Pendapat Para Ulama Atau Fuqoha
Imam Syâfi’î, menanggapi bahwa sanksi 80 kali cambuk itu merupakan had, tetapi hanya sebagai ta’zîr karena hukuman had bagi peminum khamr sebanyak 40
kali cambuk seperti yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW. Perbedaaan hukuman ta’zîr dengan hukuman had, menurut Imam al-
Mawârdi
16
yaitu memberikan sanksi ta’zîr kepada orang yang sering melakukan kejahatan, sedangkan dalam hukuman had tidak ada perbedaan. Dalam hukuman had
tidak boleh diberikan maaf, sedangkan dalam ta’zîr ada kemungkinan pemberian maaf. Hukuman Had itu memungkinkan bisa menimbulkan kerusakan tubuh dan jiwa
terhukum, sedangkan dalam hukuman ta’zîr terhukum tidak boleh sampai mengalami kerusakan itu.
Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan penyalahgunaan narkoba, seperti diketahui mempunyai akibat dan dampak yang lebih luas dan bahkan lebih berbahaya
dari khamr itu sendiri. Apalagi jika over dosis akan mengakibatkan kematian bagi pemakainya. Selain itu pula akan menimbulkan tindakan-tindakan pidana yang
destruktif, seperti pencurian, perkosaan, pembunuhan dan sebagainya. Berdasarkan ketentuan hukum di atas, baik had maupun ta’zîr, penyalahgunaan narkoba dengan
segala pertimbangan yang diakibatkannya cukup kompleks. Sehingga menurut analisis penulis melalui analisa qiyas dengan khamr, maka
penyalahgunaan narkoba dapat dikenakan gabungan sanksi hukuman yaitu hukuman
16
al-Mawardi, al-Ahkâm al-Sulthâniyyah, h. 237-238.
had dan ta’zîr. Mengenai penggabungan antara had dan ta’zîr ini, para ulama pada umum-nya membolehkan selama memungkinkan. Misalnya dalam mazhab Mâlikî
dan Syâfi’î menggabungkan hukuman bagi peminum khamrpemakai narkoba yaitu dengan me-nambahkan 40 kali cambukan.
17
Sementara Syekh Wahbah Az- Zuhaili dalam Al-fiqh Al- IslamyWa Adillatuhu beliau Berkata: Orang yang kejaahtannya dimuka bumi tidak dapat dihentikan
kecuali dengan dibunuh maka ia harus dibunuh; mislanya orng yang memecah belah jamaah kaum muslimin dan orangyang mengajak kebid’ahan dalam agama, Nabi
memerintahkan agar membunuh orang yang sengaja berdusta atas namanya. Nabi ditanya oleh Dailam al-Himyari dalam riwayat Ahmad dalam Musnadnya tentang
orang yang tidak mau berhenti minum khamr pada kali keempat minum keempat kali seteklah diingatkan; beliau ber
sabda: “jika mereka tidak mau meninggalkan tidak mau berhenti mium, maka bunuhlah”. Kesimpulannya: Boleh menjatuhkkan
hukuman mati sebagai siyasah politik hukum kepada orang yang selalu melakukan kejahatan tindak pidana, peminum khamar, pelaku kejahatan berupa gangguan
terhdap keamanan Negara, dan sebagainya
18
Menurut Yusuf Qardhawi, seluruh pemerintahan negara memerangi narkotika dan menjatuhkan hukuman yang sangat berat kepada yang mengusahakan
dan mengedarkannya. Sehingga pemerintahan suatu negara yang memperbolehkan khamr dan minuman keras lainnya sekalipun, tetap memberikan hukuman berat
kepada siapa saja yang terlibat narkotika.Bahkan sebagian negara menjatuhkan hukuman mati kepada pedagang dan pengedarnya.Hukuman ini memang tepat dan
benar, karena pada hakikatnya, para pengedar itu membunuh bangsa-bangsa demi
17
H. A. Djazuli, Fiqh Jinâyah Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, h.162.
18
Wahbah al- Zuhaili, Al-fiqh al-Islamy Wa Adillatuhu, juz 7 Damsyiq: Dar al- Fikr, 2004, h. 55
mengeruk kekayaan.Oleh karena itu, mereka lebih layak mendapatkan hukuman qishas dibandingkan orang yang membunuh seorang atau dua orang manusia.
19
3. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tentang Hukuman Bagi
Produsen, Bnadar, Pengedar, Dan Penyalahguna Narkoba pada Tnggal 9-12 Sya;ban 1433 H29 Juni-2 Juli 2012 M.
4. Keputusan Munas VII MUI Tahun 2005 tentang Hukuman Mati Dalam Tindak
Pidana Tertentu. 5.
Fatwa MUI tahun 1976 tentang Penyalahgunaan Narkotika, dan fatwa MUI Tahun 1996 tentang penyalahgunaan ectasy dav Zat-Zat jenis Lainnya