al-Qur’an Sumber Dan Dalil Hukum Istinbath Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI

Sedangkan menurut istilah ushuliyyah adalah segala sesuatu yang diterima nabi selain Al quran baik berupa ucapan, perbuatan maupun penetapan.Dalam hal ini Sunnah adalah sumber hukum kedua setelah Al Quran. 2 Beberapa Hadits Nabi yang dijadikan sandaran hukum pada penetapan sanksi dan pelarangan mengkosumsi zat yang memabukkan danatau merusak, antara lain: ح ث ا س ح ث ا ا ح ث ق ا ا ع ا س ق ا ج ا ب ي ص ه ى ع ي س ف ي ا ب ا ي ا ع ا ج ا ب ب ا ب ع ي ا خ ج ا ب ا ف ي ك ا ا ح ب ا ا ض ب ا ي ا ع ا 3 Artinya: Anas, dia berkata: Nabi saw mencambuk dalam perkara khamar dengan pelapah kurma dan dengan sandal. Abu bakar mencambuk dalam perkara khamar sebanyak 40 kali. HR. Bukhari dan Muslim ح ث إ ا س ح ا ب إ ب ا ي أ ب ب ب إ س ح ا ك ، ل ع ا ب ع ب ا ح : ث ب ا ج حي : أ خ ب ي س ب ا ى ع ق ب ع ا ف ع ،ع ا ب ع ، أ س ه ص ه ى ع ي س ك : اق س خ ، ك س ح ا 4 Artinya: telah menyampaikan kepada kami ishaq bin Ibrahim , dan Abu Bakar bin Ishaq, keduanya menyampaikan, dari rauh bin Ubadah, telah menyampaikan kepada kami Juraih: telah mengabarkan k epada aku musa bin „Uqbah dari Nafi’, Dari Ibnu „Umar Seseungguhnya Rosulullah SAW berkata: “ seegala yang memabukkan itu Khamer, dan setiap yang mem abukkan itu haram” H.R. Muslim 2 Suwarjin, Ushul Fiqh Yogyakarta: Teras, 2012 h. 62 3 Muhammad fuad abdul baqi, Al- lu’lu wal marjan, jakarta:pustaka as-sunnah, 2008 h. 138 4 Muslim bin Al Hajj al-Qusyairy an-Naisaburi,Shohih Muslim, No:5211, Almahira, Jakarta:2013 h. 285 ح ث ق ا ي ب ح : ث إ ا س ا ع ي ي ع ي ا ب ج ع ف ع ، َ ا با ب ب أ ب ي ف ا ا ع ، ح ب ا ع ، ج ا ب : س ع ه ى ص ه س اق : اق ه بع ب ا سا ك ث ي ف ق ي ح ا 5 Artinya:telahmenyampaikan kepada kami qutaibah: Telah menyampaikan kEepada kami Isma’il ya’ni bin Ja’far, dari Daud bin Abau bakar bin Abi Al furot, dari Muhammad bin Al- Mukandar dari Jabir bin „Abdullah berkata: Telah berkata Rosulullah SAW: “ sesuatu yang jika banyak itu memabukkan, maka sedikitnya adalah haram“.HR. Abu Daud 6 ع ش با ح ش ب ق ا س : ع ا س ق : ى س ع س ي ع ه ى ص ه ك س ف 7 Artinya:Dari Sahr bin Hausyab berkata: Aku telah mendengar Dari Ummu Salamah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam melarang dari segala yangmemabukkan dan mufattir yang membuat lemah”HR. Abu Daud ع ع ف ي ي ق ص ا ب ع ق ب ج : س ف س ي ع ه ى ص ه ا ي أ ب ع ي ، أ ب ب أ ب ع ي ، ع ث ا ي ك س أ ا ح ب إ ي س ا 8 Artinya: Dari’Ali dalam kisah Walid Bin „Uqbah bahwa Rosulullah SAW telah mencambuk bagi peminum khamrpecandu Narkoba 40 kali, Abû Bakar mencambuk 40 kali, dan „Umar mencambuk 80 kali, kesemuannya itusunnah daninilah yang lebih saya senangi yaitu 80 kali”. HR. Muslim.

C. Metode Istinbath Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI No:53 Tahun 2014

1. Qaidah Fiqhiyyah

ء ا ف سا ق ع ى ج ب ا ص ا ح 9 5 Abu Daud Sulaiman bin Sulaiman bin al- Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, SunanAbu Dawud, Almahira, Jakarta:2013 h. 776 7 Abu Daud Sulaiman bin Sulaiman bin al- Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, SunanAbu Dawud, Almahira, Jakarta:2013 h. 777 8 Musim Al-Hajjaj, Shohih Muslim, bab haddul Khomri, hadits ke-268, bayrut: Darul ihya Atturots Al ’Araby, 2010, h. 1331 Artinya: “Menolak kerusakan itu didahulukan dari pada menarik kebaikan.” Senada dengan kaedah tersebut, jika seseorang menggunakan narkoba atau obat- obatan terlarang untuk kepentingan pengobatan,penelitian dsb, namun jika dikosumsinya atau penggunaanya itu dengan berlebihan dan dapat menimbulkan mudharat bahaya bagi banyak orang, maka yng demikian itu harus ditinggalkan demi kemaslahatan bersama. أ ض ي ز ا 10 Artinya:” Dharar bahaya itu harus dihilangkan” 11 . Kaidah ini memberikan pengertian bahwa manusia harus dijauhkan dari idhrar tidak menyakiti, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain, dan tidak semestinya ia menimbulkan bahaya menyakiti pada orang lain. Mengingat penggunaan narkoba dan sejenisnya dapat merugikan diri sandiri bahkan orang lain maka dari itu mengonsumsinya itu sangat dilarang oleh agama karena berdasrkan kaedah tersebut. ي ح ض ا ا صا ف ع ض ا ا ع ا 12 Artinya: “Bahaya yang bersifat khusus itu harus ditanggung untuk mengiliminir bahaya yang bersifat umum” 9 Zainuddin Ibn Ibrahim ibn Nujaim, Al-Ashbah wa Al- Nazhaa’ir Damascus: Dar al-Qalam, 1991, h. 235 10 Muhammad shidqi ibnu ahmad, Al-wajiz fi idlah qawa’id al-fiqhiyyah al-kulliyyahArrisalah al’ilmiyah : 1996, h.41 11 Prof. Dr. Nashr Farid Muhammad Washi, Qawaid Fiqhiyyah. Jakarta: Amzah, 2009 h. 17 12 „Ali ahmad an-nadwi, alqowa’id Alfiqhiyah, Cet ke 3, Darrul Qolam : 1994, h.322