PARTAI KOMUNIS INDONESIA GAMBARAN UMUM FILM PENGKHIANATAN G 30 S PKI
Sarekat Islam. Banyak anggota SI seperti dari Surabaya, Semaun dan Darsono dari Solo tertarik dengan ide-ide Sneevliet. Sebagai hasil dari
strategi Sneevliet akan blok dalam, banyak anggota SI dibujuk untuk mendirikan revolusioneris yang lebih dalam Marxis-didominasi Sarekat
Rakjat. ISDV terus bekerja secara klandestin. Meluncurkan publikasi lain,
Soeara Rakyat. Setelah kepergian paksa beberapa kader Belanda, dalam kombinasi dengan pekerjaan di dalam Sarekat Islam, keanggotaan telah
berpindah dari mayoritas Belanda ke mayoritas Indonesia. Pada tahun 1919 hanya memiliki 25 anggota Belanda, dari total anggota yang kurang
dari 400. Pada Kongres ISDV di Semarang Mei 1920, nama organisasi ini
diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia PKH. Semaun adalah ketua partai dan Darsono menjabat sebagai wakil ketua. Sekretaris,
bendahara, dan tiga dari lima anggota komite adalah orang Belanda. PKH adalah partai komunis Asia pertama yang menjadi bagian dari Komunis
Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai pada kongres kedua Komunis Internasional 1921.
Pada periode menjelang kongres keenam Sarekat Islam pada tahun 1921, anggota menyadari strategi Sneevliet dan mengambil langkah untuk
menghentikannya. Agus Salim, sekretaris organisasi, memperkenalkan sebuah gerakan untuk melarang anggota SI memegang keanggotaan dan
gelar ganda dari pihak lain di kancah perjuangan pergerakan indonesia. Keputusan tersebut tentu saja membuat para anggot komunis kecewa dan
keluar dari partai, seperti oposisi dari Tan Malaka dan Semaun yang juga keluar dari gerakan karena kecewa untuk kemudian mengubah taktik
dalam perjuangan pergerakan indonesia. Pada saat yang sama, pemerintah kolonial Belanda menyerukan tentang pembatasan kegiatan politik, dan
Sarekat Islam memutuskan untuk lebih fokus pada urusan agama, meninggalkan komunis sebagai satu-satunya organisasi nasionalis yang
aktif. Bersama Semaun yang berada jauh di Moskow untuk menghadiri
Far Eastern Labor Conference pada awal 1922, Tan Malaka mencoba untuk mengubah pemogokan terhadap pekerja pegadaian pemerintah
menjadi pemogokan nasional untuk mencakup semua serikat buruh Indonesia. Hal ini ternyata gagal, Tan Malaka ditangkap dan diberi pilihan
antara pengasingan internal atau eksternal. Dia memilih yang terakhir dan berangkat ke Rusia.
Pada Mei 1922, Semaun kembali setelah tujuh bulan di Rusia dan mulai mengatur semua serikat buruh dalam satu organisasi. Pada tanggal
22 September, Serikat Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia Persatuan Vakbonded Hindia dibentuk.
Pada kongres Komintern kelima pada tahun 1924, ia menekankan bahwa prioritas utama dari partai-partai komunis adalah untuk
mendapatkan kontrol dari persatuan buruh karena tidak mungkin ada revolusi yang sukses tanpa persatuan kelas buruh ini. Pada 1924 nama
partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia PKI.
Sukarno bersikap seimbang terhadap PKI. Para militer, faksi nasionalis, dan kelompok-kelompok Islam terancam oleh pertumbuhan dan dukungan
rakyat terhadap PKI. Pertumbuhan dan pengaruh PKI fokus terhadap Amerika Serikat sebagai anti-komunis dan kekuatan anti-komunis Barat
lainnya. Karena situasi politik dan ekonomi pada saat itu menjadi lebih tidak stabil; inflasi tahunan mencapai lebih dari 600 persen dan kondisi
hidup bagi masyarakat Indonesia memburuk. PKI dirasakan oleh kalangan politik, beberapa bulan menjelang
Peristiwa G30S, makin kuat. Sehingga para pesaing PKI mulai khawatir PKI akan memenangkan pemilu berikutnya. Gerakan-gerakan untuk
menentang PKI mulai bermunculan, dan dipelopori oleh Angkatan Darat. Pada Desember 1964, Chaerul Saleh dari Partai Murba dibentuk oleh
mantan pemimpin PKI Tan Malaka menyatakan bahwa PKI sedang mempersiapkan kudeta. PKI menuntut larangan Partai Murba, tuntutan itu
dipaksakan kepada Soekarno pada awal 1965. Dalam konteks Konfrontasi dengan Malaysia, PKI menyerukan untuk mempersenjatai rakyat.
Sebagian besar pihak dari tentara Angkatan Darat melarang hal ini. Sikap Soekarno tetap secara resmi untuk tidak terlalu mengambil komitmen atas
hal tersebut karena dalam konteks Konfrontasi dengan Malaysia seperti PKI. Pada bulan Juli sekitar 2000 anggota PKI mulai menggelar pelatihan
militer di dekat pangkalan udara Halim. Terutama dalam konsep mempersenjatai rakyat yang telah memenangkan banyak dukungan di
antara kalangan militer Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Pada tanggal 8 September demonstran PKI memulai untuk pengepungan selama dua
hari di Konsulat AS di Surabaya. Pada tanggal 14 September, Aidit mengalamatkan kepada gerilyawan PKI untuk mendesak anggota agar
waspada dari hal-hal yang akan datang. Pada 30 September Pemuda Rakyat dan Gerwani, kedua organisasi PKI terkait menggelar unjuk rasa
massal di Jakarta terhadap krisis inflasi yang melanda. Pada malam 30 September dan 1 Oktober 1965, enam jenderal
senior Indonesia dibunuh dan mayat mereka dibuang ke dalam sumur. Pembunuh para jenderal mengumumkan keesokan harinya bahwa Dewan
Revolusi baru telah merebut kekuasaan, yang menyebut diri mereka Gerakan 30 September G30S. Dengan banyaknya jendral tentara
senior yang mati atau hilang, Jenderal Suharto mengambil alih kepemimpinan tentara dan menyatakan kudeta yang gagal pada 2 Oktober.
Tentara dengan cepat menyalahkan upaya kudeta PKI dan menghasut dengan kampanye propaganda anti-Komunis di seluruh Indonesia. Bukti
yang mengaitkan PKI untuk pembunuhan para jenderal tidak meyakinkan, yang mengarah ke spekulasi bahwa keterlibatan mereka sangat terbatas,
atau bahwa Suharto mengorganisir peristiwa, secara keseluruhan atau sebagian,
dan mengkambinghitamkan
kepada komunis.
Dalam pembersihan anti-komunis melalui kekerasan berikutnya, diperkirakan
500.000 komunis atau dicurigai dibunuh, dan PKI secara efektif dihilangkan lihat Pembantaian di Indonesia 1965–1966. Jenderal Suharto
kemudian mengalahkan Sukarno secara politik dan diangkat menjadi presiden pada tahun 1968, karena mengkonsolidasikan pengaruhnya atas
militer dan pemerintah.
Pada tanggal 2 Oktober basis Halim berhasil ditangkap oleh pihak tentara. Harian Rakyat mengambil isu pada sebuah artikel yang berisi untuk
mendukung kudeta G30S, tetapi spekulasi kemudian bangkit mengenai apakah itu benar-benar mewakili pendapat dari PKI. Sebaliknya
pernyataan resmi PKI pada saat itu adalah bahwa upaya G30S merupakan urusan internal di dalam angkatan bersenjata mereka. Pada tanggal 6
Oktober kabinet Sukarno mengadakan pertemuan pertama sejak 30 September. Menteri PKI hadir. Sebuah resolusi mengecam G30S
disahkan. Njoto ditangkap langsung setelah pertemuan itu. Presiden Soekarno berkali-kali melakukan pembelaan bahwa PKI tidak
terlibat dalam peristiwa sebagai partai melainkan karena adanya sejumlah tokoh partai yang bertindak di luar kontrol dan terpancing oleh insinuasi
Barat, dan karena itu Soekarno tidak akan membubarkan PKI. Kemudian, pimpinan dan sejumlah perwira Angkatan Darat memberi versi
keterlibatan PKI sepenuhnya, dalam penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira pertama Angkatan Darat pada tengah malam
30 September menuju dinihari 1 Oktober 1965. Versi ini segera diterima secara umum sesuai fakta kasat mata yang terhidang dan ditopang
pengalaman buruk bersama PKI dalam kehidupan sosial dan politik pada tahun-tahun terakhir. Hanya saja harus diakui bahwa sejumlah perwira
penerangan telah menambahkan dramatisasi artifisial terhadap kekejaman, melebihi peristiwa sesungguhnya in factum. Penculikan dan kemudian
pembunuhan para jenderal menurut fakta memang sudah kejam, tetapi dramatisasi dengan pemaparan yang hiperbolis dalam penyajian, telah
memberikan efek mengerikan melampaui batas yang mampu dibayangkan semula. Dan akhirnya, mengundang pembalasan yang juga tiada taranya
dalam penumpasan berdarah antar manusia di Indonesia. Manifestasi besar diadakan di Jakarta dua hari kemudian, menuntut
pelarangan PKI. Kantor utama milik PKI dibakar. Pada tanggal 13 Oktober organisasi Islam Ansor mengadakan aksi unjuk rasa anti-PKI di
seluruh Jawa. Pada tanggal 18 Oktober sekitar seratus PKI dibunuh oleh pihak Ansor. Pemusnahan secara sistematis untuk partai telah dimulai.
Antara 300.000 sampai satu juta orang Indonesia dibunuh dalam pembunuhan massal yang digelar. Para korban termasuk juga non-
komunis yang dibunuh karena kesalahan identitas atau kesalahan oleh asosiasi. Namun, kurangnya informasi menjadi tidak mungkin untuk
menentukan angka pasti dari jumlah korban yang dibunuh. Banyak para peneliti hari ini menjelaskan korban yang dibunuh antara 200.000 sampai
500.000 orang. Meskipun motif pembunuhan tampaknya bernuansa politik,
beberapa ahli berpendapat bahwa kejadian tersebut disebabkan oleh keadaan panik dan ketidakpastian politik. Bagian dari kekuatan anti-
komunis yang bertanggung jawab atas pembantaian terdiri dari para pelaku tindak kriminal seperti para preman, yang telah diberi izin untuk
terlibat dalam tindakan yang tidak masuk akal berupa kekerasan. Motif lain yang terjadi juga telah dieksplorasi.
Di tingkat internasional, Kantor Berita RRT Republik Rakyat Tiongkok, Xinhua, memberikan versi bahwa Peristiwa 30 September
1965 adalah masalah internal Angkatan Darat Indonesia yang kemudian diprovokasikan oleh dinas intelijen Barat sebagai upaya percobaan kudeta
oleh PKI. Di antara daerah-daerah yang terkena dampak terburuk adalah
pulau Bali, di mana PKI telah berkembang pesat sebelum tindakan kerasasan. Pada tanggal 11 November bentrokan meletus antara PKI dan
PNI, yang berakhir dengan pembantaian terhadap anggota dan simpatisan yang dituduh PKI. Jika banyak dari pogrom anti-PKI di seluruh daerah
lain itu dilakukan oleh organisasi-organisasi politik Islam, pembunuhan di Bali dilakukan atas nama Hindu. Bali berdiri sebagai satu-satunya tempat
di negara di mana tentara lokal dalam beberapa cara intervensi untuk mengurangi pembantaian tersebut.
Pada tanggal 22 November, Aidit ditangkap dan dibunuh. Pada bulan Desember militer menyatakan bahwa Aceh telah dibersihkan dari
komunis. Bersamaan, khusus Pengadilan Militer yang dibentuk untuk mengadili dan memenjarakan para anggota PKI. Pada 12 Maret, partai PKI
secara resmi dilarang oleh Suharto, dan serikat buruh pro-PKI SOBSI dilarang pada bulan April.
Penjara-penjara di Jakarta begitu penuh, hampir seluruh penjara digunakan untuk menahan anggota PKI. Banyak tahanan politik ditahan
tanpa dasar yang jelas. Sejak saat itu, identitas banga Indonesia berubah total sesudah 1965. Semangat anti-kolonialisme hilang dan anti-
komunisme menjadi dasar identitas bangsa. Kebencian terhadap sesama orang Indonesia menjadi basis untuk menentukan siapa warganegara yang
jahat dan baik.
49