagi maka bunuhlah.” H.R. Ibn Mâjah
13
Tsaur ibn Zaid al- Daili berkata bahwa „Umar bin Khattab meminta pendapat
tentang khamr yang dikonsumsi manusia. „Ali bin Abi Thalib berkata: “Hendaknya engkau mencambuknya sebanyak 80 kali, karena ia meminum yang memabukan. Jika
ia telah mabuk, maka ia bicara tidak karuan dan sudah bicara tidak karuan maka ia berbohong”.Kemudian „Umar bin Khattab menentukan bahwa hukuman bagi
peminum khamr adalah 80 kali cambuk Menyikapi hadis di atas, para ulama bersepakat bahwa bagi para peminum
khamr dikenakan had berupa hukuman dera atau cambuk, baik sedikit ataupun banyak.
14
Tetapi para ulama berbeda pendapat mengenai berat ringannya sanksi hukum tersebut.Dari kalangan mazhab Mâlikiyah dan Hanâfiyah berpendapat bahwa
peminum khamr dikenakan sanksi 80 kali cambuk, sementara itu dari mazhab Syâfi’iyah menyatakan bahwa peminum khamr diberikan sanksi cambuk 40
13
Ibn Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah, Bayrut: Dâr al Fikr, 1415 H.1995 M., h. 6
14
Ibn Rusyd, Bidâyatul Mujtahid, II, Bayrut: Dâr al-Fikr, 1995, h.364