31 penerimaan sebesar Rp.13,05 juta dan pengeluaran sebesar Rp.7,22 juta, dengan
demikian keuntungan yang didapatkan per tahun adalah sebesar Rp.5,83 juta per tahun. Sedangkan pada luas olahan 16 hektar per tahun, penggunaan mesin akan
memiliki penerimaan sebesar Rp.15,45 juta dan pengeluaran sebesar Rp.8,18 juta, dengan demikian keuntungan yang didapatkan per tahun adalah sebesar Rp.7,63 juta.
Nilai untuk keseluruhan luas olahan lahan dapat dilihat pada Lampiran 5. Biaya pokok dan biaya total pada penggunaan kerbau lebih tinggi daripada biaya
pokok dan biaya total pada penggunaan mesin. Meski demikian, seperti sebelumnya disebutkan, kerbau memiliki potensi manfaat tambahan dalam bentuk pertambahan
nilai karena pertambahan bobot tubuh, produksi biogas dan produksi pupuk. Dengan memasukkan manfaat tambahan ini sebagai penerimaan, pada luas olahan lahan 11
hektar per tahun, penggunaan kerbau untuk pengolahan lahan sawah akan memberikan keuntungan Rp. 7,22 juta per tahunnya, sedang pada level yang sama,
mesin hanya mampu memberikan keuntungan sebesar Rp.1,3 juta saja. Tetapi, tanpa memasukkan manfaat tambahan sebagai penerimaan, penggunaan kerbau
menunjukkan nilai keuntungan tahunan yang negatif, yaitu sebesar Rp.-1,94 juta, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan kerbau merugikan bila kerbau hanya
digunakan untuk pengolahan lahan saja. Nilai kerugian ini cenderung untuk berkurang dengan bertambah luasnya olahan lahan per tahun, pada luas olahan lahan per tahun
16 hektar per tahun, kerugian yang diderita hanya sebesar Rp.502 ribu saja.
C. Analisis Energi Pengolahan Tanah Dengan Menggunakan Tenaga Mesin
dan Tenaga Kerbau
Selain analisis ekonomi, dilakukan juga analisis energi untuk melihat besarnya perbandingan energi yang digunakan dalam pengolahan tanah dengan menggunakan
traktor dan kerbau. Pada analisis energi penggunaan mesin untuk pengolahan lahan, digunakan
beberapa data dan asumsi. Konsumsi bahan bakar per jam diasumsikan 1ltjam, sama dengan asumsi yang digunakan pada analisis teknoekonomi, dengan demikian, dengan
jam kerja per hari 8 jamhari dan jumlah hari kerja per hektar adalah 3 hari per hektar, maka jumlah konsumsi bahan bakar per hektar adalah sebesar 24 liter.
Jumlah pelumas yang digunakan per jam juga analog dengan nilai pada analisis teknoekonomi, yaitu 0,02 ltjam, sehingga, dengan cara yang sama seperti pada
32 perhitungan konsumsi bahan bakar, jumlah konsumsi pelumas per hektar adalah
sebesar 0.48 ltha. Input atau masukan pada analisis energi penggunaan mesin hanya terdiri dari
tenaga tarik. Dengan berdasarkan pada jumlah daya mesin sebesar 6 HP, maka dengan koefisien dari McColly dan Martin 1955 sebesar 0,85, nilai draw bar HP mesin yang
digunakan adalah sebesar 0,85 × HP, yaitu sebesar 5,1 HP. Dengan jumlah jam kerja per hektar sebesar 24 jam, maka besarnya tenaga tarik adalah 115,2 kWh.
Dengan tidak memperhitungkan embodied energy pada traktor dan alat-alat tambahan yang digunakan, analisis energi pada traktor menunjukkan bahwa traktor
mengkonsumsi energi sebesar 1086,45 MJ untuk mengolah lahan seluas 1 hektar. Komposisi dari masukan energi pada traktor dapat dilihat seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Neraca energi dalam penggunaan traktor dalam pengolahan lahan seluas satu hektar.
Item Jumlah Satuan Jumlah
Energi per satuan
MJsatuan per hektar
MJha
Input
Bahan bakar solar 24 liter
43
1
1032,00 95,5 Pelumas
0,48 liter 40,433
2
19,41 1,6 Operator
24 jam 1,46
3
35,04 2,9
Total
1086,45
Output
Tenaga tarik 115,2 kWh
3,6
4
414,72 100
Total 414,72
Selisih
671,73
Efisiensi 38,17
1
Campbell 1983
2
USDE 2002
3
Irwanto 1996
4
Tipler 1991 Sedangkan pada penggunaan kerbau, juga tanpa memperhitungkan nilai
embodied energy pada kerbau dan alat-alat tambahan, analisis energi menunjukkan bahwa sepasang kerbau mengkonsumsi energi sebesar 4542,56 MJ untuk mengolah
lahan seluas 1 hektar. Komposisi dari masukan energi pada kerbau dapat dilihat seperti pada Tabel 3. Berbeda dengan traktor, kerbau memiliki hasil sampingan
berupa kotoran yang memiliki potensi energi tersendiri, tergantung dari cara mengolahnya. Jika tiap 2 m
3
biogas memiliki nilai energi setara dengan 36 MJ
33 Reksowardojo dan Soerawidjaja, 2006 dapat diasumsikan bahwa setiap kilogram
kotoran mengandung 0,558 MJ. Berdasarkan nilai ini, dapat dihitung bahwa selama mengelola lahan seluas 1 hektar kerbau dapat menghasilkan energi dalam bentuk
biogas sebesar 585,9 MJ. Selain biogas, juga dihasilkan pupuk organik Dengan manggunakan asumsi yang sama seperti pada analisis teknoekonomi,
selama mengolah lahan 1 hektar, dapat dihasilkan pupuk N dengan nilai energi setara 266,36 MJ, pupuk P
2
O
5
dengan nilai energi setara 38,56 MJ dan pupuk K
2
O dengan nilai energi setara 35,36 MJ.
Tabel 3. Neraca energi dalam penggunaan kerbau untuk pengolahan lahan seluas satu hektar
Item Jumlah Satuan Jumlah
Energi per satuan
MJsatuan per hektar
MJha
Input
Rumput 875 kg
5,01 4383,75 96,5
Pengadaan rumput 26,25 jam
1,7 44,63 1,0
Operator 78,75 jam
1,45 114,19 2,5
total 4542,56
Output
Tenaga tarik 78,8 kWh
3,6 283,50 23,4
Biogas 32,55 m
3
18 585,90 48,4
Pupuk N 6,342 kg
42 266,36 22,0
Pupuk P
2
O
5
2,142 kg 18
38,56 3,2 Pupuk K
2
O 4,4205 kg
8 35,36 2,9
total 1209,68
Selisih
3332,88
Efisiensi 26,63
Küsters and Lammel 1999 Perhitungan di atas berdasarkan pada anggapan bahwa kotoran dan urin yang
bisa dikumpulkan hanyalah yang dikeluarkan di dalam kandang dan kerbau kebanyakan berada di luar kandang pada siang hari, maka perlu diukur banyaknya
produksi kotoran dan urin kerbau pada saat di dalam kandang. Nilai yang didapat dari pengukuran adalah rata-rata 12 kg kotoran dan 4,5 liter urin setiap malamnya. Gambar
15 diambil saat kotoran dan urin diukur berat dan volumenya. Input tenaga pada pengolahan tanah menggunakan kerbau ternyata
membutuhkan energi yang lebih besar daripada penggunaan traktor, dan efisiensi penggunaan tenaga kerbau untuk tenaga tarik juga jauh lebih kecil daripada traktor,
34 yaitu 26,63 untuk kerbau dan 38,17 untuk traktor. Meski demikian, perlu
dicermati juga bahwa input terbesar pada kerbau rumput; 96,5 dan traktor solar; 95,47 adalah sumber energi yang sama sekali berbeda. Rumput adalah biomassa
yang merupakan sumber energi terbarukan sedangkan solar adalah sumber energi tidak terbarukan. Selain itu, tenaga kerbau juga dapat menghasilkan energi dalam
bentuk pupuk organik, keberadaan pupuk ini, meski tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan nilai input energi pada kerbau, dapat membantu mengurangi
biaya yang harus dikeluakan petani dalam penggunaan pupuk di lapangan dengan mensubstitusi penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk organik.
Gambar 15. Pengukuran feses dan urine yang dihasilkan selama di dalam kandang
D. Model Pengolahan Lahan dengan Menggunakan Tenaga Kerbau